Rabu, 25 September 2019

RENUNGAN IBADAH RUMAH TANGGA


Yesaya 5:1-7
JEMAAT GMIH MAWLANGO – BULI KOTA

Kitab Yesaya adalah sebuah kitab yang memuat sejarah kehidupan umat Tuhan bangsa Israel. Yang mana bangsa ini merupakan bangsa yang dipilih oleh Allah sebagai umat yang dikasihiNya.
Saudara-saudara yang dikasihi Tuhan Yesus,,,
Yesaya memperlihatkan bagaimana besarnya kasih Allah kepada mereka, bahwa di dalam ayat 1 perikop bacaan ini, mereka disebut sebagai “kekasih” Allah. Secara khusus, lewat bacaan di perikop ini. Hubungan antara Allah dengan umat yang dikasihiNya tersebut dilukiskan ibarat seorang petani yang setia merawat kebun anggurnya. Sehingga demi mendapatkan hasil panen buah anggur yang baik dan berkualitas, Sang Petani akan melakukan upaya merawat kebun sedemikian guna tanaman di kebunnya terlindung dari gangguan hama.
Namun saudara,,,
Betapa Allah yang begitu mencintai umatNya, kebaikan Allah justru dibalas dengan perilaku yang membuat perasaan Allah menjadi benar-benar kecewa karena sikap hidup umatNya yang tidak taat pada ketetapan Allah. Kita dapat melihat di dalam ayatnya yang ke-7 bahwa mereka lebih mencintai kelaliman daripada mencintai sebuah kebenaran.
Saudara-saudara,,,
Allah menginginkan bahwa umat percayaNya mestilah hidup benar. Mencintai kebenaran artinya gaya hidup sesehari kita berlaku jujur dan bertanggungjawab atas apa yang kita kerjakan atau perbuat.
Orang percaya haruslah hidup dalam kebenaran-kebenaran yang dikehendaki Allah. Dalam konteks kehidupan bersekutu di dalam keluarga kita; maka kita terpanggil membawa keluarga kita pada kehendak Allah yang benar. Sehingga keluarga kita tidak hidup dalam perilaku zalim atau pola hidup yang tidak berbelas kasih dan rasa.
Kejam, tidak adil, dan hidup sewenang-wenang merupakan perilaku yang dilakukan oleh kaum Israel dan orang Yehuda dalam perikop ini. Maka ketika kita dipercayakan Allah dengan otoritas-otoritas tertentu baik dalam hidup berkeluarga, bergereja dan bermasyarakat, berlakulah adil terhadap semua orang. Kita tidak memilih kasih, sehingga melahirkan istilah anak emas dan anak tiri, melainkan semua sama dan tidak ada berbeda.
Selamat hidup dengan melakukan firman Tuhan, Amin! (DW)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar