Roma 1:16-17
Lewat
pemberitaan di media elektronik yang mengabarkan tentang berita-berita seputar
Indonesia, kita menjadi tahu kondisi-kondisi terkini terkait keadaan politik
bangsa ini. Bahkan lewat secarik surat yang dikirim pada persekutuan berumat,
kita juga dapat mengetahui perkembangan tentang situasi umat Tuhan di GMIH
terkait persoalan bersinode.
Tanpa
sebuah pemberitaan, informasi tidak akan pernah kita ketahui. Demikian juga
dengan Injil Kristus! Kita bisa mengenal Yesus sebagai Juruselamat kita adalah
karena adanya pemberitaan terhadap sebuah Injil.
Dalam
kaitan dengan pemberitaan Injil keselamatan tentang Yesus, Rasul Paulus rupanya
menghadapi sebuah tantangan, di mana tantangan tersebut mempengaruhi
psikologisnya, sehingga ada perasaan minder dan tidak percaya diri melakukan
aktivitas pemberitaan Injil.
Kita
bisa lihat hal tersebut pada pembukaan perikop ini di ayat 16. Tercatat di sana
sebuah kalimat yang berbunyi demikian: “sebab
aku mempunyai keyakinan yang
kokoh dalam Injil, karena Injil adalah kekuatan Allah yang menyelamatkan setiap
orang percaya, pertama-tama orang Yahudi, tetapi juga orang Yunani .”
Ketika
Rasul Paulus menyebut kalimat “mempunyai
keyakinan,” pengucapan kalimat
tersebut mewakili sebuah perasaan tentang ketidakpastian, ketidakyakinan, dan keragu-raguan.
Itu artinya, masalah pelayanan yang ditemui oleh Rasul Paulus di Roma adalah
tentang sebuah realita bahwa orang-orang Kristen yang memberitakan Injil
Kristus Yesus di Roma mengalami kemerosotan iman untuk memberitakan Kristus kepada
orang Roma. Kemerosotan iman itu adalah karena sebuah perasaan malu, perasaan
minder, perasaan tidak percaya diri. Para murid yang ditugaskan memberitakan
Injil Kristus di Roma megalami masalah krisis kepercayaan diri, yang membuat
mereka menjadi malu untuk melanjutkan tugas pemberitaan Kristus di kota Roma.
Dan
hal ini dapat dibenarkan, mengingat bahwa Roma adalah sebuah kota yang di
dalamnya terdapat pusat pemerintahan kekaisaran Romawi. Maka bisa dibilang
dengan bahasa yang sederhananya, Roma merupakan sebuah ibukota pemerintahan.
Tentunya sebagai sebuah ibukota negara, pusat kebudayaan kebudayaan, ekonomi,
keagamaan, politik, dan hukum berkembang pesat di sana. Maka hal tersebut memungkinkan
bahwa di Roma ada banyak sekali orang-orang pintar, yang pandai berpidato,
berfilsafat, ada orang-orang cerdas dan orang-orang yang penuh hikmat.
Inilah
yang dihadapi orang Kristen di Roma. Ketika mereka sedang memberitakan Injil
tentang Kristus kepada orang-orang di Roma. Pemberitaan mereka dianggap sebagai
sebuah sampah, dongeng, dan atau tahayul belaka.
Rupanya
persoalan ini bukan hanya terjadi di Roma, namun hampir di semua tempat njil
itu diberitakan. Sebuat saja seperti di kota Korintus pun kejadian yang sama
juga terjadi. Merujuk dari 1Korintus 1:23 yang adalah nats pembimbing kita
tadi, maka pemberitaan tentang Injil Kristus di telinga orang Yahudi hanyalah
terdengar sebagai sebuah batu sandungan, sebaliknya pemberitaan Injil di
telinga orang-orang bukan Yahudi terdengar sebagai sebuah kebodohan.
Inilah
yang sering terjadi dalam tugas memberitakan Injil. Bahwa sama seperti para
murid yang diperhadapkan dengan tantangan memberitakan Injil kota Roma,
tentunya kita juga mengalaminya GMIH dans ecara khusus di Jemaat Jou’N Gali ‘It.
Tantangan pelayanan membentur iman dan semangat pelayanan kita, ketika
pelayanan pemberitaan Injil hanya didengar oleh sebagaian orang dalam
persekutuan berjemaat. Tentu pasang surut iman karena tantangan pelayanan yang
kita alami dalam persekutuan berjemaat membuat semangat kita nyaris pupus.
Apalagi ketika orang mengkritik cara pelayanan yang kita lakukan. Atau ketika
dalam melakukan tugas pelayanan memberitakan Injil Kristus, ada umat yang tidak
sependapat dengan pola pelayanan kita, dan apa yang kita programkan dalam
pelayanan ini tidak mendapat dukungan. Hal yang patut kita teladani dari
pemebritaan Injil dalam pembacaan ini adalah Rasul Paulus tidak langsung patah
semangat. Rasul Paulus justru menguatkan dirinya lewat sikap membangun rasa
percaya diri, membangun keyakinannya, yang pada saat itu orang mulai malu
memberitakan tentang Injil Kristus.
Injil
harus diberitakan dengan iman yang pasti. Bukan iman yang diselimuti
ketidakpastian apalagi keragu-raguan. Karena Injil adalah kekuatan Allah yang menyelamatkan semua orang, termasuk orang-orang
yang tidak mendukung kita saat program-program pelayanan kita rumuskan secara
mufakat dalam persekutuan berjemaat di sini.
Itulah
sebabnya, para pendahulu kita berhasil dan sukses menyampaikan Injil kepada
setiap orang yang percaya. Dan orang percaya itu adalah saudara dan saya. Bukti
bahwa mereka berhasil adalah bahwa kita yang tadinya tidak mengenal Kristus di
Buli, bisa mengenal Kristus sebagai Sang Juruselamat.
Kalau
kita runut ke belakang, apalah tantangan pelayanan yang saat ini kita hadapi
bukanlah sebuah tantantang yang hebat. Sebab tantangan pelayanan yang hebat
adalah pada para pendahulu di tanah Buli, yang memasukkan Injil Kristus di
tengah-tengah tanah adat Ian Toa. Kita bersyukur karena sekarang ini orang
sudah kenal Kekristenan, tapi jaman dahulu, orang-orang di Buli masih mengenal
tradisi-tradisi kekafiran.
Ketika
kita meyakini Injil itu kekuatan Allah, maka Allah yang akan menjadi penglima
perang menolong kita dalam segala kesulitan gereja dan berpelayanannya. Amin!
dikhotbahkan pada Jemaat GMIH Jou'N Gali 'It, Buli Asal, Buli Kota - Selatan Ibadah (Minggu Raya Pagi) oleh Em.GrJ. D.I. Rorano
Tidak ada komentar:
Posting Komentar