Sabtu, 11 April 2020

Prapaskah VI Matius 26:36-46 (Minggu Palma)


Saudara-saudara,,, tempat yang paling teduh dan menentramkan hati orang adalah taman. Jika orang merasa penat taman bisa menjadi tempat yang direkomendasikan sebagai tempat menenangkan pikiran. Kandungan oksigen yang dihasilkan dari pepohonan di tamanlah yang membuat perasaan orang menjadi teduh dan tenang.

Dalam situasi yang rumit penuh kegelisahan dan kecemasan sebagai seorang manusia. Yesus tidak terlepas dari batin yang tertekan karena peran yang harus dimainkanNya sebagai seorang Anak Manusia. Yesus menyadari bahwa peran yang harus dimainkanNya sebagai seoraang Juruselamat bukan peran yang mudah. Dalam peran tersebut, Dia harus menjalani masa-masa kesukaran lewat penyiksaan dan penganiayaan yang puncaknya adalah mengalami kematian di atas kayu salib.

BatinNya tertekan sebagai manusia biasa dan suatu tempat yang dipilih Yesus untuk menenangkan batin yang sedang bergejolak dengan perasaan ketakutanNya adalah sebah Taman. Taman ini disebut dengan nama Taman Getsemani.

Secara naratif, Penulis Injil Matius mengisahkan kedatangan Yesus ke taman itu dengan tujuanNya berdoa. Yesus tahu bahwa hari kesukaranNya telah sangat dekat. Dan Yesus mencari cara menguatkan batin yang penuh ketakutan tersebut lewat sebuah doa. Tapi terhadap doa yang hendak dilakukan oleh Yesus, Dia membutuhkan topangan dari orang-orang yang dekat denganNya.
Dalam kisah ini, Yesus mengajak 3 muridNya agar mereka dapat menopang beban gumulNya. Tapi mereka tertidur.

Saudara,,, bayangkan saja, betapa Yesus ajarkan kepada kita lewat bacaan ini, bahwa berdoa adalah tindakan yang tepat ketika manusia sedang dirundung dengan perasaan yang penuh beban berat. Doa adalah sumber kekuatan batin manusia. Dengan berdoa berarti kita sedang memperkarakan beban gumulan hidup kita kepada Allah. Yesus berdoa karena Dia merasa tidak sanggup mengalami kesengsaraan yang akan dimainkanNya sebagai seorang Juruselamat. Dan lewat tindakan berdoa yang dilakukanNya, Dia mendapat kekuatan untuk menghadapi fakta kehidupan yang harus dihadapiNya.

Saat kita bertemu dengan kesukaran di dalam hidup ini, Yesus telah mengajarkan kepada kita bahwa kita harus berlari kepada Allah. Dan Allah dapat kita temui hanya lewat doa-doa yang kita panjatkan kepadaNya.

Penulis Injil Matius mencatat tentang keikut sertaan murid Yesus yang menemaniNya berdoa di dalam taman itu. kita telah membaca firman ini bahwa ada teguran yang disampaikan Yesus kepada 3 orang muridNya itu. Yesus menegur mereka karena ketidakmampuan mereka untuk berjaga-jaga ketika Yesus sedang berdoa. Berjaga-jaga yang dimaksudkan oleh Yesus adalah berdoa bersama dengan Yesus.  Di sini Yesus mengajarkan tentang pentingnya persekutuan doa secara bersama. Sebuah pergumulan haruslah dihadapi lewat sikap yang mau membawanya di dalam doa. Tapi akan lebih baik jika ada orang-orang seiman yang turut hadir secara bersama menopang pergumulan doa kita lewat lafasan-lafasan doa yang diucapkan oleh mulut mereka sendiri. Doa orang-orang benar akan mendatangkan sebuah kuasa doa jika didoakan secara sungguh-sungguh dan serius.
Menjadi orang benar saja belum cukup jikalau kita tidak tekun di dalam berdoa. Inilah yang menjadi rahasia banyak pergumulan orang-orang yang percaya kepada Kristus memiliki kuasa doa yang gagal. Sehingga pergumulan yang dipanjatkan mereka tidak berdampak pada kuasa doa.

Saudaraku,,,, kita dapt belajar dari kisah ini bahwa doa adalah sumber kekuatan bagi setiap orang yang sedang lesuh iman dan batinnya.

Kita disajikan dengan keseriusan doa yang dilakukan oleh Yesus di taman itu. disebutkan oleh penulis Injil Matius bahwa sebanyak 3 kali Yesus berdoa kepada Allah terkait pergumulan hidup yang harus dialamiNya. Menariknya adalah bahwa dalam isi doa Yesus di teman Getsemani, Dia meminta dari Allah sekiranya penderitaanNya itu dilalukan daripadaNya. Ini juga adalah ucapan doa-doa kita sebagai umat Tuhan yang sering memohon demikian ketika diri kita sedang dihambat oleh masalah dalam hidup kita. Namun, meski Yesus memohon demikian kepada Allah, Dia masih bermohon agar janganlah hal itu terjadi karena kehendakNya melainkan oleh karena kehendak Tuhan sendiri jika penderitaan ini harus dilalukan daripadaNya.

Ucapan doa yang disebutkan oleh Yesus ini adalah sebuah didikan bagi pertumbuhan kedewasaan iman kita. orang Kristen haruslah menjadi orang Kristen yang dewasa dalam menyikapi segala kejadian di dalam kehidupanNya. Ketika Allah tidak berkenan menyepakati permohonan isi doa-doa kita, kita seharusnya dapat menerima kehendak bebas Allah tersebut. kedewasaan iman kita diukur dari seberapa besar kita dapat menerima kehendak Allah atas jawaban doa-doaNya kepada kita, bukan memaksakan kehendak Allah terhadap segala doa yang kita panjatkan. Ketika doa yang kita panjatkan tidak seharapan dengan permohonan kita, di situlah karakter kita dibentuk. Allah menunda doa-doa kita karena Allah lebih tahu apa yang harus dilakukanNya terhadap kehidupan kita. Allah memakai segala kegagalan-kegagalan yang kita alami untuk membangun tingkat kedewasaan iman dan pola pikir kita. sehingga kita dapat menjadi pribadi yang kuat dan teguh serta berpengharapan sebagaimana yang Yesus alami di dalam taman Getsemani saat Dia berdoa.

Inilah yang mesti dimengerti oleh orang percaya. Sehingga keadaan apapun yang kita sedang alami tidak memengaruhi kualitas iman kita untuk berdoa dan berharap kepadaNya. Semoga di Minggu Sengsara ke-VI yang mana dunia sedang menggumulkan bencana kesehatan global ini, kita dapat memiliki kedewasaan iman untuk memahami kejadian-kejadian yang kita alami dalam persekutuan orang percaya baik di dunia, Indonesia dan juga jemaat di sini. Amin! 

dikhotbahkan oleh Pdt. D. Wattimena, S.Th di Jemaat GMIH Mawlango Buli Kota, 05 April 2020

Tidak ada komentar:

Posting Komentar