Roma 6:5-10 & KPR 24:15
Meninggalnya orang yang dikasihi
oleh kita, selalu saja menyebabkan rasa pilu di hati. Sebab pada umumnya kita belum
siap menerima kenyataan bahwa kita akan berpisah untuk selama-lamanya dengan
mereka.
Roma 6:5-10 mengajarkan kita
tentang arti sebuah kematian. Bahwa kematian adalah hal yang indah bagi orang
percaya. Kematian merupakan peristiwa yang mestinya membuat setiap orang percaya
bersukacita. Kematian bukanlah ajang manusia harus bersedih atau takut
mengalaminya. Sebab kematian adalah kunci kebangkitan. Tidak ada manusia yang
akan dibangkitkan jika dia tidak mengalami kematian.
Lukas mencatat dalam sejarah para
rasul Kristus bahwa “.....akan ada kebangkitan semua orang
mati, baik orang-orang benar maupun orang-orang yang tidak benar.” bandingkan KPR 24:15. Semua manusia yang
telah mati akan mengalami kebangkitan. Termasuk orang tercinta kita dalam
keluarga Lawari Bolo-Bolo. Dengan
amanat firman ini, kematian yang dialami oleh almarmumah terkasih akan
dilanjutkan pada babak kehidupan kedua setelah kebangkitan dari kematian.
Inilah yang menjadi fokus
pemberitaan Rasul Paulus kepada orang Kristen di Roma, bahwa kehidupan setelah
kematian setidaknya adalah kehidupan bersama Bapa di sorga. Kebangkitan setelah
kematian yang akan dialami setiap orang setidaknya merupakan kebangkitan yang
menghantarkan orang itu pada kehidupan bersama dengan Yesus Kristus.
Ayat 8 : “Jadi jika kita telah mati dengan Kristus, kita percaya bahwa kita akan
hidup juga dengan Dia.”
Ini yang lalu menjadi perenungan bagi
keluarga, sebab orang mati tidak bisa merenungkan kehidupannya. Apakah kematian
sang terkasih di dalam keluarga ini, menjamin kebangkitan orang mati yang
memerintah bersama Yesus?
Dan pertanyaan ini sekaligus
menjadi sebuah perenungan bagi saudara dan saya, yang sampai dengan detik ini,
Allah masih memercayakan nafas hidup bagi kita? Apakah kematian kita setelah
kehidupan ini bisa menghantarkan kita pada kehidupan dengan Yesus?
Tadi KPR 24:15 mencatat bahwa
setelah kematian semua orang akan dibangkitkan, baik itu orang-orang benar,
maupun orang-orang yang tidak benar. Istilah Yunani untuk orang-orang banar
dalam ayat ini, Lukas memakai istilah δίκαιος,
yang artinya : pantas, dan yang adil, secara spesifik menyangkut karakter
dan sifat. Disebut dikaios adalah karena karakternya pantas sebagai orang-orang
benar. Yakni adil, jujur, bukan curang atau berlaku tidak sepantasnya.
Yang pantas sebagai orang percaya
adalah kita harus hidup dengan sikap mengasihi. Hidup orang benar harus saling
memberkati. Bahkan seseorang yang benar di hadapan Allah adalah mereka yang
tetap berpengharapan kepada Tuhan, ketika mereka ada di dalam
persoalan-persoalan dan gumulan-gumulan berat, termasuk ketika ada di dalam
sakit seperti yang dialami oleh sang terkasih mendang Oma Klara Bolo-Bolo.
Sikap yang pantas bagi iman
seorang percaya adalah tetap bersukacita dan bersyukur saat musibah menerpa
diri kita. Dan orang benar di mata Allah adalah dia yang senantiasa tidak
mengeluh atas pahitnya hidup yang dia alami.
Saudara dan saya akan disebut
sebagai orang-orang benar jikalau hidup yang pahit ini kita terima dengan iman
yang pasrah serta takluk pada kedaulatan Allah. Inilah yang disebut sebagai dikaios, orang-orang benar yang akan
dibangkitkan, bersama dengan orang-orang yang tidak benar.
Kalau kebangkitan itu kelak akan
dialami semua orang mati, maka upayakanlah kematian setiap orang percaya
menjadi sebuah kematian yang menyenangkan hati Allah, kematian yang membuat
Allah tersenyum dan bersukacita sebab manusia karya tanganNya mati sebagai orang-orang yang benar.
Saat ini kita akan mengebumikan
almarhuma terkasih dari keluarga Lawari
Bolo-Bolo Biarlah kematiannya mengingatkan kita bahwa sebagai orang-orang
yang hidup, kita patut hidup sebagi orang-orang yang benar. Tuhan memberkati, Amin!
Dikhotbahkan Pada Ibadah Pemakaman Almarhumah Oma Klara Bolobolo
Tidak ada komentar:
Posting Komentar