Sabtu, 21 September 2019

"Kematian Mengingatkan Tanggungjawab Hidup Sebagai Orang-orang Benar"



Roma 6:5-10 & KPR 24:15
Meninggalnya orang yang dikasihi oleh kita, selalu saja menyebabkan rasa pilu di hati. Sebab pada umumnya kita belum siap menerima kenyataan bahwa kita akan berpisah untuk selama-lamanya dengan mereka.

Roma 6:5-10 mengajarkan kita tentang arti sebuah kematian. Bahwa kematian adalah hal yang indah bagi orang percaya. Kematian merupakan peristiwa  yang mestinya membuat setiap orang percaya bersukacita. Kematian bukanlah ajang manusia harus bersedih atau takut mengalaminya. Sebab kematian adalah kunci kebangkitan. Tidak ada manusia yang akan dibangkitkan jika dia tidak mengalami kematian.

Lukas mencatat dalam sejarah para rasul Kristus bahwa  .....akan ada kebangkitan semua orang mati, baik orang-orang benar maupun orang-orang yang tidak benar.”  bandingkan KPR 24:15. Semua manusia yang telah mati akan mengalami kebangkitan. Termasuk orang tercinta kita dalam keluarga Lawari Bolo-Bolo. Dengan amanat firman ini, kematian yang dialami oleh almarmumah terkasih akan dilanjutkan pada babak kehidupan kedua setelah kebangkitan dari kematian.


Inilah yang menjadi fokus pemberitaan Rasul Paulus kepada orang Kristen di Roma, bahwa kehidupan setelah kematian setidaknya adalah kehidupan bersama Bapa di sorga. Kebangkitan setelah kematian yang akan dialami setiap orang setidaknya merupakan kebangkitan yang menghantarkan orang itu pada kehidupan bersama dengan Yesus Kristus.
Ayat 8 : “Jadi jika kita telah mati dengan Kristus, kita percaya bahwa kita akan hidup juga dengan Dia.

Ini yang lalu menjadi perenungan bagi keluarga, sebab orang mati tidak bisa merenungkan kehidupannya. Apakah kematian sang terkasih di dalam keluarga ini, menjamin kebangkitan orang mati yang memerintah bersama Yesus?

Dan pertanyaan ini sekaligus menjadi sebuah perenungan bagi saudara dan saya, yang sampai dengan detik ini, Allah masih memercayakan nafas hidup bagi kita? Apakah kematian kita setelah kehidupan ini bisa menghantarkan kita pada kehidupan dengan Yesus?

Tadi KPR 24:15 mencatat bahwa setelah kematian semua orang akan dibangkitkan, baik itu orang-orang benar, maupun orang-orang yang tidak benar. Istilah Yunani untuk orang-orang banar dalam ayat ini, Lukas memakai istilah δίκαιος, yang artinya : pantas, dan yang adil, secara spesifik menyangkut karakter dan sifat. Disebut dikaios adalah karena karakternya pantas sebagai orang-orang benar. Yakni adil, jujur, bukan curang atau berlaku tidak sepantasnya.

Yang pantas sebagai orang percaya adalah kita harus hidup dengan sikap mengasihi. Hidup orang benar harus saling memberkati. Bahkan seseorang yang benar di hadapan Allah adalah mereka yang tetap berpengharapan kepada Tuhan, ketika mereka ada di dalam persoalan-persoalan dan gumulan-gumulan berat, termasuk ketika ada di dalam sakit seperti yang dialami oleh sang terkasih mendang Oma Klara Bolo-Bolo.

Sikap yang pantas bagi iman seorang percaya adalah tetap bersukacita dan bersyukur saat musibah menerpa diri kita. Dan orang benar di mata Allah adalah dia yang senantiasa tidak mengeluh atas pahitnya hidup yang dia alami.

Saudara dan saya akan disebut sebagai orang-orang benar jikalau hidup yang pahit ini kita terima dengan iman yang pasrah serta takluk pada kedaulatan Allah. Inilah yang disebut sebagai dikaios, orang-orang benar yang akan dibangkitkan, bersama dengan orang-orang yang tidak benar.

Kalau kebangkitan itu kelak akan dialami semua orang mati, maka upayakanlah kematian setiap orang percaya menjadi sebuah kematian yang menyenangkan hati Allah, kematian yang membuat Allah tersenyum dan bersukacita sebab manusia karya tanganNya mati sebagai orang-orang yang benar.

Saat ini kita akan mengebumikan almarhuma terkasih dari keluarga Lawari Bolo-Bolo Biarlah kematiannya mengingatkan kita bahwa sebagai orang-orang yang hidup, kita patut hidup sebagi orang-orang yang benar. Tuhan memberkati, Amin!

Dikhotbahkan Pada Ibadah Pemakaman Almarhumah Oma Klara Bolobolo

Tidak ada komentar:

Posting Komentar