Minggu, 09 Juli 2023

Refleksi Dukacita “MEMPERTANYAKAN ALLAH DI TENGAH MUSIBAH KEHIDUPAN”

Bacaan Alkitab : MAZMUR 22:2-6

Nas Pembimbing: Matius 27:46


Kesukaran/penderitaan selalu terjadi di dalam kehidupan manusia. Hal itu muncul dalam wujud bencana/musibah. Bencana/musibah adalah peristiwa yang tidak terelakkan. Dapat terjadi kapan saja, dan terjadi di luar kendali manusia. Bencana adalah kejutan sehingga kehadirannya selalu mengagetkan orang yang mengalaminya. Termasuk ketika seseorang menghadapi bencana musibah kematian. Bahwa musibah kematian juga adalah sebuah perisitwa yang mengagetkan orang. Mengapa? Sebab kematin adalah jalan perpisahan yang datang bukan melalui persetujuan. Itu sebabnya, batin seseorang akan terguncang/terpukul ketika melihat perisitwa terpisahnya orang-orang yang dikasihi mereka karena sebuah musibah kematian.

Kecenderungan dari orang-orang yang bergumul dengan musibah akan berada pada puncak kekalutannya, dan di tengah kekalutan itu mereka akan bertanya di manakah Tuhan?” Pertanyaan demikian terdengar seolah mereka kurang iman. benarkah mempertanyakan Tuhan di tengah kekalutan hidup mereka mengartikan bahwa orang tersebut kurang iman? Jawabannya tidak! Justru itu adalah bagian dari mengembangkan iman.

Seorang Tokoh bernama Hans Kung, ia seorang pastor Katolik, dalam tulisan naratifnya Does God Exist? (Apakah Tuhan Ada?) juga mengajukan pertanyaan tentang keberadaan Tuhan untuk menemukan sebuah jawaban pada sebuah peritiwa yang sedang terjadi. Hans Kung merupakan seorang yang sangat religius, dia bukan  seorang agnostik atau ateis, tetapi bagi dia mempertanyakan Tuhan merupakan hal yang tidak bertentangan iman. 

Yesus di atas salib ketika sedang meregang nyawapun mengajukan pertanyaan yang sulit. Ya Allahku, Allahku, mengapa engkau meninggalkan ku? Bukankah ini pertanyaan yang sulit. Di manakah Allah yang mengutus Yesus sebagai Anak Manusia? Mengapa Allah tidak menampakkan kehadiranNya di saat ketragisan Yesus menghadapi sakaratul maut di atas salib? Yesus mempertanyakan keberadaan Allah, bukan berarti Yesus kurang iman, bukan? 

Mempertanyakan Allah adalah bagian pertumbuhan iman. sebab iman yang tidak bertanya adalah iman yang mati. Iman yang tumbuh dan berkembang memang harus bisa mengajukan pertanyaan-pertanyaan yang sulit karena pertanyaan-pertanyaan yang sulit itulah yang akan mendorong kita untuk terus menggumuli keyakinan dan kepercayaan kita kepada Tuhan. 

Mempertanyakan Tuhan di tengah pergumulan/kesukaran/derita/musibah bahkan perkabungan bukan berarti orang itu kekurangan iman, melainkan pertanyaan-pertanyaan yang diajukan itu harus dapat dipahami sebagai upaya untuk mendapatkan pengertian, dan bukan ekspresi menggugat keberadaan Allah.

Ini yang dikatakan oleh Hans Kung bahwa keberadaan Tuhan tidak diukur berdasarkan unsur kausalitasArtinya bahwa Tuhan tidak diukur keberadaannya dari sebuah kejadian yang menimpah hidup kita. bahwa ketika hidup kita beruntung maka ada kehadiran Tuhan di situ, sebaliknya ketika seseorang mengalami kemalangan dalam kehidupannya karena di sana tidak ada kehadiran Tuhan. Tidak seperti demikian, sebab ketika Yesus mempertanyakan keberadaan Allah di tengah penderitaan salibnya, di sana Tuhan hadir dalam bentuk kesenyapan. Tuhan hadir sebagai pribadi yang berdiam diri. Tuhan sedang ikut merasakan penderitaan yang terjadi pada Anak Allah yang dikasihiNya. Tuhan sedang berkabung dan bersedih. Dan Tuhan ada di tengah-tengah jeritan Sakaratul Yesus dalam hebat dan teramat pedih. 

Selaku orang-orang beriman, inilah yang harus juga diimani oleh kita. Bahwa penderitaan yang kita alami di dalamnya pun ada Tuhan turut serta. Dia Allah yang menangis bersama dengan kita, dan dia juga yang memberi kekuatan untuk kita mampu menghadapi musibah yang terjadi.

Bertanya di tengah bencana dan musibah atau penderitaan adalah bagian dari iman. dan pertanyaan-pertanyaan yang sulit itulah yang sebenarnya memberikan penyembuhan untuk orang-orang yang sedang dilanda musibah termasuk dukacita.

Ini yang kita temukan pada tokoh Alkitab bernama Ayub. Ketika bencana menimpahi kehidupannya, Ayub pun mengajukan berbagai-bagai pertanyaan yang mendorong dia untuk terus menggumuli keyakinan dan kepercayaannya kepada Tuhan.

Melalui pertanyaan-pertanyaan itu, kita sebagai si penggumul akan tiba pada pemaknaan penderitaan yang terjadi di dalam kehidupan kita. Baik di dalam hidup saudara dan saya, tetapi juga secara khusus di dalam kehidupan tanta Kristinaibu Epi dan juga bapa Frets. Tujuannya agar kita mampu menerima musibah/bencana kematian yang telah terjadi di dalam keluarga kita. Sehingga dengan sendirinya kita dapat menemukan makna penderitaan, bahwa:

1. Penderitaan adalah kedaulatan Allah. karena itu tidak ada seorang pun yang mampu mengubah bencana ketika Allah telah menyatakan kedaulatanNya terhadap sebuah persitiwa/musibah. Sehingga kalau Allah telah menetapkan bahwa Bapa Boham Salakparang harus meninggal pada tanggal 8 Juli 2023. Bapa Boham Harus meninggal. Dan Kalau Tuhan telah menetapkan bahwa meninggalnya Bapa Boham harus dalam kondisi mengidap stoke ringan, maka tidak ada yang bisa mengubah kedaulatan Allah.

Yesus sebagai Anak Manusia pun tidak mampu mengubah keputusan Allah untuk takdirNya, sehingga cawan penderitaan suka-tidak-suka harus diminum oleh Yesus. Tiga kali Yesus memperhadapkan pergumulanNya kepada Allah di taman Getsemani, tetapi Allah tetap pada ketetapan kedaulatanNya bahwa takdir Yesus adalah menerima caman penderitaan dan mati dengan meregang nyawa di antara langit dan bumi.

2. Bencana/musiba menyadarkan bahwa manusia adalah mahkluk yang lemah. Karena itu, dalam menghadapi pergumulan terkadang manusia mengekspresikan kelemahan dirinya lewat sebuah tangisan dan bahkan sikap berpasrah diri. Dengan demikian manusia akan selalu bergantung kepada Tuhan.
3. Kematian adalah sebah kepastian, sehingga menangisi kematian harus menyadarkan kita bahwa hidup pemberian Tuhan mesti diisi dengan sesuatu yang memberi makna bagi diri sendiri, orang lain, maupun lingkungan di mana kita berada.

4. Keluarga yang berdukacita bersyukurlah atas dukacita yang diijinkan terjadi di dalam keluarga ini. Sebab perisitwa dukacita ini, telah menolong kita untuk memahami Allah dengan tindakan kedaulatanNya. Sehingga iman kita pun harus makin berkembang dan bertumbuh, dan rasa percaya terhadap Allah makin teguh di tengah dukacita yang kita alami, Kiranya Tuhan Yesus selalu memberi pengiburan, amin!

Dikhotbahkan oleh Pdt. Devi Wattimena pada ibadah tiga malam dukacita keluarga Salakparang-Susu. 

Jemaat GMIH MAWLANGO BULI

Selasa, 28 Februari 2023

Kejatuhan Manusia Ke Dalam Dosa Kejadian 2:15-17 dan Kejadian 3:1-6

Nas Pembimbing Kejadian 2:16-17

"Lalu TUHAN Allah memberi perintah inikepada manusia: "semua pohon dalam taman ini boleh kaumakan buahnya dengan bebas, tetapi pohon pengetahuan tentang yang baik dan yang jahat itu, janganlah kaumakan buahnya, sebab pada hari engkau memakannya, pastilah engkau akan mati."



Kejadian adalah sebuah peristiwa tentang sesuatu hal. Seperti namanya Kejadian, maka kitab pertama di dalam PL ini menyajikan asal-usul terjadinya sesuatu. Secara khusus pada pasal 3 diceritakan tentang latar belakang kejatuhan manusia ke dalam dosa.

Bacaan Alkitab di saat ini memperlihatkan bahwa ketika manusia diciptakan oleh Allah, kepada mereka dipercayakan sebuah tanggungjawab. Allah mempercayakan manusia untuk mengelolah alam, lewat tindakan mengusahakan dan memelihara taman Eden. Terhadap tanggungjawab yang diberikan Allah kepada manusia untuk mengusahakan dan memelihara taman itu, ada sebuah larang keras yang berbunyi : “semua pohon dalam taman ini boleh kaumakan buahnya dengan bebas, tetapi pohon pengetahuan yang baik dan yang jahat itu, jangan kaumakan buahnya, sebab pada hari engkau memakannya, pastilah engkau mati.”

Penulis kejadian pada pasal 3 memperlihatkan bahwa manusia yang diberikan larangan tersebut ternyata telah melanggar nasihat yang disampaikan oleh Allah kepada mereka. Pohon yang dikhususkan Allah di taman itu agar tidak boleh dimakan, justru dimakan oleh manusia. Bagaimana proses kejatuhan manusia ke dalam dosa ini bisa terjadi, padahal mereka telah diberikan nasihat dan larangan tegas dari Allah tentang keberadaan pohon yang dikhususkan Allah di dalam taman itu?

Kalau kita memperhatikan pada pasal 3, ada beberapa hal yang menyebabkan manusia menjadi jatuh kek dalam dosa!

Hal yang pertama ialah tentang kehadiran pihak ketiga sebagai penggoda manusia. Pihak ketiga itu adalah ular. Oleh penulis Kejadian disebutkan bahwa ular yang paling cerdik dari segala binatang di darat. Kecerdikan ular diperlihatkan dalam bentuk kemampuannya memainkan kata-kata. Kepada perempuan ular berkata: “tentulah Allah berfirman: semua pohon dalam taman ini jangan kamu makan, bukan?” Ular mengatakan sesuatu yang tidak seperti Allah katakan kepada manusia. sebab Allah tidak pernah mengatakan semua pohon dalam taman ini jangan kamu makan. Yang benar ialah “semua pohon dalam taman ini boleh kaumakan buahnya dengan bebas, tetapi pohon pengetahuan yang baik dan yang jahat itu, jangan kaumakan buahnya. Jadi di sini, ular mengatakan sesuatu yang tidak benar sebagaimana yang Allah katakan. Ada sebuah informasi yang disampaikan kepada manusia, namun informasi tersebut tidak seperti yang difirmankan Allah. Dengan demikian faktor pendukung manusia jatuh ke dalam dosa adalah berita hoax. Jangan mudah percaya terhadap sebuah berita yang belum jelas informasinya. Ular begitu cerdik, dia menyasarkan berita hoax ini kepada perempuan, karena ketika Allah menyampaikan laranganNya itu, perempuan belum diciptakan oleh Allah. nanti sesudah ayat yang memuat larangan ini barulah perempuan diciptakan oleh Allah pada ayat 18 dan seterusnya.

Kita harus berhati-hati terhadap sebuah berita. Apalagi jika sebuah berita tersebut rupanya merupakan hoax. Sebuah berita yang kita dengar ada baiknya didapat langsung dari sumbernya. Kesalahan perempuan ini adalah mendengar sebuah berita dari pihak lain, pihak yang bukan sumber utama, pihak yang kehadirannya hanya sebagai penggoda dan yang tujuan utama kehadirannya untuk memecah-belahkan serta merusak relasi.

Jatuhnya manusia ke dalam dosa bukan hanya karena ada pihak ketiga sebagai penggoda manusia. tetapi karena sikap manusia yang tidak bertahan terhadap kehadiran penggoda. Ini yang terlihat pada perempuan itu. Ayat 2 menyebutkan: lalu sahut perempuan itu kepada ular itu: “buah pohon-pohonan dalam taman ini boleh kami makan, tetapi tentang buah pohon yang ada di tengah-tengah taman, Allah berfirman: jangan kamu makan ataupun raba buah itu, nanti kamu mati.”

Ada sahutan, ada respon terhadap kehadiran pihak penggoda. Dan ketika perempuan ini merespon pihak penggoda, tanpa disadarinya, dia melakukan sbeuah kesalahan, yaitu dia menambahkan kata yang tidak disebutkan oleh Allah. Allah hanya bilang “tidak boleh makan”, tetapi perempuan itu menambahkan kata “tidak boleh raba.” Saya kira perempuan ini juga mewakili orang Kristen pada umumnya. Orang Kristen yang cenderung hanya sekedar dengar firman, tetapi tidak memahami firman yang sedang didengar. Dan karena itu mereka hidup di luar apa yang menjadi kehendak Allah. Karena bukan firman Allah yang menjadi pedoman hidup mereka, tetapi “kata hati” mereka, “kemauan” mereka, “keinginan” mereka, itulah yang membimbing hidup mereka.

Hidup orang beriman haruslah dikendalikan oleh Firman Allah, sebab ada banyak hidup orang-orang percaya menjadi hancur karena dipimpin oleh kemauan, kata hati, keinginan daging mereka.

Bacaan ini memperlihatkan bahwa Hawa melakukan demikian, oleh kata hatinya, Hawa memberanikan diri memakan buah yang dilarang. Pada ayat 6 disebutkan bahwa “perempuan itu melihat, bahwa buah pohon itu baik untuk dimakan dan sedap kelihatannya, lagi pula pohon itu menarik hati karena memberi pengertian. lalu ia mengambil dari buahnya dan dimakannya...”

Ayat ini juga sedang memperlihatkan kepada kita bahwa pintu pertama dosa masuk ke dalam kehidupan manusia adalah melalui pandangan. Bijaksanalah menggunakan mata yang Tuhan berikan untuk kita. Mata harus bisa membedakan antara baik dan jahat, sebab terkadang iblis memperdaya anak-anak Tuhan lewat sebuah pemandangan sedap dipandang. Iblis tahu bahwa kelemahan perempuan itu terletak pada matanya. Makanya iblis memperlihatkan tentang keadaan pohon yang dilarang itu, “....Bahwa buah pohon itu baik untuk dimakan dan sedap kelihatannya...”

Terkadang kalau kita tidak kuat iman, kita bisa jatuh ke dalam dosa karena mata. Mata yang melihat uang setumpuk, mata yang melihat perempuan seksi, mata yang melihat laki-laki gagah, lalu terjadilah pencurian, pemerasan, korupsi, penggelapan dana, perselingkuhan, dan bahkana dalam beberapa kasus tertentu menggadaikan imannya demi perempuan/laki-laki yang dalam pandangannya wow sedang dipandang, gagah, cantik, berduit dan segala macam. (Yosia dan Zebuda)

Ini terjadi karena apa? Bukan firman Allah yang menuntun hidup mereka, tetapi kemauan, keinginan dan kata hatilah yang memimpin mereka.

Kita lihat saudara-saudara,,, mengapa Iblis menggoda perempuan? Kenapa bukan laki-laki yang digoda pertama kali? Sebab memang natur dari seorang perempuan itu mudah sekali tergoda. Dan karena itu kalau kita lihat, majelis laki-laki dan perempuan, lebih banyak majelis perempuan yang gonta-ganti sepatu, karena memang kalau mata perempuan sudah lihat aplikasi shopee, kalau bisa mereka mau membeli semua barang di shopee, mereka sudah akan membelinya. Tidak mengapa kalau perempuan mudah tergoda untuk berbelanja di Lazada dan Shopee, sebab yang paling beta takutkan ialah kalau ada perempuan yang mudah tergoda dengan laki-laki yang sudah berkeluarga. Karena itu, jadilah perempuan Kristen yang kuat iman, serta jadilah laki-laki Kristen yang takut Tuhan, yang menghormati perintah Tuhan. sehingga kalau Tuhan berfirman hanya maut yang memisahkan, jangan jadi laki-laki yang maniso voor kasih pisah rumah tangga buan karena maut, tetapi karena kehadiran pihak penggoda.

Saudara, dampak dari kejatuhan manusia ke dalam dosa adalah dampak perusak. Kita bisa lihat bahwa terjadi saling baku lepar kesalahan antara manusia perempuan dan manusia laki-laki. Dosa hanya membuat manusia berada pada sebuah sikap ketidakbertanggungjawab. Dan ciri khas dari pendosa ialah pembenaran diri. Adam tidak mau mengakui perbuatan dosanya, Adam mepersalahkan Hawa. Kalau kita objektif terhadap mereka berdua, sesungguhnya keduanya sama-sama salah. Bahkan Adam pun patut dipersalahkan, sebab larangan memakan buah dari pohon pengetahuan tentang yang baik dan yang jahat disampaikan kepadaNya, dan ketika Hawa digoda ular untuk memakannya, Adam justru menerima buah itu dari Hawa dan memakannya juga. Ini tipe laki-laki yang tidak gentleman.

Ini laki-laki yang tidak layak menjadi kepala keluarga. Sebab, laki-laki yang jadi kepala keluarga di dalam keluarga haruslah tegas dan sanggup mengendalikan keadaan. Ketika Adam menerima buah dari Hawa dan memakannya, itu berarti kepemimpinannya dikendalikan oleh perempuan. Adam memang kepala dalam keluarga, tetapi Hawa adalah leher yang menggerakkan kepala dalam keluarga. Perempuan yang menggerakkan kepala di dalam rumah tangga itu seperti Izebel, istri Raja Ahab. Sebagai suami yang baik, istri harus dihormati, suami yang baik adalah suami yang bisa mendengar istri juga. Tetapi dengarlah istri selama mereka dia memberikan pengaruh positif. Kalau istri hanya memberi pengaruh negatif, tegurlah dan nasihatilah dia. Demikian juga kepad apara suami, hormati suami selama suami menjadi imam yang baik di dalam keluarga. Kalau suami memberikan luka karena KDRT, polisikan dia, jangan mau menjadi boneka oleh suami-suami yang demikian.

Saudara,,, orang baik adalah mereka yang sanggup mempertanggungjawabkan semua perbuatan mereka. itu berarti ada kesadaran tentang mengaku diri dengan segala kesalahan yang telah diperbuat, dan berjanji untuk tidak mengulangi perbuatan dosa yang sama.

Di sini sekaligus kita melihat juga bahwa Tuhan memberikan kebebasan kepada manusia untuk menentukan pilihanNya. Tuhan sudah berfirman tentang larangan, tetapi keputusan ada di tangan manusia. Apakah manusia ingin menghormati kehendak Tuhan, ataukah manusia mau menggunakan kebebasan dirinya untuk menjadi seteru Allah? selamat menghayati minggu terakhir bulan Februari, Amin!

Telah dikhotbahkan oleh Pdt. D. Wattimena, pada Ibadah Prapaskah I Jemaat GMIH Mawlango Buli, Wilayah Buli Kota, tanggal 26 Februari 2023

Selasa, 30 Agustus 2022

Pelajaran Dari Pekerjaan Tukang Periuk

Yeremia 18:1-11 Oleh : Pdt. D. Wattimena

Tukang periuk adalah profesi seorang seniman. Dalam melakukan pekerjaannya, seorang tukang periuk mengandalkan kekuatan tangannya untuk membentuk sebuah bejana/kandil agar dapat dimanfaatkan sebagaimana fungsinya. Dalam melakukan pekerjaannya, seorang tukang periuk tidak asal-asalan membentuk bejana/kandil di tangannya, sebab benda yang hendak dibuatnya merupakan benda yang mesti mempunyai nilai jual sebagai bagian dari karya seni. Itu sebabnya, sesekali tanah liat yang merupakan bahan baku dalam melakukan profesinya tersebut mengalami banyak proses berulang-ulang, diremas, dibanting, dihancurkan barulah dibentuk menjadi sebuah benda yang memiliki daya guna. Mirisnya ialah, terkadang sebuah benda yang telah berhasil dibentuk dihancurkan kembali ketika dalam pandangan tukang periuk belum sesuai harapan yang diekspetasikan.

Penulis Yeremia menceritakan pekerjaan tentang seorang tukang periuk sebagai gambaran yang mewakili pribadi Tuhan Allah. Untuk memahami Allah tidaklah sulit, sebab Allah dapat dipahami ibarat seorang tukang periuk. Allah adalah Tuhan yang berkenan membentuk hidup manusia. dengan tanganNya sendiri, Allah menjadikan manusia untuk menjadi sebuah karya cipta yang mempunyai nilai. Dengan demikian, manusia adalah sebuah karya tangan Allah yang diciptakan untuk mempunyai kebergunaan. Manusia diciptakan demi sebuah kepentingan Allah. itu sebabnya, ketika seorang manusia tidak berkarya sebagaimana kepentingan Allah melalui dirinya, maka tangan Allah yang berkuasa harus diulurkanNya ibarat seorang tukang periuk, guna menghancurkan demi membetulkan karya cipta tanganNya yang telah rusak agar dapat menjadi lebih baik lagi dari sebelumnya.

Pengandaian pribadi Allah yang dialegorikan sebagai tukang periuk ini bertujuan memudahkan manusia memahami keadaan hidupnya. Sehingga ketika hidup manusia yang sedang mengalami penderitaan dan kesusahan, patutlah melihatnya bukan sebagai peristiwa malang yang tanpa makna. Melainkan maknailah kejadian-kejadian pahit, susah dan sengsara di dalam hidup manusia sebagai sebuah proses di mana Allah sedang merombak kembali hidup kita untuk menjadi sebuah karya cipta yang lebih bermutu serta mempunyai nilai iman yang baik.

Untuk memahami ini mungkin akan lebih baik jika kita memahaminya dari melihat kehidupan orang lain. Salah satunya ialah kasus mantan Kadiv Propam Pol Irjen Ferdi Sambo. Kini beliau sedang mengalami kesusahan oleh perbuatan dirinya sendiri. Beliau yang merupakan tersangka pelaku pidana kejahatan terhadap bawahannya, kini tidak dapat lagi menikmati hidup yang nikmat seperti sebelumnya. Hal menyedihkan bagi beliau ialah ketika pekerjaannya yang menyidik orang kini berbalik menyidik dirinya sendiri, menggunakan pakaian tahanan, serta dalam keadaan tangan diborgol. Secara psikologis, beliau pasti tertekan oleh intimidasi dari orang banyak yang menghakimi beliau, tetapi juga tertekan oleh perasaan malu di mana reputasinya direnggut oleh status sebagai seorang tersangka.

Apa yang dialami oleh beliau dalam kacamata iman, mestilah dimaknai sebagai bentuk dari pekerjaan Tuhan Allah yang sedang mengulurkan tanganNya untuk menghancurkan karya cipta sebelumnya guna menjadi sebuah karya cipta yang baru. Sehingga lewat peristiwa sanksi hukum pidana yang kini ditanggung oleh Pak Ferdi Sambo tentulah akan dapat mengehentarkan dirinya kepada manusia baru, yakni Ferdi Sambo yang bertobat dan kembali ke jalan Tuhan.

Apa yang terjadi kepada Pak Ferdi Sambo adalah hal yang tidak kurang lebih sama dengan umat Israel di zaman nabi Yeremia. Bangsa Israel adalah kaum yang terpilih dari sekian umat di dalam dunia ini, mereka dipilih untuk menjadi alat kepentingan Allah, bangsa yang dikuduskan agar melalui mereka bangsa lain dapat mengenal Allah yang Mahakuasa. Tetapi dalam perjalanan hidup mereka sebagai bangsa yang dikasihi oleh Allah, mereka tidak setia, cacat, berbuat jahat dan bahkan melupakan Tuhan Allah. Maka satu-satunya cara Allah membentuk kembali mereka untuk menjadi bangsa yang kudus di hadapanNya ialah lewat jalan penghukuman. Allah menyerahkan mereka ke dalam tangan bangsa asing agar mereka dapatlah menyesali segala kekhilafan perbuatan hidup mereka.

Yeremia memperlihatkan bentuk tindakan hukuman Allah lewat gaya bahasa di mana Allah akan bertindak seperti seorang tukang periuk, yang ketika melihat tanah liat buatannya tidak terbentuk sesuai harapannya, maka ia akan menghancurkan kembali dan membentuk lagi sampai tanah liat itu benar-benar terbentuk sesuai harapan tukang periuk.

Tuhan Allah adalah ibarat seorang tukang periuk yang sangat mengenal tujuanNya di dalam hidup kita. Sehingga terkadang kita harus dihancurkan demi menjadi seperti tujuan kepentinganNya bagi kita. Hidup yang dilanda kesusahan bisa jadi adalah cara Allah sedang memproses hidup kita untuk mempunyai iman yang berkarater. Maka ketika kita berada di dalam lembah kesusahan janganlah mengeluhkan hidup, tetapi kuatkanlah diri kita untuk berjalan masuk pada karya pembaharuan hidup kita melalui beragam kesulitan hidup kita masing-masing. Hal itu pun berarti kunci pemulihan kita dari hukuman Allah lewat semua kesusahan yang kita sedang tanggung saat ini ialah relasi yang baik dan sehat dengan Tuhan. amin!  


Jumat, 05 Agustus 2022

Kejadian 15:1-6

 

Pembacaan Alkitab di hari minggu ini, memperhadapkan kita dengan sebuah kisah tentang “Perjanjian Allah dengan Abram; yakni janji tentang keturunannya.” Kalau kita menaruh perhatian kepada judul pasal ini, maka Kejadian pasal 15 adalah penegasan kembali tentang apa yang pernah diucapkan Allah di Kejadian 12. Dalam pasal 12 itu, terdapat sebuah janji dari Allah kepada Abraham, bahwa kepadanya akan diberikan sebuah negeri yang baru, yakni tanah kanaan, serta bahwa Abraham akan dibuat Allah menjadi suatu bangsa yang besar. Syarat untuk menjadi suatu bangsa yang besar pastilah harus ada penduduknya. Suatu penduduk dapat terbentuk dari adanya jumlah kenaikan angka kelahiran dalam satu keluarga secara terus menerus. Tanpa sebuah angka kelahiran yang aktif, maka lambat laun suatu desa, kota, atau bangsa akan punah karena kekosongan penduduk.

Nah, Ancaman terhadap akan punah suatu penduduk sebagai SDMnya merupakan hal yang dihadapi oleh negara-negara di Eropa. Kenapa? Sebab keluarga-keluarga di Eropa cenderung merupakan keluarga kecil, mereka hanya mempunyai 1/2 anak yang dilahirkan di dalam keluarga, bahkan ada pasangan suami-istri yang memilih tidak mempunyai anak. Hal ini berbeda dengan kita Indonesia yang angka kelahiran di dalam suatu keluarga cukuplah tinggi. Sehingga Indonesia akan selalu menjadi bangsa yang besar karena memiliki jumlah penduduk yang banyak sekitar 272,68 juta jiwa.

Kalau Allah berjanji kepada Abraham bahwa Abraham akan menjadi sebuah bangsa yang besar, maka syarat utamanya Abraham harus mempunyai keturunan. Tapi kalau kita melihat latar belakang  kehidupan Abraham, sampai pada saat Abraham di usia 89 tahun dari sejak janji Allah di dalam kejadin 12 disampaikan oleh Allah, keturunan adalah sebuah kendala, keturunan menjadi sebuah tantangan dan ancaman terbesar bagi Abraham. Keturunan merupakan masalah berat bagi Abraham, bahkan keturunan merupakan akar kegelisahan yang membuat Abraham tidak tenang menjalani hidupnya (terhadap janji-jani Allah).

Sejak pasal 12 ketika Allah selesai berfirman kepada Abraham, penulis Kejadian menyajikan sejarah yang menegangkan tentang bagaimana janji –janji Allah akan digenapkan pada Abraham. Sebab kalau kita membaca kehidupan Abraham, terdapat penghalang yang membahayakan janji keturunan, dan hal itu wujud dalam beragam bentuk. Ada yang ditampilkan dalam bentuk pewaris pengganti dan juga ada yang ditampilkan dalam bentuk berbagai situasi-situasi yang mengancam tokoh-tokoh utama (Abraham dan Sara).

Kita bisa lihat rentetang ancaman yang dimaksud itu ditampilkan dalam beragam situasi berikut:

  1. Situasi ancaman yang pertama muncul ketika Abraham dan Sarai pergi ke Mesir untuk menyelamatkan diri dari bencana kelaparan di negeri Kanaan. Bahaya yang dihadapi adalah bahwa Firaun mungkin saja mengambil Sarai dan dijadikan gundiknya, atau bahwa anak yang akan dilahirkan Sarai bukan keturunan Abraham.  
  2. Situasi halangan kedua muncul ketika Lot hadir dalam keluarga mereka, sehubungan mereka berdua tidak mempunyai anak, maka sebagai keponakan Abraham, tampaknya Lot akan menjadi pewaris pengganti bagi keturunan Abraham. Tetapi halangan itu berakhir ketika Lot memilih tinggal di dekat dataran Sodom sebagai wilayahnya, yang membawanya keluar dari negeri di mana Abraham berada bersama istrinya.
  3. Halangan berikutnya dalam pasal 14, tentang Abraham melawan para raja di sebelah Timur untuk menyelamatkan keponakannya, Lot. Ini ancaman yang serius, jikalau saja Abraham tewas dalam medan perang melawan 4 raja besar di sebelah Timur, pastinya janji tentang Abraham akan mempunyai keturunan sekejap tamat. Tetapi tantangan dan ancaman itu terlewati di mana Abraham berhasil melawan raja-raja besar itu dan menyelamatkan keponakannya, Lot. 
  4. Halangan keemat muncul lewat seorang pewaris pengganti yang lain yaitu Eliezer, hamba utama yang menjadi pengurus rumah tangga Abraham. Akan tetapi, Allah menyatakan bahwa Abraham adalah putranya sendiri dan dengan demikian penghalangitu disingkirkan.
  5. Halangan kelima muncul ketika Sarai tidak dapat melahirkan anak dan sebagaimana tradisi dalam budaya pada zaman itu, bahwa seorang budak perempuan dalam rumah tangganya melayani sebagai istri pengganti untuk melanjutkan keturunan. Dengan cara ini, Ismail lahir, anak sah dan keturunan murni Abraham berdasarkan adat kebiasaan pada zaman itu. Tetapi Ismail pun disingkirkan karena anak yang menjadi pewaris harus dilahirkan oleh Sarai.
  6. Bahkan halangan keenam muncul ketika seorang raja dari Gerar yang bernama Abimelek di pasal 20 hendak mengambil Sara sebagai selirnya. Di sinilah puncak perisitwa yang teramat mendebarkan karena Ishak harusnya menurut nubuat Malaikat akan lahir pada tahun itu juga. Jika saja Sarai jadi dibawa ke persinggahan raja Abimelek, kendati perjumpaan Sarai dengan raja Abimelek itu dalam waktu singkat, maka akan dipertanyakan apakah Ishak itu putra sah Abraham atau Ishak merupakan hasil pertemuan dari Abmelek dan Sarai?

Ini merupakan penghalang-penghalang untuk mewujudkan janji Allah tentang keturunan kepada Abraham. Beragam situasi sulit dialami oleh Abraham dan istrinya dalam upaya sebuah janji Allah dapat terwujud di dalam kehidupan mereka berdua.

Sebuah fakta kehidupan yang kita lihat dalam kisah perjalanan hidup Abraham bahwa dia memperoleh janji-janji yang telah Allah ucapkan kepadanya bukan dengan tanpa ada tantangan. Janji Allah kepada mereka diperoleh bukan dengan tanpa sebuah pergumulan yang berat. Bahkan janji Allah kepada Abraham diperoleh melalui beragam dinamika tantangan demi tantangan. Ini bukan perkara yang mudah, tetapi Abraham mampu melewati perkara berat ini dengan baik.

Kalau hari ini saudara mempunyai tantangan, beban berat, pergumulan demi pergumulan, padahal saudara sedang menanti kegenapan janji firman Tuhan ke dalam hidup saudara, jangan cepat-cepat patah semangat. Sebab saudara telah belajar dari kehidupan Abraham dan istrinya, mereka bahkan harus mengalami langsung pencobaan demi pencobaan sebagai dapur pengujian iman percaya mereka.

Mungkin saudara sedang mendoakan rumah tangga saudara supaya harmonis, bergumul dengan mata pencaharian saudara karena pekerjaan yang dilakukan mempunyai tantangan dan cobaan dengan sesama rekan kerja atau juga dengan atasan, vendor, mitra kerja yang menyebalkan membuat kita frustrasi dan bekerja di bawah tekan. Maka nikmati saja semua pencobaan itu, sebab di balik kesukaran tersebut Tuhan telah menunggu saudara dengan janji-janji yang ada di tanganNya bagi saudara.

Pasal 15 juga menunjukkan tentang sifat manusiawi dari Abraham dalam menanti janji Allah itu. Bahwa pada ayat 3 Abraham menjawab Allah: “Engkau tidak memberikan keturunan, sehingga seorang hambaku nanti menjadi ahli warisku.”  Ungkapan kalimat Abraham ini sama seperti bahasa pengeluhan. Sifat manusia Abraham ini juga banyak kali melekat dalam hidup kita; yang terkadang sudah cepat tawar hati kepada Allah kerena Allah terkesan lambat menjawab pergumulan kita.

Rentan waktu dari janji Allah tentang keturunan kepadanya hingga terwujud janji itu ada 175 tahun. Asumsi tersebut karena Abraham mendapat janji ketika dia berusia 75 tahun, sedangkan jarak umur Abraham dan Ishak ada 100 tahun, maka pada umur Abraham 175 tahun terwujud janji tentang keturuan Abraham. Angka 175 ini bukan sebuah rentan waktu yang singkat, maka kisah Perjanjian Allah dengan Abraham tentang janji keturuannya hendak mengajak kita untuk berada pada sebuah kesadaran iman bahwa Allah adalah pribadi yang setia terhadap janji-janjiNya.

Di dalam pasal 15, janji tentang memiliki Tanah Kanaan sudah terwujud, yang belum terwujud adalah janji tentang keturunan.

Saudara,,, Untuk memahami janji Allah kita perlu bersabar dan menanti bukan dengan waktu kita, tetapi dengan menanti waktuNya bagi kita. Terwujudnya janji Allah kepada Abraham bukan dalam rentan waktu yang singkat yakni setelah 100 tahun kemudian. Itu berarti bahwa salah satu ciri khas dari janji Tuhan ialah berjangka panjang. Panjangnya rentan waktu ini merupakan ruang pemurnian iman percaya kita. Masihkah kita bertahan dalam rentang waktu panjang tersebut untuk terus menanti Tuhan, untuk terus percaya sabdaNya, untuk terus bersandar kepada janji Allah bagi kehidupan kita? di mana janji itu bisa kita alami sekarang tetapi juga bukan kitayang mengalaminya, melainkan penerus generasi keturuan kita.

Pada ayat 4 Allah berfirman kepada Abraham: “orang ini tidak akan menjadi ahli warismu.” Ini menjadi kalimat penegas dari Allah bagi Abraham dan kita semua yang banyak kali bersikap menyerah dalam menggumuli sesuatu perkara hidup kita. Jalan pintas yang dibuat oleh kita bukanlah jalan yang dikehendaki oleh Allah. Abharam hilang harapan dan berpikir bahwa mungkin janji Allah itu akan ditebus lewat pewaris pengganti di dalam keluarganya, yakni oleh Eliezer seorang hamba pengurus rumah tangganya. Tetapi Allah bilang bukan dia! Apa yang Allah sudah rancangkan itulah yang ditetapkan sebagai janjiNya, maka teruslah menunggu sambil mengikuti proses yang diijinkan Allah terjadi ke dalam hidup kita,

Ayat 6 lalu percayalah Abraham, maka Tuhan memperhitungkan hal itu kepadanya sebagai kebenaran. Ini yang membuat Abraham dibenarkan oleh Allah, bahwa dia mau percaya meski hanya sebatas mendengar. Aminkanlah apa yang telah Allah nubuatkan bag hidup saudara, maka itulah pintu menghadirkan mukjizat ke dalam segala penantian terhadap semua pergumulanmu. amin


(dikhotbahkan oleh Pdt. D. Wattimena pada Minggu, 07 Agustus 2022. GMIH Mawlango Buli)

Jumat, 05 Juni 2020

2 Timotius 2:1-7


Sebuah panggilan untuk menjadi pengikut Kristus yang setia bukanlah hal yang sepeleh. Pada zaman Yesus, hal itu menjadi pergumulan yang berat karena mereka harus berhadapan dengan penguasa Romawi. Mereka akan dipandang sebagai musuh negara, sehingga ruang gerak mereka tentunya tidak akan pernah merasa bebas. Bukan saja mendapat tantangan dari pemerintah Romawi, tapi dalam komunitas Yahudi pun mereka menjadi musuh dari kaum imam dan ahli Torat. Pada zaman Rasul Paulus, tantangan menjadi pengikut Kristus lebih berat lagi karena mereka harus berjuang mempertahankan kemurnian ajaran Kristus di tengah-tengah perilaku masyarakat yang menyesatkan orang lain lewat ajaran-ajaran sesat yang diajarkan oleh guru-guru palsu.
 
Timotius merupakan seorang anak Rohani Rasul Paulus, orangnya penurut, baik, setia, tapi Timotius memiliki satu kelemahan, yaitu tidak memiliki roh keberanian di dalam diri. Timotius cenderung penakut apalagi jika dia melihat suatu masalah dengan mata kepalanya.

Sasaran utama Paulus menulis suratnya kepada Timotius aalah kepada pengembangan karakter diri sebagai orang Kristen yang mengikuti Kristus. Memiliki sikap kesetiaan dan roh penurut saja tidak cukup untuk menjadi seorang pelayan Kristus. Diutamakan Timotius harus memiliki roh keberanian di dalam dirinya. Ini lebih diutamakan karena dunia penginjilan adalah tempat yang penuh pergumulan dan tantangan. Banyak resiko yang bisa dijumpai saat menjadi seorang pengikut Kristus, dan keberanian menjadi kunci utama orang Kristen dapat menghadapi segala masalah dalam perjalanan hidupnya. Nasehat ini bukan hanya kepada Timotius, tapi juga kepada kita semua.

Lingkungan hidup kita saat-saat ini, telah membuat banyak orang kehilangan keberanian. Dan ini merupakan salah satu tantangan pelayanan yang menghiasi gereja Tuhan pada abad dewasa ini. Pada zaman Yesus, pemerintah Romawi menjadi penghambat pemberitaan Injil tentang Kerajaan Allah. Di zaman Paulus, guru-guru palsu menjadi tantangan gereja memberitakan kebenaran Injil.

Kesukaran gereja menghadapi tantangan juga dihadapi oleh kita saat ini, di mana pandemi covid19 raksasa yang membuat umat manusia berada pada kesukaran hidup. Kesukaran ini bukan hanya berada di Buli, Indonesia, tapi pada semua gereja di belahan dunia. Pelayanan pemberitaan tentang Kristus menjadi sangat tertantang pada era ini. Gereja tertantang melakukan ibadah dalam jumlah komunitas orang yang banyak. Gereja tertantang dalam hal durasi gereja harus memberitakan kebenaran tentang Kerajaan Allah lewat firmanNya. Di sinilah kita harus menyadari eksistensi kita sebagai gereja di tengah-tengah dunia yang penuh tantangannya.

Inilah tantangan gereja pada saat ini. Ketika gereja dihadapkan dengan bermacam tantangan ini, bagaimana cara kita menghadapinya. Jangan-jangan kita kehilangan keberanian untuk menghadapi tantangan pemberitaan Injil di abad dewasa ini. Sebab ketika keberanian dalam diri kita telah hilang, gereja tidak akan bertumbuh. Gereja akan menjadi punah.
Gereja akan kehilangan fungsinya, untuk memberitakan nama Kristus.

Nah, saudara-saudara,,,,
Inilah yang Paulus tegaskan kepada Timotius. Paulus mengenal Timotius sebagai anak Kristen yang penurut tapi belum memiliki keberanian di dalam dirinya untuk menghadapi berbagai resiko dalam tantangan pelayanan kemudian, maka kepada Timotius, Paulus menyeruhkan “jadilah kuat oleh kasih karunia dalam Kristus Yesus.”

Timotius itu adalah saudara dan saya, yang saat ini karena pandemi covid19, rasa keberanian itu menjadi hilang. Yang karena covid19, hasrat untuk menghadapi tantangan bergereja di zaman abad ini telah lenyap. Di tengah-tengah tantangan gereja secara global ini, keberanian kita sebagai pengikut Kristus haruslah tetap kokoh. Kita harus dapat berdiri sebagai prajurit Kristus, yang dapat berperang di tengah wabah covid19, dengan Kristus sebagai panglima perang kita.

Di tengah-tengah hambatan bergereja saat ini, kita juga perlu berkomunikasi dengan Sang Panglima perang kita, yakni Kristus, dan kita mesti percaya bahwa DIA sebagai Panglima perang telah merencanakan strategi perang yang baik, sehingga kita sebagai para laskarNya dapat maju berperang dan menguasai medan pertempuran kita di tengah-tengah covid19. Oleh sebab itu jangan pernah putus-putus komunikasi dengan Kristus sebagai sang Panglima perang kita. jangan jemu-jemu berdoa memohon hikmat dan tuntunanNya di sepanjang wabah covid19 ini mewabah.

Saudara-saudara,,,
Paulus mengilustrasikan bagaimana kita ikut menderita sebagai seorang prajurit yang baik dari Kristus Yesus. Ayat 4-6 mengilustrasikan seorang prajurit yang sedang berjuang tidak memusingkan dirinya dengan soal-soal penghidupannya, supaya dengan demikian ia berkenan kepada komandannya.
Ini berbicara tentang pengabdian diri kita secara total, dan bukan secara setengah-setengah. Dampak ketika kita melakukan segala sesuatu secara totalitas, orang akan memperoleh hasil yang baik. seperti seorang olahragawan, tanpa ketotalan yang dilakukan semasa latihan pada cabang olahraga yang akan dikompetisi olehnya, dia tidak akan pernah memperoleh medali kejuaraannya.

Sebagai prajurit Kristus, ketotalan dibutuhkan, kita harus memiliki kedisiplinan, dan yang terpenting adalah pengorbanan diri kita yang mau menderita bagi pelayanan Injil Kristus. Ilustrasi-ilustrasi yang disebutkan Paulus dalam ayat 4-6 ini mengandung makna pengajaran tentang kemampuan kita untuk dapat mengadaptasikan diri kita dengan konteks tugas dan peran kita masing-masing; baik sebagai umat dan pelayan gereja saat beribadah, baik sebagai masyarakat saat beraktifitas, baik sebagai keluarga ketika berada di rumah. Apa yang dinasehati oleh Paulus ini, adalah juga pesan yang diperuntukkan kepada saudara yang pada hari ini berada dalam tanggungjawab pelayanan di tengah-tengah gereja ini. Kuatkanlah dirimu, tetaplah setia, pupuklah keberanian, dan teguhkan iman. Tuhan akan selalu bersama menyertai. Amin!




DOA SYAFAAT :
Tuhan Allah Bapa di dalam kerajaan sorga, Bapa di dalam nama Tuhan Yesus Kristus, di pagi hari ini kami bersyukur atas pertolongan Tuhan menyertai hidup kami dalam perjananan hidup dari hari ke hari selama seminggu. Kami bersyukur karena Tuhan begitu baik untuk memelihara kehidupan kami, tiap-tiap keluarga di tengah-tengah pergumulan hidup kami di masa-masa kesukaran ini.

Tuhan, kami terus mengandalkan Engkau, sebagai satu-satunya penolong kami di tengah-tengah dunia di mana kami berada.

Tiap-tiap keluarga kami mengalami tantangan hidup, tapi kami percaya Tuhan tidak pernah meninggalkan kami, TUHAN terus mengasihi kami dengan segala sesuatu yang kami perlukan di tengah-tengah hidup ini.

Tuhan, di dalam kehidupan setiap keluarga kami. Kami mempunyai pergumulan-pergumulan pribadi, pergumulan-pergumulan khusus tentang kehidupan ini. Tentang pendidikan anak-anak kami di tengah-tengah masa kesukaran ini. Anak-anak kami belum bisa bersekolah. Karena itu, mereka ada bersama-sama terus di rumah. Kami mohon perlindunganMu kepada mereka. Anak-anak yang masih kecil di bangku pendidikan SD, SMP, tetapi juga di bangku pendidikan SMA dan perguruan tinggi. Tuhan berkati hidup mereka, karena mereka aset dalam setiap kehidupan keluarga.

Juga bagi ibu dan bapak, yang berjuang mendatangkan berkat bagi keluarga mereka sehari-hari.
Kami mohon perlindunganM. Kami mohon kekuatan dan kesehatan bagi tiap-tiap keluarga kami, supaya mereka terus kuat tegar di tengah-tengah masa kesukaran ini, dengan tetap berpegang teguh pada kuasa Tuhan Allah, Bapa di dalam Yesus Kristus yang adalah penyelamat hidup kami.

Dalam hidup ini, kami mengalami tantangan berat karena virus korona, yang membuat sehingga banyak orang mengalami penderitaan dalam bangsa dan negara kami.
Kami mohon pertolongan Tuhan bagi saudara-saudara kami sebangsa yang mengalami penderitaan, karena wabah korona.
Tuhan tolong mereka, Tuhan pulihkan mereka, supaya ada pemulihan dan kesembuhan bagi semua orang yang berharap kepada Tuhan.
Kami berdoa kepada pemerintah kami, untuk mampu mengatasi keadaan ini, akibat dampak dari wabah penyakit. Supaya dengan pertolongan Tuhan, pemerintah kami dapat melakukan pengarahan kepada masyarakat guna memperdulikan kesehatan lewat jaga jarak, dan instruksi protokol kesehatan. Tuhan mau pakai pemerintah untuk menyayangi masyarakatnya di tengah-tengah pergumulan covid19 yang berat ini. Tuhan tolong pemerintah untuk mampu mengatasi berbagai persoalan hidup di tengah bangsa dan negara.

Begitu pula, proses untuk mengatasi wabah penyakit ini, Tuhan tolong turut campur tangan di dalam kebijaksaan pemerintahan bangsa dan negara ini.
Kami juga berdoa bagi para medis, para dokter, para relawan-relawan yang bekerja dengan banyak resiko yang cukup mereka alami. Berkati hidup mereka, pakai mereka sebagai alat di tangan Tuhan untuk melakukan tugas melayani orang-orang yang sakit karena wabah ini. Jaga mereka, juga keluarga mereka Tuhan sertai supaya mereka melakukan tugas itu dengan penuh sukarela karena Allah berpihak untuk memakai mereka sebagai alat untuk membantu orang-orang yang menderita karena pergumulan covid19 ini.

Seluruh kehidupan kami, kami taruh di dalam tangan Tuhan. Kami mohon pertolongan kasih setia Allah terus mengawali kami umatMu di dalam jemaat kami, jemaat Mawlango supaya kami terus berada di dalam perlindungan Tuhan dari keluarga pertama sampai keluarga terakhir, Allah menyertai hidup kami masing-masing, supaya dengan pertolongan Tuhan, kami terus memiliki kekuatan yang baru setiap hari.

Seluruh kehidupan dan persembahan kami dalam ibadah ini kami persembahkan ke dalam tangan Tuhan. Kami senantiasa diberkati dalam kelimpahan rejeki lewat usaha dan mata pencaharian kami setiap keluarga, sehingga kami dapat selalu bersyukur atas berkat yang Tuhan berikan lewat aktifitas mata pencaharian kami setiap keluarga. Teruslah berkarya dalam kuasa Roh Kudus untuk mendatangkan keberanian dan kesukacitaan bagi gerejaMU di tengah-tengah kesukaran dunia ini, sehingga kami sebagai gereja bertumbuh dan diberkati oleh kuasa Tuhan.

Segala pelayanan dan kesaksian gerejaMu di sini dan di seluruh dunia berkenan memberkati semua orang percaya. Tuhan juga berkatilah pergumulan Gereja Masehi Injili di Halmahera, yang ada di segala penjuru Kabupaten di maluku Utara ini. Allah menyertai tiap-tiap hidup jemaat kami, agar mereka terus berada dalam kasih setia Tuhan. Khususnya kami yang berada di wilayah Buli Kota-Selatan, Tuhan berkati pergumulan kami.
Kota ini mengalami tantangan, kami berdoa bagi Bapak Bupati, Kapolres, Camat, Kades di kota ini serta seluruh aparatur lainnya yang berada di dalam kota ini. Tuhan berkati mereka dengan kasihMu, supaya mereka turut bekerja untuk mendatangkan kebaikan bagi kota ini.

Kami berdoa pemerintah provinsi Maluku Utara, Tuhan berkati pemimpinnya, segala fungsi-fungsi pelayanan pemerintah provinsinya mendatangkan berkat bagi masyarakat di provinsi kepulauan ini ya Tuhan.

Ya Tuhan, berkati seluruh peribadatan kami, dengan pergumulan di tengah dunia ini, kami taruh hidup kami ke dalam tangan Tuhan. Kami hidup sebagai umat maupun pelayan-pelayan Tuhan di tengah-tengah pergumulan kami di dalam jemaat Tuhan ini ya Tuhan.

Engkau memberkati seluruh pelayan ini, semua pendukung peribadatan ini Tuhan berkati mereka, Organis, multimedia, anak-anakMu yang Tuhan pakai secara ajaib untuk terlaksananya ibadah ini, Tuhan pakai mereka luar biasa. Terlebih lagi seorang pelayan yang baru diteguhkan sebagai alat pelayanMu. Kuasai dia dengan roh keberanian, kesetian sehingga rasa cinta kepada pelayanan senantiasa besar dan meluap di hatinya.

Syukur-Syukur :

Terpujilah Engkau Tuhan, yang mengajarkan kami berdoa Bapa kami seperti begini.................

Rabu, 03 Juni 2020

“ROH KUDUS MEMAMPUKAN ORANG DAPAT MENGADAPTASIKAN DIRINYA DENGAN DUNIA BARU"



KPR 2:1-13
Yohanes 14:15-31

Salam sejahtera untuk kita sekalian,,, Shallom!
Membuka firman dalam perikop ini, penulis KPR memberitahukan sebuah informasi kepada kita dalam ayat 1 bahwa “ketika tiba hari Pentakosta, semua orang percaya berkumpul di suatu tempat” sama halnya dengan semua orang percaya dalam pebacaan ini berkumpul di suatu tempat pada hari perayaan Pentakosta, itu pun yang kita lakukan sebagai suatu persekutuan orang-orang percaya di jemaat Mawlango.

Untuk apa orang-orang percaya itu berkumpul? Kalau kita perhatikan jalan cerita ini dari pasal sebelumnya, maka terkumpulnya mereka pada suatu tempat itu adalah untuk merayakan Pentakosta.
Pentakosta itu sendiri dalam tradisi orang-orang percaya itu adalah sebagai suatu perayaan umat Tuhan untuk mempersembahkan hasil panen mereka selama setahun. Hai tersebut jatuh tepat pada minggu ketujuh setelah perayaan Paskah.

Shalom,,,
Dalam kisah ini, diperlihatkan lagi suatu kejadian aneh yang belum pernah terjadi sebelumnya di saat mereka biasanya datang berkumpul untuk merayakan ibadah mempersembahkan segala hasil panen mereka.

Bahwa pada ayat 2 “tiba-tiba turunlah dari langit suatu bunyi seperti tiupan angin keras, lalu tampaklah lidah-lidah api, serta kedengaran murid-murid Yesus berbicara dalam bahasa-bahasa lain.” Dengan bahasa Alkitab, kejadian yang aneh itu disebut sebagai kejadian murid-murid Yesus kepenuhan Roh Kudus.

Hal ini terjadi di Yerusalem, suatu tempat yang diperintahkan Tuhan Yesus kepada para muridNya untuk tinggal dan berdiam hingga kuasa dari Tuhan turun lewat Roh Kudus untuk memperlengkapi mereka sebagai saksi Kristus, setelah Yesus terangkat ke sorga. (KPR 1:8)

Janji Tuhan Yesus dalam KPR 1:8 yang berkata “Tetapi kamu akan menerima kuasa, kalau Roh Kudus turun ke atas kamu, dan kamu akan menjadi saksi-Ku di Yerusalem dan di seluruh Yudea dan Samaria dan sampai ke ujung bumi.” ternyata digenapi Tuhan pada saat parayaan Pentakosta terjadi. Pentakosta adalah hari di mana umat mempersembahkan segala hasil panen dari apa yang mereka tanam.

Di saat umat Allah hendak mempersembahkan segala haril panen pada Tuhan, Roh Kudus turun kepada para murid, dan turunnya Roh Kudus itu tak lain untuk melengkapi para murid dengan memberikan keberanian pada mereka untuk bersaksi menjadi saksi Yesus guna memenangkan jiwa-jiwa bagi Tuhan.

Itu berarti Pentakosta bukan hanya berbicara tentang kegiatan umat Allah yang memanen hasil bumi untuk dipersembahkan kepada Tuhan. Tapi lebih dari pada itu, Pentakosta adalah ajang di mana umat harus memanen jiwa-jiwa bagi Allah. Sebab perintah untuk melengkapi pengikut Kristus menjadi saksi bagi Allah, untuk memberitakan firman kebenaran dari Allah terjadi di hari Pentakosta.

Saudara,,, setiap tahun kita merayakan Pentakosta dengan membawa panen hasil tanah kita kepada Tuhan. Panen kasbi, batata, pisang, ikan, dan lain-lain, tapi sudah berapa banyakah jiwa yang kita panen untuk dibawakan kepada Tuhan? Kalau kita belum bisa memanen jiwa-jiwa di sekitar kita untuk dimenangkan kepada Tuhan, paling tidak kita bisa memanen diri kita sendiri untuk dipersembahkan kepada Tuhan.

Memanen jiwa berarti membuat orang menjadi bertobat. Kalau kita belum bisa membawa orang di sekitar kita untuk bertobat, paling tidak diri kitalah yang harus bertobat. Bertobat dari hati yang busuk kepada orang, bertobat dari mulut yang suka mebusukkan diri orang lain, bertobat dari pikiran kita yang suka mencari jalan untuk menjatuhkan orang, bertobat dari tangan yang suka mencekik kehidupan orang lain. Bahkan bertobat dari iman yang tak berpengharapan di tengah-tengah pandemi Covid19.

Tuhan akan lebih berkenan dengan pertobatan diri kita. Tuhan akan lebih senang dengan persembahan diri kita yang kembali kepada jalan-jalanNya. Lebih baik kita membawa hati yang baru kepada Tuhan, dari pada pisang, kasbi, dengan hati kita yang lama. Hati yang penuh kebencian, dan kejahatan, kekhawatiran, ketidakpecayaan kepada Tuhan Yesus, sebagai Anak Allah.

Saudaraku yang diberkati Kristus Yesus,,,
Dalam peristiwa murid-murid sementara kepenuhan Roh Kudus, semua orang saleh yang datang berkumpul di Yerusalem pada saat itu menjadi terheran-heran. Ayat 7 berkata “bahwa mereka semua tercengan-cengang dan heran, lalu berkata: bukankah mereka semua yang berkata-kata itu orang Galilea?

Perhatikan bunyi kalimat yang mereka katakan; Bukankah mereka semua yang berkata-kata itu orang Galilea?

Artinya bahwa mereka tercengang karena sebagai orang Galilea mereka bisa berkata-kata dalam bahasa bangsa orang lain.

Galilea merupakan tempat asal para murid Yesus yang sedang kepenuhan Roh Kudus. Mereka orang Galilea yang menggantungkan hidup sebagai nelayan ikan dari sungai Galilea. Sebagai seorang nelayan ikan, mereka tidak berpendidikan (apalagi ilmu linguistik/ kefasihan berbicara dengan bahasa bangsa lain), dapat dikatakan mereka terbatas dengan ilmu pengetahuan. Mungkin kemampuan menghitung sajalah yang mereka pelajai mengingat pekerjaan mereka sebagai tukang dagang ikan (ilmu hitung, tukar menukar uang dan ikan). Lain dari pada itu tidak adalagi ilmu yang mereka pelajai dengan tekun.

Dalam peristiwa pentakosta, sebagai orang-orang Galilea yang tidak dibekali banyak ilmu pengetahuan, mereka dapat berbicara dengan bahasa bangsa-bangsa lain. Sebagai orang Galilea mereka berbicara dengan bahasa Media, Partia, Mesopotamia, Asia, Mesir, Roma, dan lain sebagainya.

itu artinya jika kita mau sungguh-sungguh memberikan diri untuk menjadi saksi Kristus dalam melayani pekerjaanNya, maka apa yang menjadi keterbatasan kita, kekurangan kita akan disempurnakan oleh Tuhan.

Para murid terbatas dalam pengetahuan berbahasa, namun saat mereka dilengkapi oleh kuasa Allah, tidak ada kebodohan dan kedunguan di dalam diri mereka. Hanya Roh Kudus saja yang membuat kita menjadi sempurna dalam melakukan tugas pelayanan kepada Allah. Oleh karena kalau kita mau melayani andalkanlah kuasa Tuhan, bukan kuasa manusia.

Shallom,,, Lebih unik lagi pada ayat 9-11 dicatat bahwa para murid berbicara dalam bahasa bangsa-bangsa seperti yang telah disebutkan tadi. Kalau kita golongkan bahasa-bahasa itu menjadi satu rumpun suku dan ras, maka bahasa-bahasa tersebut mewakili orang  Afrika Utara (Mesir, Libya), orang Asia (Kapodikia, Pontus, Partia secara geografis berada di Turki, tapi pada saat itu mereka berbicara bahasa Yunani karena pengaruh budaya helenisasi, dan setiap daerah itu memiliki logat atau dialeg yang berbeda guna membedakan asal tempat seseorang berasal. Seperti seperti orang Indonesia dari suku Ambon, Manado dan Batak, berbicara Indonesia tapi dialeg dan intonasi berbeda) betapa hebat pekerjaan Roh Kudus. Roh Kudus memampukan para murid untuk dapat berbicara bukan hanya dengan bahasa bangsa lain, tapi juga memampukan para murid mengadaptasikan diri untuk dapat mengucapkan dialeg, logat bahasa oranglain dengan tepat dan benar. Roh Kudus membuat mereka mampu mengadaptasikan diri mereka dengan dunia di luar.

Kemampuan mengadaptasi diri adalah ciri dari orang yang juga kepenuhan Roh Kudus. Berarti kalau kita tidak mampu mengadaptasikan diri kita dengan orang lain/lingkungan di mana kita berada sesungguhnya dalam diri kita tidak ada Roh Allah. Di tengah gumul covid19 ketika kita bisa mengadaptasikan diri dengan keadaan kenormalan yang baru, itu pertanda kita adalah orang-orang yang masih memiliki Roh Allah di dalam hidup kita. kemampuan mengadaptasikan diri dalam dunia era new normal karena covid19 mengajak kita untuk menjadi orang bijak bersikap terhadap lingkungan ini. Bermasker, bercuci tangan dan melakukan gaya hidup bersih lainnya pertanda kita bijak dan bukan fasik. Roh Kudus selalu berdiam pada diri manusia yang bijak, bukan fasik. ilustrasi mengadaptasi diri seumpama; "masuk kandang Kambing, ikut mengembik, namun tidak turut makan rumput seperti Kambing."

Oleh sebab itu, ketika kita dianjurkan untuk dapat mengadaptasikan diri kita agar bisa hidup di tengah era new normal, kita harus dapat melakukannya, sehingga hidup kita diberkati Allah lewat jasmani yang sehat badannya serta jauh dari sakit karena pola hidup sembrono yang tidak mau mendengar hal/nasihat/anjuran yang baik dan berguna bagi dirinya hanya karena kefasikannya.
Sebelumnya pada pasal 1:8 perintah untuk menjadi saksi Kristus itu disebutkan untuk menjadi saksi di Yudea, Samaria, dan ujung bumi.

Bahwa peristiwa Pentakosta telah menggenapi perintah itu. Tanpa meninggalkan Yudea, tanpa pergi ke Samaria, dan sampai ke ujung-ujung bumi, Para murid telah melakukannya dengan cara berbicara dalam bahasa-bahasa dunia.

Mereka berbicara dalam berbagai bahasa. Mungkin jika kita disuruh untuk berbahasa Yunani, Arab, kita tidak bisa. Tapi Roh Kudus dapat menolong kita untuk menyampaikan Injil kepada sesama lewat bahasa-bahasa yang lain, tidak harus lewat bahasa yang diucapkan secara verbal (atau kata-kata), tapi juga dapat lewat bahasa yang terucap secara non-verbal. Bahasa tersebut yang dimaksud adalah bahasa tubuh, bahasa sikap. Kita bisa membahasa Injil lewat karakter kita yang santun, lembut kepada orang lain. Ini juga bahasa. Dengan bahasa seperti ini, orang-orang di ujung dunia yang tidak mengenal pendidikan dapat mengenal Tuhan. Orang-orang yang terlahir dengan cacat fisik; tuna-aksara, tuna-rungu (tidak dapat membaca dan menulis, dan mendengar) dapat memahami Injil lewat bahasa tubuh kita yang mengkomunikasikan tentang hidup berbagi, penuh kasih dan lain sebagainya.

Bagaimana cara kita memberitakan Injil kepada orang yang tuli? Kita berbahasa malaikat pun mereka tidak akan pernah paham Injil yang kita sampaikan sebab telinga mereka telah rusak pendengarannya.
Bagaimana cara kita memberitakan firman kepada orang yang tidak tahu baca dan menulis? Karena mereka tidak mengenal gugusan huruf demi huruf untuk dibaca. Tentu satu-satunya cara yang bisa kita gunakan adalah dengan bahasa isyarat atau bahasa tubuh.

Saudaraku yang diberkati Yesus Kristus,,,
Yang terakhir dalam kisah Pentakosta adalah di dalam ayat 13 “tetapi orang lain menyindir mereka sedang mabuk anggur mabuk

Ada perbedaan antara orang kepenuhan atau mabuk anggur dengan kepenuhan atau mabuk Roh Kudus.

Orang yang kepenuhan anggur atau mabuk karena minuman keras akan melahirkan kata-kata yang kasar dalam ucapannya, mereka tidak dapat mengontrol diri dalam berbicara, dan keberanian yang lahir dalam diri mereka saat sedang mabuk anggur adalah tidak segan-segan menyakiti orang di sekitar mereka.

Sebaliknya orang yang kepenuhan Roh Kudus akan melahirkan kata-kata yang manis, lembut, dan bermakna kedamaian, sehingga kata-kata mereka kontras dengan kehendak Tuhan.

Inilah yang dimaksudkan oleh Yohanes dalam Injilnya pasal 14:17 tentang Roh Kebenaran. Dalam istilah Yunaninya alepeia, yang tepatnya diartikan sebagi kebenaran yang dilakukan secara sistematik. Sebuah tatanan pola hidup yang menciptakan keadilan, ketenangan, kedamaian di segala aspek kehidupan. sebuah perilaku perorangan yang memberikan dampak kesejahteraan secara global.
Dalam ideologi penulis Injil Yohanes, secara khusus di pasal 14:15, kebenaran ini merupakan hasil dari pelaksanaan menuruti segala perintah Tuhan.

Presiden Jokowi telah mengimbaukan kepada kita selaku masyarakat dan umat Tuhan, agar juga dapat menciptakan kebenaran ini di dalam pola hidup kita, sehingga melahirkan kebenaran, yang mensejahterakan lingkungan secara bersama, yakni kemampuan kita mengadaptasikan diri dengan era kenormalan yang baru. Biarlah kita menjadi berkat kepada sesam, sebagai orang percaya yang bertanggungjawab menegakkan Kerajaan Allah. Amin!

dikhotbahkan oleh Pdt. D. Wattimena, S.Th
pada ibadah Pentakosta 2020
MInggu, 31 Mei 2020