Pembacaan Alkitab di hari minggu ini, memperhadapkan kita dengan sebuah kisah tentang “Perjanjian Allah dengan Abram; yakni janji tentang keturunannya.” Kalau kita menaruh perhatian kepada judul pasal ini, maka Kejadian pasal 15 adalah penegasan kembali tentang apa yang pernah diucapkan Allah di Kejadian 12. Dalam pasal 12 itu, terdapat sebuah janji dari Allah kepada Abraham, bahwa kepadanya akan diberikan sebuah negeri yang baru, yakni tanah kanaan, serta bahwa Abraham akan dibuat Allah menjadi suatu bangsa yang besar. Syarat untuk menjadi suatu bangsa yang besar pastilah harus ada penduduknya. Suatu penduduk dapat terbentuk dari adanya jumlah kenaikan angka kelahiran dalam satu keluarga secara terus menerus. Tanpa sebuah angka kelahiran yang aktif, maka lambat laun suatu desa, kota, atau bangsa akan punah karena kekosongan penduduk.
Nah,
Ancaman terhadap akan punah suatu penduduk sebagai SDMnya merupakan hal yang
dihadapi oleh negara-negara di Eropa. Kenapa? Sebab keluarga-keluarga di
Eropa cenderung merupakan keluarga kecil, mereka hanya mempunyai 1/2 anak yang
dilahirkan di dalam keluarga, bahkan ada pasangan suami-istri yang memilih
tidak mempunyai anak. Hal ini berbeda dengan kita Indonesia yang angka
kelahiran di dalam suatu keluarga cukuplah tinggi. Sehingga Indonesia akan
selalu menjadi bangsa yang besar karena memiliki jumlah penduduk yang banyak
sekitar 272,68 juta jiwa.
Kalau Allah berjanji kepada Abraham bahwa Abraham akan
menjadi sebuah bangsa yang besar, maka syarat utamanya Abraham harus mempunyai
keturunan. Tapi kalau kita melihat latar belakang kehidupan Abraham, sampai pada saat Abraham
di usia 89 tahun dari sejak janji Allah di dalam kejadin 12 disampaikan oleh
Allah, keturunan adalah sebuah kendala, keturunan menjadi sebuah tantangan dan
ancaman terbesar bagi Abraham. Keturunan merupakan masalah berat bagi Abraham,
bahkan keturunan merupakan akar kegelisahan yang membuat Abraham tidak tenang
menjalani hidupnya (terhadap janji-jani Allah).
Sejak pasal 12 ketika Allah selesai berfirman kepada
Abraham, penulis Kejadian menyajikan sejarah yang menegangkan tentang bagaimana
janji –janji Allah akan digenapkan pada Abraham. Sebab kalau kita membaca
kehidupan Abraham, terdapat penghalang yang membahayakan janji keturunan, dan
hal itu wujud dalam beragam bentuk. Ada yang ditampilkan dalam bentuk pewaris pengganti dan juga ada yang ditampilkan
dalam bentuk berbagai situasi-situasi yang mengancam tokoh-tokoh utama (Abraham
dan Sara).
Kita bisa lihat rentetang ancaman yang dimaksud itu
ditampilkan dalam beragam situasi berikut:
- Situasi ancaman
yang pertama muncul ketika Abraham dan Sarai
pergi ke Mesir untuk menyelamatkan diri dari bencana kelaparan di negeri
Kanaan. Bahaya yang dihadapi adalah bahwa Firaun mungkin saja mengambil
Sarai dan dijadikan gundiknya, atau bahwa anak yang akan dilahirkan Sarai
bukan keturunan Abraham.
- Situasi halangan
kedua muncul ketika Lot hadir dalam keluarga mereka,
sehubungan mereka berdua tidak mempunyai anak, maka sebagai keponakan
Abraham, tampaknya Lot akan menjadi pewaris pengganti bagi keturunan
Abraham. Tetapi halangan itu berakhir ketika Lot memilih tinggal di dekat
dataran Sodom sebagai wilayahnya, yang membawanya keluar dari negeri di
mana Abraham berada bersama istrinya.
- Halangan
berikutnya dalam pasal 14, tentang Abraham
melawan para raja di sebelah Timur untuk menyelamatkan keponakannya, Lot.
Ini ancaman yang serius, jikalau saja Abraham tewas dalam medan perang
melawan 4 raja besar di sebelah Timur, pastinya janji tentang Abraham akan
mempunyai keturunan sekejap tamat. Tetapi tantangan dan ancaman itu
terlewati di mana Abraham berhasil melawan raja-raja besar itu dan
menyelamatkan keponakannya, Lot.
- Halangan keemat
muncul lewat seorang pewaris pengganti yang lain yaitu Eliezer, hamba
utama yang menjadi pengurus rumah tangga Abraham. Akan tetapi, Allah
menyatakan bahwa Abraham adalah putranya sendiri dan dengan demikian
penghalangitu disingkirkan.
- Halangan kelima
muncul ketika Sarai tidak dapat melahirkan anak dan sebagaimana tradisi
dalam budaya pada zaman itu, bahwa seorang budak perempuan dalam rumah
tangganya melayani sebagai istri pengganti untuk melanjutkan keturunan.
Dengan cara ini, Ismail lahir, anak sah dan keturunan murni Abraham
berdasarkan adat kebiasaan pada zaman itu. Tetapi Ismail pun disingkirkan
karena anak yang menjadi pewaris harus dilahirkan oleh Sarai.
- Bahkan halangan keenam
muncul ketika seorang raja dari Gerar yang bernama Abimelek di pasal 20
hendak mengambil Sara sebagai selirnya. Di sinilah puncak perisitwa yang
teramat mendebarkan karena Ishak harusnya menurut nubuat Malaikat akan
lahir pada tahun itu juga. Jika saja Sarai jadi dibawa ke persinggahan
raja Abimelek, kendati perjumpaan Sarai dengan raja Abimelek itu dalam
waktu singkat, maka akan dipertanyakan apakah Ishak itu putra sah Abraham
atau Ishak merupakan hasil pertemuan dari Abmelek dan Sarai?
Ini merupakan
penghalang-penghalang untuk mewujudkan janji Allah tentang keturunan kepada
Abraham. Beragam situasi sulit dialami oleh Abraham dan istrinya dalam upaya
sebuah janji Allah dapat terwujud di dalam kehidupan mereka berdua.
Sebuah fakta kehidupan
yang kita lihat dalam kisah perjalanan hidup Abraham bahwa dia memperoleh janji-janji yang telah Allah
ucapkan kepadanya bukan dengan tanpa ada tantangan. Janji Allah kepada
mereka diperoleh bukan dengan tanpa sebuah pergumulan yang berat. Bahkan janji
Allah kepada Abraham diperoleh melalui beragam dinamika tantangan demi
tantangan. Ini bukan perkara yang mudah, tetapi Abraham mampu melewati perkara
berat ini dengan baik.
Kalau hari ini saudara
mempunyai tantangan, beban berat, pergumulan demi pergumulan, padahal saudara
sedang menanti kegenapan janji firman Tuhan ke dalam hidup saudara, jangan
cepat-cepat patah semangat. Sebab saudara telah belajar dari kehidupan Abraham
dan istrinya, mereka bahkan harus mengalami langsung pencobaan demi pencobaan
sebagai dapur pengujian iman percaya mereka.
Mungkin saudara sedang
mendoakan rumah tangga saudara supaya harmonis, bergumul dengan mata
pencaharian saudara karena pekerjaan yang dilakukan mempunyai tantangan dan
cobaan dengan sesama rekan kerja atau juga dengan atasan, vendor, mitra kerja
yang menyebalkan membuat kita frustrasi dan bekerja di bawah tekan. Maka nikmati
saja semua pencobaan itu, sebab di balik kesukaran tersebut Tuhan telah
menunggu saudara dengan janji-janji yang ada di tanganNya bagi saudara.
Pasal
15
juga menunjukkan tentang sifat manusiawi dari Abraham dalam menanti janji Allah
itu. Bahwa pada ayat 3 Abraham
menjawab Allah: “Engkau tidak memberikan
keturunan, sehingga seorang hambaku nanti menjadi ahli warisku.” Ungkapan kalimat Abraham ini sama seperti
bahasa pengeluhan. Sifat manusia Abraham ini juga banyak kali melekat dalam
hidup kita; yang terkadang sudah cepat tawar hati kepada Allah kerena Allah
terkesan lambat menjawab pergumulan kita.
Rentan waktu dari janji
Allah tentang keturunan kepadanya hingga terwujud janji itu ada 175 tahun.
Asumsi tersebut karena Abraham mendapat janji ketika dia berusia 75 tahun,
sedangkan jarak umur Abraham dan Ishak ada 100 tahun, maka pada umur Abraham
175 tahun terwujud janji tentang keturuan Abraham. Angka 175 ini bukan sebuah
rentan waktu yang singkat, maka kisah Perjanjian Allah dengan Abraham tentang janji
keturuannya hendak mengajak kita untuk berada pada sebuah kesadaran iman bahwa
Allah adalah pribadi yang setia terhadap janji-janjiNya.
Di dalam pasal 15,
janji tentang memiliki Tanah Kanaan sudah terwujud, yang belum terwujud adalah
janji tentang keturunan.
Saudara,,, Untuk
memahami janji Allah kita perlu bersabar dan menanti bukan dengan waktu kita,
tetapi dengan menanti waktuNya bagi kita. Terwujudnya janji Allah kepada
Abraham bukan dalam rentan waktu yang singkat yakni setelah 100 tahun kemudian.
Itu berarti bahwa salah satu ciri khas dari janji Tuhan ialah berjangka
panjang. Panjangnya rentan waktu ini merupakan ruang pemurnian iman percaya
kita. Masihkah kita bertahan dalam rentang waktu panjang tersebut untuk terus
menanti Tuhan, untuk terus percaya sabdaNya, untuk terus bersandar kepada janji
Allah bagi kehidupan kita? di mana janji itu bisa kita alami sekarang tetapi
juga bukan kitayang mengalaminya, melainkan penerus generasi keturuan kita.
Pada
ayat 4 Allah berfirman kepada Abraham: “orang ini tidak akan menjadi ahli warismu.” Ini
menjadi kalimat penegas dari Allah bagi Abraham dan kita semua yang banyak kali
bersikap menyerah dalam menggumuli sesuatu perkara hidup kita. Jalan pintas
yang dibuat oleh kita bukanlah jalan yang dikehendaki oleh Allah. Abharam
hilang harapan dan berpikir bahwa mungkin janji Allah itu akan ditebus lewat
pewaris pengganti di dalam keluarganya, yakni oleh Eliezer seorang hamba
pengurus rumah tangganya. Tetapi Allah bilang bukan dia! Apa yang Allah sudah
rancangkan itulah yang ditetapkan sebagai janjiNya, maka teruslah menunggu
sambil mengikuti proses yang diijinkan Allah terjadi ke dalam hidup kita,
Ayat
6
lalu percayalah Abraham, maka Tuhan memperhitungkan
hal itu kepadanya sebagai kebenaran. Ini yang membuat Abraham dibenarkan
oleh Allah, bahwa dia mau percaya meski hanya sebatas mendengar. Aminkanlah apa
yang telah Allah nubuatkan bag hidup saudara, maka itulah pintu menghadirkan
mukjizat ke dalam segala penantian terhadap semua pergumulanmu. amin
(dikhotbahkan oleh Pdt. D. Wattimena pada Minggu, 07 Agustus 2022. GMIH Mawlango Buli)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar