Selasa, 30 Agustus 2022

Pelajaran Dari Pekerjaan Tukang Periuk

Yeremia 18:1-11 Oleh : Pdt. D. Wattimena

Tukang periuk adalah profesi seorang seniman. Dalam melakukan pekerjaannya, seorang tukang periuk mengandalkan kekuatan tangannya untuk membentuk sebuah bejana/kandil agar dapat dimanfaatkan sebagaimana fungsinya. Dalam melakukan pekerjaannya, seorang tukang periuk tidak asal-asalan membentuk bejana/kandil di tangannya, sebab benda yang hendak dibuatnya merupakan benda yang mesti mempunyai nilai jual sebagai bagian dari karya seni. Itu sebabnya, sesekali tanah liat yang merupakan bahan baku dalam melakukan profesinya tersebut mengalami banyak proses berulang-ulang, diremas, dibanting, dihancurkan barulah dibentuk menjadi sebuah benda yang memiliki daya guna. Mirisnya ialah, terkadang sebuah benda yang telah berhasil dibentuk dihancurkan kembali ketika dalam pandangan tukang periuk belum sesuai harapan yang diekspetasikan.

Penulis Yeremia menceritakan pekerjaan tentang seorang tukang periuk sebagai gambaran yang mewakili pribadi Tuhan Allah. Untuk memahami Allah tidaklah sulit, sebab Allah dapat dipahami ibarat seorang tukang periuk. Allah adalah Tuhan yang berkenan membentuk hidup manusia. dengan tanganNya sendiri, Allah menjadikan manusia untuk menjadi sebuah karya cipta yang mempunyai nilai. Dengan demikian, manusia adalah sebuah karya tangan Allah yang diciptakan untuk mempunyai kebergunaan. Manusia diciptakan demi sebuah kepentingan Allah. itu sebabnya, ketika seorang manusia tidak berkarya sebagaimana kepentingan Allah melalui dirinya, maka tangan Allah yang berkuasa harus diulurkanNya ibarat seorang tukang periuk, guna menghancurkan demi membetulkan karya cipta tanganNya yang telah rusak agar dapat menjadi lebih baik lagi dari sebelumnya.

Pengandaian pribadi Allah yang dialegorikan sebagai tukang periuk ini bertujuan memudahkan manusia memahami keadaan hidupnya. Sehingga ketika hidup manusia yang sedang mengalami penderitaan dan kesusahan, patutlah melihatnya bukan sebagai peristiwa malang yang tanpa makna. Melainkan maknailah kejadian-kejadian pahit, susah dan sengsara di dalam hidup manusia sebagai sebuah proses di mana Allah sedang merombak kembali hidup kita untuk menjadi sebuah karya cipta yang lebih bermutu serta mempunyai nilai iman yang baik.

Untuk memahami ini mungkin akan lebih baik jika kita memahaminya dari melihat kehidupan orang lain. Salah satunya ialah kasus mantan Kadiv Propam Pol Irjen Ferdi Sambo. Kini beliau sedang mengalami kesusahan oleh perbuatan dirinya sendiri. Beliau yang merupakan tersangka pelaku pidana kejahatan terhadap bawahannya, kini tidak dapat lagi menikmati hidup yang nikmat seperti sebelumnya. Hal menyedihkan bagi beliau ialah ketika pekerjaannya yang menyidik orang kini berbalik menyidik dirinya sendiri, menggunakan pakaian tahanan, serta dalam keadaan tangan diborgol. Secara psikologis, beliau pasti tertekan oleh intimidasi dari orang banyak yang menghakimi beliau, tetapi juga tertekan oleh perasaan malu di mana reputasinya direnggut oleh status sebagai seorang tersangka.

Apa yang dialami oleh beliau dalam kacamata iman, mestilah dimaknai sebagai bentuk dari pekerjaan Tuhan Allah yang sedang mengulurkan tanganNya untuk menghancurkan karya cipta sebelumnya guna menjadi sebuah karya cipta yang baru. Sehingga lewat peristiwa sanksi hukum pidana yang kini ditanggung oleh Pak Ferdi Sambo tentulah akan dapat mengehentarkan dirinya kepada manusia baru, yakni Ferdi Sambo yang bertobat dan kembali ke jalan Tuhan.

Apa yang terjadi kepada Pak Ferdi Sambo adalah hal yang tidak kurang lebih sama dengan umat Israel di zaman nabi Yeremia. Bangsa Israel adalah kaum yang terpilih dari sekian umat di dalam dunia ini, mereka dipilih untuk menjadi alat kepentingan Allah, bangsa yang dikuduskan agar melalui mereka bangsa lain dapat mengenal Allah yang Mahakuasa. Tetapi dalam perjalanan hidup mereka sebagai bangsa yang dikasihi oleh Allah, mereka tidak setia, cacat, berbuat jahat dan bahkan melupakan Tuhan Allah. Maka satu-satunya cara Allah membentuk kembali mereka untuk menjadi bangsa yang kudus di hadapanNya ialah lewat jalan penghukuman. Allah menyerahkan mereka ke dalam tangan bangsa asing agar mereka dapatlah menyesali segala kekhilafan perbuatan hidup mereka.

Yeremia memperlihatkan bentuk tindakan hukuman Allah lewat gaya bahasa di mana Allah akan bertindak seperti seorang tukang periuk, yang ketika melihat tanah liat buatannya tidak terbentuk sesuai harapannya, maka ia akan menghancurkan kembali dan membentuk lagi sampai tanah liat itu benar-benar terbentuk sesuai harapan tukang periuk.

Tuhan Allah adalah ibarat seorang tukang periuk yang sangat mengenal tujuanNya di dalam hidup kita. Sehingga terkadang kita harus dihancurkan demi menjadi seperti tujuan kepentinganNya bagi kita. Hidup yang dilanda kesusahan bisa jadi adalah cara Allah sedang memproses hidup kita untuk mempunyai iman yang berkarater. Maka ketika kita berada di dalam lembah kesusahan janganlah mengeluhkan hidup, tetapi kuatkanlah diri kita untuk berjalan masuk pada karya pembaharuan hidup kita melalui beragam kesulitan hidup kita masing-masing. Hal itu pun berarti kunci pemulihan kita dari hukuman Allah lewat semua kesusahan yang kita sedang tanggung saat ini ialah relasi yang baik dan sehat dengan Tuhan. amin!  


Tidak ada komentar:

Posting Komentar