Yeremia 18:1-11 Oleh : Pdt. D. Wattimena
Tukang periuk adalah profesi seorang seniman. Dalam melakukan pekerjaannya, seorang tukang periuk mengandalkan kekuatan tangannya untuk membentuk sebuah bejana/kandil agar dapat dimanfaatkan sebagaimana fungsinya. Dalam melakukan pekerjaannya, seorang tukang periuk tidak asal-asalan membentuk bejana/kandil di tangannya, sebab benda yang hendak dibuatnya merupakan benda yang mesti mempunyai nilai jual sebagai bagian dari karya seni. Itu sebabnya, sesekali tanah liat yang merupakan bahan baku dalam melakukan profesinya tersebut mengalami banyak proses berulang-ulang, diremas, dibanting, dihancurkan barulah dibentuk menjadi sebuah benda yang memiliki daya guna. Mirisnya ialah, terkadang sebuah benda yang telah berhasil dibentuk dihancurkan kembali ketika dalam pandangan tukang periuk belum sesuai harapan yang diekspetasikan.
Penulis Yeremia
menceritakan pekerjaan tentang seorang tukang periuk sebagai gambaran yang
mewakili pribadi Tuhan Allah. Untuk memahami Allah tidaklah sulit, sebab Allah
dapat dipahami ibarat seorang tukang periuk. Allah adalah Tuhan yang berkenan
membentuk hidup manusia. dengan tanganNya sendiri, Allah menjadikan manusia
untuk menjadi sebuah karya cipta yang mempunyai nilai. Dengan demikian, manusia
adalah sebuah karya tangan Allah yang diciptakan untuk mempunyai kebergunaan.
Manusia diciptakan demi sebuah kepentingan Allah. itu sebabnya, ketika seorang
manusia tidak berkarya sebagaimana kepentingan Allah melalui dirinya, maka
tangan Allah yang berkuasa harus diulurkanNya ibarat seorang tukang periuk,
guna menghancurkan demi membetulkan karya cipta tanganNya yang telah rusak agar
dapat menjadi lebih baik lagi dari sebelumnya.
Pengandaian pribadi
Allah yang dialegorikan sebagai tukang periuk ini bertujuan memudahkan manusia
memahami keadaan hidupnya. Sehingga ketika hidup manusia yang sedang mengalami
penderitaan dan kesusahan, patutlah melihatnya bukan sebagai peristiwa malang
yang tanpa makna. Melainkan maknailah kejadian-kejadian pahit, susah dan
sengsara di dalam hidup manusia sebagai sebuah proses di mana Allah sedang
merombak kembali hidup kita untuk menjadi sebuah karya cipta yang lebih bermutu
serta mempunyai nilai iman yang baik.
Untuk memahami ini
mungkin akan lebih baik jika kita memahaminya dari melihat kehidupan orang
lain. Salah satunya ialah kasus mantan Kadiv
Propam Pol Irjen Ferdi Sambo. Kini beliau sedang mengalami kesusahan oleh
perbuatan dirinya sendiri. Beliau yang merupakan tersangka pelaku pidana
kejahatan terhadap bawahannya, kini tidak dapat lagi menikmati hidup yang
nikmat seperti sebelumnya. Hal menyedihkan bagi beliau ialah ketika
pekerjaannya yang menyidik orang kini berbalik menyidik dirinya sendiri,
menggunakan pakaian tahanan, serta dalam keadaan tangan diborgol. Secara
psikologis, beliau pasti tertekan oleh intimidasi dari orang banyak yang
menghakimi beliau, tetapi juga tertekan oleh perasaan malu di mana reputasinya
direnggut oleh status sebagai seorang tersangka.
Apa yang dialami oleh
beliau dalam kacamata iman, mestilah dimaknai sebagai bentuk dari pekerjaan
Tuhan Allah yang sedang mengulurkan tanganNya untuk menghancurkan karya cipta
sebelumnya guna menjadi sebuah karya cipta yang baru. Sehingga lewat peristiwa
sanksi hukum pidana yang kini ditanggung oleh Pak Ferdi Sambo tentulah akan
dapat mengehentarkan dirinya kepada manusia baru, yakni Ferdi Sambo yang
bertobat dan kembali ke jalan Tuhan.
Apa yang terjadi kepada
Pak Ferdi Sambo adalah hal yang tidak kurang lebih sama dengan umat Israel di
zaman nabi Yeremia. Bangsa Israel adalah kaum yang terpilih dari sekian umat di
dalam dunia ini, mereka dipilih untuk menjadi alat kepentingan Allah, bangsa
yang dikuduskan agar melalui mereka bangsa lain dapat mengenal Allah yang
Mahakuasa. Tetapi dalam perjalanan hidup mereka sebagai bangsa yang dikasihi
oleh Allah, mereka tidak setia, cacat, berbuat jahat dan bahkan melupakan Tuhan
Allah. Maka satu-satunya cara Allah membentuk kembali mereka untuk menjadi
bangsa yang kudus di hadapanNya ialah lewat jalan penghukuman. Allah
menyerahkan mereka ke dalam tangan bangsa asing agar mereka dapatlah menyesali
segala kekhilafan perbuatan hidup mereka.
Yeremia memperlihatkan
bentuk tindakan hukuman Allah lewat gaya bahasa di mana Allah akan bertindak
seperti seorang tukang periuk, yang ketika melihat tanah liat buatannya tidak
terbentuk sesuai harapannya, maka ia akan menghancurkan kembali dan membentuk
lagi sampai tanah liat itu benar-benar terbentuk sesuai harapan tukang periuk.
Tuhan Allah adalah
ibarat seorang tukang periuk yang sangat mengenal tujuanNya di dalam hidup
kita. Sehingga terkadang kita harus dihancurkan demi menjadi seperti tujuan
kepentinganNya bagi kita. Hidup yang dilanda kesusahan bisa jadi adalah cara
Allah sedang memproses hidup kita untuk mempunyai iman yang berkarater. Maka
ketika kita berada di dalam lembah kesusahan janganlah mengeluhkan hidup,
tetapi kuatkanlah diri kita untuk berjalan masuk pada karya pembaharuan hidup
kita melalui beragam kesulitan hidup kita masing-masing. Hal itu pun berarti
kunci pemulihan kita dari hukuman Allah lewat semua kesusahan yang kita sedang
tanggung saat ini ialah relasi yang baik dan sehat dengan Tuhan. amin!
Tidak ada komentar:
Posting Komentar