Rabu, 03 Juni 2020

“ROH KUDUS MEMAMPUKAN ORANG DAPAT MENGADAPTASIKAN DIRINYA DENGAN DUNIA BARU"



KPR 2:1-13
Yohanes 14:15-31

Salam sejahtera untuk kita sekalian,,, Shallom!
Membuka firman dalam perikop ini, penulis KPR memberitahukan sebuah informasi kepada kita dalam ayat 1 bahwa “ketika tiba hari Pentakosta, semua orang percaya berkumpul di suatu tempat” sama halnya dengan semua orang percaya dalam pebacaan ini berkumpul di suatu tempat pada hari perayaan Pentakosta, itu pun yang kita lakukan sebagai suatu persekutuan orang-orang percaya di jemaat Mawlango.

Untuk apa orang-orang percaya itu berkumpul? Kalau kita perhatikan jalan cerita ini dari pasal sebelumnya, maka terkumpulnya mereka pada suatu tempat itu adalah untuk merayakan Pentakosta.
Pentakosta itu sendiri dalam tradisi orang-orang percaya itu adalah sebagai suatu perayaan umat Tuhan untuk mempersembahkan hasil panen mereka selama setahun. Hai tersebut jatuh tepat pada minggu ketujuh setelah perayaan Paskah.

Shalom,,,
Dalam kisah ini, diperlihatkan lagi suatu kejadian aneh yang belum pernah terjadi sebelumnya di saat mereka biasanya datang berkumpul untuk merayakan ibadah mempersembahkan segala hasil panen mereka.

Bahwa pada ayat 2 “tiba-tiba turunlah dari langit suatu bunyi seperti tiupan angin keras, lalu tampaklah lidah-lidah api, serta kedengaran murid-murid Yesus berbicara dalam bahasa-bahasa lain.” Dengan bahasa Alkitab, kejadian yang aneh itu disebut sebagai kejadian murid-murid Yesus kepenuhan Roh Kudus.

Hal ini terjadi di Yerusalem, suatu tempat yang diperintahkan Tuhan Yesus kepada para muridNya untuk tinggal dan berdiam hingga kuasa dari Tuhan turun lewat Roh Kudus untuk memperlengkapi mereka sebagai saksi Kristus, setelah Yesus terangkat ke sorga. (KPR 1:8)

Janji Tuhan Yesus dalam KPR 1:8 yang berkata “Tetapi kamu akan menerima kuasa, kalau Roh Kudus turun ke atas kamu, dan kamu akan menjadi saksi-Ku di Yerusalem dan di seluruh Yudea dan Samaria dan sampai ke ujung bumi.” ternyata digenapi Tuhan pada saat parayaan Pentakosta terjadi. Pentakosta adalah hari di mana umat mempersembahkan segala hasil panen dari apa yang mereka tanam.

Di saat umat Allah hendak mempersembahkan segala haril panen pada Tuhan, Roh Kudus turun kepada para murid, dan turunnya Roh Kudus itu tak lain untuk melengkapi para murid dengan memberikan keberanian pada mereka untuk bersaksi menjadi saksi Yesus guna memenangkan jiwa-jiwa bagi Tuhan.

Itu berarti Pentakosta bukan hanya berbicara tentang kegiatan umat Allah yang memanen hasil bumi untuk dipersembahkan kepada Tuhan. Tapi lebih dari pada itu, Pentakosta adalah ajang di mana umat harus memanen jiwa-jiwa bagi Allah. Sebab perintah untuk melengkapi pengikut Kristus menjadi saksi bagi Allah, untuk memberitakan firman kebenaran dari Allah terjadi di hari Pentakosta.

Saudara,,, setiap tahun kita merayakan Pentakosta dengan membawa panen hasil tanah kita kepada Tuhan. Panen kasbi, batata, pisang, ikan, dan lain-lain, tapi sudah berapa banyakah jiwa yang kita panen untuk dibawakan kepada Tuhan? Kalau kita belum bisa memanen jiwa-jiwa di sekitar kita untuk dimenangkan kepada Tuhan, paling tidak kita bisa memanen diri kita sendiri untuk dipersembahkan kepada Tuhan.

Memanen jiwa berarti membuat orang menjadi bertobat. Kalau kita belum bisa membawa orang di sekitar kita untuk bertobat, paling tidak diri kitalah yang harus bertobat. Bertobat dari hati yang busuk kepada orang, bertobat dari mulut yang suka mebusukkan diri orang lain, bertobat dari pikiran kita yang suka mencari jalan untuk menjatuhkan orang, bertobat dari tangan yang suka mencekik kehidupan orang lain. Bahkan bertobat dari iman yang tak berpengharapan di tengah-tengah pandemi Covid19.

Tuhan akan lebih berkenan dengan pertobatan diri kita. Tuhan akan lebih senang dengan persembahan diri kita yang kembali kepada jalan-jalanNya. Lebih baik kita membawa hati yang baru kepada Tuhan, dari pada pisang, kasbi, dengan hati kita yang lama. Hati yang penuh kebencian, dan kejahatan, kekhawatiran, ketidakpecayaan kepada Tuhan Yesus, sebagai Anak Allah.

Saudaraku yang diberkati Kristus Yesus,,,
Dalam peristiwa murid-murid sementara kepenuhan Roh Kudus, semua orang saleh yang datang berkumpul di Yerusalem pada saat itu menjadi terheran-heran. Ayat 7 berkata “bahwa mereka semua tercengan-cengang dan heran, lalu berkata: bukankah mereka semua yang berkata-kata itu orang Galilea?

Perhatikan bunyi kalimat yang mereka katakan; Bukankah mereka semua yang berkata-kata itu orang Galilea?

Artinya bahwa mereka tercengang karena sebagai orang Galilea mereka bisa berkata-kata dalam bahasa bangsa orang lain.

Galilea merupakan tempat asal para murid Yesus yang sedang kepenuhan Roh Kudus. Mereka orang Galilea yang menggantungkan hidup sebagai nelayan ikan dari sungai Galilea. Sebagai seorang nelayan ikan, mereka tidak berpendidikan (apalagi ilmu linguistik/ kefasihan berbicara dengan bahasa bangsa lain), dapat dikatakan mereka terbatas dengan ilmu pengetahuan. Mungkin kemampuan menghitung sajalah yang mereka pelajai mengingat pekerjaan mereka sebagai tukang dagang ikan (ilmu hitung, tukar menukar uang dan ikan). Lain dari pada itu tidak adalagi ilmu yang mereka pelajai dengan tekun.

Dalam peristiwa pentakosta, sebagai orang-orang Galilea yang tidak dibekali banyak ilmu pengetahuan, mereka dapat berbicara dengan bahasa bangsa-bangsa lain. Sebagai orang Galilea mereka berbicara dengan bahasa Media, Partia, Mesopotamia, Asia, Mesir, Roma, dan lain sebagainya.

itu artinya jika kita mau sungguh-sungguh memberikan diri untuk menjadi saksi Kristus dalam melayani pekerjaanNya, maka apa yang menjadi keterbatasan kita, kekurangan kita akan disempurnakan oleh Tuhan.

Para murid terbatas dalam pengetahuan berbahasa, namun saat mereka dilengkapi oleh kuasa Allah, tidak ada kebodohan dan kedunguan di dalam diri mereka. Hanya Roh Kudus saja yang membuat kita menjadi sempurna dalam melakukan tugas pelayanan kepada Allah. Oleh karena kalau kita mau melayani andalkanlah kuasa Tuhan, bukan kuasa manusia.

Shallom,,, Lebih unik lagi pada ayat 9-11 dicatat bahwa para murid berbicara dalam bahasa bangsa-bangsa seperti yang telah disebutkan tadi. Kalau kita golongkan bahasa-bahasa itu menjadi satu rumpun suku dan ras, maka bahasa-bahasa tersebut mewakili orang  Afrika Utara (Mesir, Libya), orang Asia (Kapodikia, Pontus, Partia secara geografis berada di Turki, tapi pada saat itu mereka berbicara bahasa Yunani karena pengaruh budaya helenisasi, dan setiap daerah itu memiliki logat atau dialeg yang berbeda guna membedakan asal tempat seseorang berasal. Seperti seperti orang Indonesia dari suku Ambon, Manado dan Batak, berbicara Indonesia tapi dialeg dan intonasi berbeda) betapa hebat pekerjaan Roh Kudus. Roh Kudus memampukan para murid untuk dapat berbicara bukan hanya dengan bahasa bangsa lain, tapi juga memampukan para murid mengadaptasikan diri untuk dapat mengucapkan dialeg, logat bahasa oranglain dengan tepat dan benar. Roh Kudus membuat mereka mampu mengadaptasikan diri mereka dengan dunia di luar.

Kemampuan mengadaptasi diri adalah ciri dari orang yang juga kepenuhan Roh Kudus. Berarti kalau kita tidak mampu mengadaptasikan diri kita dengan orang lain/lingkungan di mana kita berada sesungguhnya dalam diri kita tidak ada Roh Allah. Di tengah gumul covid19 ketika kita bisa mengadaptasikan diri dengan keadaan kenormalan yang baru, itu pertanda kita adalah orang-orang yang masih memiliki Roh Allah di dalam hidup kita. kemampuan mengadaptasikan diri dalam dunia era new normal karena covid19 mengajak kita untuk menjadi orang bijak bersikap terhadap lingkungan ini. Bermasker, bercuci tangan dan melakukan gaya hidup bersih lainnya pertanda kita bijak dan bukan fasik. Roh Kudus selalu berdiam pada diri manusia yang bijak, bukan fasik. ilustrasi mengadaptasi diri seumpama; "masuk kandang Kambing, ikut mengembik, namun tidak turut makan rumput seperti Kambing."

Oleh sebab itu, ketika kita dianjurkan untuk dapat mengadaptasikan diri kita agar bisa hidup di tengah era new normal, kita harus dapat melakukannya, sehingga hidup kita diberkati Allah lewat jasmani yang sehat badannya serta jauh dari sakit karena pola hidup sembrono yang tidak mau mendengar hal/nasihat/anjuran yang baik dan berguna bagi dirinya hanya karena kefasikannya.
Sebelumnya pada pasal 1:8 perintah untuk menjadi saksi Kristus itu disebutkan untuk menjadi saksi di Yudea, Samaria, dan ujung bumi.

Bahwa peristiwa Pentakosta telah menggenapi perintah itu. Tanpa meninggalkan Yudea, tanpa pergi ke Samaria, dan sampai ke ujung-ujung bumi, Para murid telah melakukannya dengan cara berbicara dalam bahasa-bahasa dunia.

Mereka berbicara dalam berbagai bahasa. Mungkin jika kita disuruh untuk berbahasa Yunani, Arab, kita tidak bisa. Tapi Roh Kudus dapat menolong kita untuk menyampaikan Injil kepada sesama lewat bahasa-bahasa yang lain, tidak harus lewat bahasa yang diucapkan secara verbal (atau kata-kata), tapi juga dapat lewat bahasa yang terucap secara non-verbal. Bahasa tersebut yang dimaksud adalah bahasa tubuh, bahasa sikap. Kita bisa membahasa Injil lewat karakter kita yang santun, lembut kepada orang lain. Ini juga bahasa. Dengan bahasa seperti ini, orang-orang di ujung dunia yang tidak mengenal pendidikan dapat mengenal Tuhan. Orang-orang yang terlahir dengan cacat fisik; tuna-aksara, tuna-rungu (tidak dapat membaca dan menulis, dan mendengar) dapat memahami Injil lewat bahasa tubuh kita yang mengkomunikasikan tentang hidup berbagi, penuh kasih dan lain sebagainya.

Bagaimana cara kita memberitakan Injil kepada orang yang tuli? Kita berbahasa malaikat pun mereka tidak akan pernah paham Injil yang kita sampaikan sebab telinga mereka telah rusak pendengarannya.
Bagaimana cara kita memberitakan firman kepada orang yang tidak tahu baca dan menulis? Karena mereka tidak mengenal gugusan huruf demi huruf untuk dibaca. Tentu satu-satunya cara yang bisa kita gunakan adalah dengan bahasa isyarat atau bahasa tubuh.

Saudaraku yang diberkati Yesus Kristus,,,
Yang terakhir dalam kisah Pentakosta adalah di dalam ayat 13 “tetapi orang lain menyindir mereka sedang mabuk anggur mabuk

Ada perbedaan antara orang kepenuhan atau mabuk anggur dengan kepenuhan atau mabuk Roh Kudus.

Orang yang kepenuhan anggur atau mabuk karena minuman keras akan melahirkan kata-kata yang kasar dalam ucapannya, mereka tidak dapat mengontrol diri dalam berbicara, dan keberanian yang lahir dalam diri mereka saat sedang mabuk anggur adalah tidak segan-segan menyakiti orang di sekitar mereka.

Sebaliknya orang yang kepenuhan Roh Kudus akan melahirkan kata-kata yang manis, lembut, dan bermakna kedamaian, sehingga kata-kata mereka kontras dengan kehendak Tuhan.

Inilah yang dimaksudkan oleh Yohanes dalam Injilnya pasal 14:17 tentang Roh Kebenaran. Dalam istilah Yunaninya alepeia, yang tepatnya diartikan sebagi kebenaran yang dilakukan secara sistematik. Sebuah tatanan pola hidup yang menciptakan keadilan, ketenangan, kedamaian di segala aspek kehidupan. sebuah perilaku perorangan yang memberikan dampak kesejahteraan secara global.
Dalam ideologi penulis Injil Yohanes, secara khusus di pasal 14:15, kebenaran ini merupakan hasil dari pelaksanaan menuruti segala perintah Tuhan.

Presiden Jokowi telah mengimbaukan kepada kita selaku masyarakat dan umat Tuhan, agar juga dapat menciptakan kebenaran ini di dalam pola hidup kita, sehingga melahirkan kebenaran, yang mensejahterakan lingkungan secara bersama, yakni kemampuan kita mengadaptasikan diri dengan era kenormalan yang baru. Biarlah kita menjadi berkat kepada sesam, sebagai orang percaya yang bertanggungjawab menegakkan Kerajaan Allah. Amin!

dikhotbahkan oleh Pdt. D. Wattimena, S.Th
pada ibadah Pentakosta 2020
MInggu, 31 Mei 2020

Tidak ada komentar:

Posting Komentar