Minggu, 22 Maret 2020

Minggu sengsara “Pertanyaan Mengenai Kuasa Yesus”


Matius 21:24-38

Saudara-saudara jemaat yang diberkati oleh Kristus Yesus!!
Minggu sengsara Kristus ke-IV kita disuguhkan dengan sebuah cerita yang dinarasikan oleh Penulis Injil Matius 21:24-38. Diperihatkan di dalam narasi kisah cerita ini, bahwa saat Yesus mengajar di Bait Allah, datang beberapa orang yang disebut sebagai berikut:
-         Imam-imam kepala
-         Tua-tua bangsa Yahudi
Kedua tokoh ini yang mesti kita pahami dan kenali siapa mereka?
Imam-imam kepala adalah orang-orang yang memiliki kewenangan dalam pengadilan agama untuk meyelesaikan perkara-perkara keagamaan. Sedangkan,
Tua-tua bangsa Yahudi merupakan orang-orang yang bertindak sebagai hakim di pengadilan sipil, dan umumnya mereka menangani perkara dunia.
Kedua kelompok orang dari dua golongan yang berbeda ini diceritakan oleh Penulis Injil Matius bahwa mereka bertanya tentang dari manakah sumber kuasa yang dimiliki oleh Yesus saat Dia mengajar di dalam Bait Allah?
Kita dapat merasakan bahwa ada upaya kedua kelompok ini berkomplotan untuk menyerang Yesus, supaya di hadapan banyak orang, Yesus terlihat sebagai seorang jahat.

Sangat di sayangkan di sini, bahwa sikap kedua kelompok ini tidak menunjukkan jati diri sebagai seorang pemimpin yang bijak. Sebab mereka bukannya menyokong hal baik yang sedang dilakukan oleh Yesus melainkan menentang secara habis-habisan pekerjaan-pekerjaan “baik” yang dilakukanNya.

Ketika kita membaca adegan yang diceritakan oleh Penulis Injil Matius dalam ayat 23. Pertanyaan-pertanyaan yang diajukan oleh Imam-imam kepala & Tua-tua bangsa Yahudi, mengandung sebuah unsur penolakan, dan tidak menerima ajaran yang Yesus berikan untuk mengajar umat yang berada di dalam Bait Allah itu. pertanyaan yang diajukan oleh mereka mengandung unsur bahwa mereka tidak sudi membiarkan orang lain menerima ajaran dari Yesus.

Saudara,,, apa hal yang membuat mereka bersikap demikian kepada Yesus? Jawabannya adalah tentang ketidaksiapan mereka menerima fakta bahwa ada seseorang yang sangat fasih mengajar orang banyak tentang hal-hal berguna tentang Kerajaan Allah.
Saudara,,, Ketersaingan dapat membuat siapa saja bersikap seperti Imam-imam kepala dan Tua-tua bangsa Yahudi seperti di dalam bacaan ini. Perasaan ketersaingan di antara sesama manusia membuat orang yang satu tidak mampu mengakui kelebihan orang lain. Ke-tidaks-anggup-an tersebut menciptakan perasaan iri hati di dalam diri kita dan melahirkan perasaan kedengkian kepada orang lain. Dan bahaya dari sikap ini adalah menimbulkan sebuah keadaan konfrontatif kepada orang lain.

Menariknya bahwa Matius mengisahkan cerita ini tidak terlepas dari urutan cerita-cerita yang berada di dalam ayat 21 ini. Pertama-tama Matius pasal 21 ini dibuka dengan kisah Yesus dieluk-elukkan di Yerusalem, dan sesudah itu dilanjutkan dengan Yesus menyucikan Bait Allah, sesudah itu Yesus mengutuk pohon ara, dan barulah Pertanyaan mengenai kuasa Yesus.

Kalau kita ikuti cerita perikop sebelumnya, bahwa Yesus sebelumnya telah berada di dalam bait Allah dan di sana dia marah kepada orang banyak yang berdagang di tempat itu. bisa bayangkan saja, Yesus baru saja menghebohkan lingkungan di sekitaran Bait Allah tersebut, kemudian Dia pergi keluar meninggalkan mereka dan kembali lagi di tempat yang tadinya Dia membongkar-balikkan meja jualan para pedagang di tempat itu. Yesus datang ke dalam Bait Allah itu dan kemudian mengajar. Bisa kita bayangkan bahwa di luar Bait Allah itu, ada banyak orang yang merasa sakit hati denganNya karena perbuatanNya yang membongkar meja-meja jualan para pedagang di situ?

Akan tetapi, meski di Bait Allah itu ada orang-orang yang memusuhiNya, Dia tetap saja pergi ke Bait Allah dan berbuat hal yang patut Dia lakukan, yakni mengajar umat.
Mungkin salah satu ajaran yang disampaikan oleh Yesus di dalam Bait Allah tersebut, sesudah menyucikan Bait Allah adalah tentang “fungsi dari Bait Allah” seperti yang Yesus ucapan pada Matius Pasal 21:13 “Rumah-Ku akan disebut rumah doa. Tetapi kamu menjadikannya sarang penyamun.
Yesus mengajar dan mengedukasikan umat agar mereka dapat menjaga eksistensi kesakralan dari sebuah Bait Allah. Mencemarkan Bait Allah sama juga dengan merendahkan Allah Bapa sendiri. Setiap orang yang mencemarkan Allah tentu akan mendapat hukuman, seperti Yesus mengutuk pohon ara karena sebagai pohon yang kodratnya harus berbuah namun tidak berbuah pada musimnya. Setiap orang yang mencemarkan Allah sudah tentu kelak akan mendapat hukuman dari Allah. Dan itulah yang menjadi isi pengajaran Yesus di dalam Bait Allah setelah Dia kembali dari peristiwa “menyucikan Bait Allah.”

Saudara,,,, Pengajaran Yang Yesus lakukan di Bait Allah merupakan sebuah contoh edukasi yang baik untuk umat. Yesus tetap mengajar meski dia mendapat ancaman, serangan, dari orang-orang yang tidak mendukung misinya. Dia tidak berpatah semangat.

Ini yang mesti kita teladani. Berbuat atau mengedukasikan hal-hal yang baik sebagai hal yang berguna bagi khalayak umum, meski kita harus akui, terkadang banyak tantangan yang akan kita temui saat kita berjalan pada hal-hal yang bersifat kebenaran.
Orang akan membenci dan memusuhi kita, namun sikap yang harus kita miliki adalah seperti Yesus, tidak pesimis meski ada yang tidak mendukung pelayananNya, tidak takut meski ada banyak orang yang memusuhiNya, melainkan haruslah memiliki karakter dir yang berani untuk mewartakan hal-hal baik yang mengedukasikan orang-orang supaya mereka tidak terkurung dalam sebuah sistem yang menyesatkan dan membodohkan mereka.
Saudara,,, Di ceritakan oleh Penulis Injil Matius bahwa tempat yang digunakan oleh Yesus untuk “mengajar” itu adalah Bait Allah. Ini itu artinya, bahwa Bait Allah bukan sekedar sebuah “rumah doa,” tapi Bait Allah juga memiliki fungsi lain sebagai tempat atau sarana umat mendapat sebuah pengajaran yang berguna untuk dirinya.
Disbutkan dengan tegas bahwa di Bait Allah Yesus “mengajar.” Arti kata mengajar adalah memberikan petuntuk-petunjuk kepada orang supaya bukan saja diketahui tapi juga dituruti. Yesus mengajar artinya, Yesus memberitahukan hal-hal yang berguna, supaya umat memiliki pola pikir yang dewasa secara iman. Dan orang-orang yang berada di Bait Allah itu adalah mereka yang bersedia mendengar pengajaran dari Yesus. Serta mau bersedia dididik dan dinasehati oelh pengajaran dari Yesus.

Saudara-saudara,,, Itu artinya keberadaan kita di dalam gereja ini adalah untuk mendengar firman Tuhan, guna iman kita dididik, diajar dan dibimbing. Ketika kita memutuskan untuk datang ke gereja baik di pagi hari atau di malam hari, hal tersebut mengartikan kita adalah orang-orang yang bersedia duduk dan memberi diri kepada Allah lewat sikap mendengar firman dan juga doa yang dipanjatkan.

Bukan dengan sikap yang datang ke gereja lalu hitung-menghitung ini berapa jam berkhotbah, berapa jam berdoa syafaat. Pintu Bait Allah selalu terbuka untuk umat yang bersedia memberi diri mereka untuk mendengar firman Tuhan dan doa yang dipanjatkan di dalam gereja. Dan Bait Allah ini disediakan bagi umat yang demikian, bagi umat yang haus yang rindu mendengar firman Allah, bukan bagi mereka yang cepat merasa bosan, merasa tidak betah berlama-lama di dalam gereja. Kita harus bisa membedakan antara gedung gereja dengan gedung-gedung seminar untuk kepentingan publik. Kita harus bisa membedakan bahwa di sini kita bertemu untuk beribadah, bukan untuk sosialisasi atau penyuluhan.
Sehingga ketika kita benar-benar bertemu di gedung ini untuk beribadah, kita dapat sungguh-sungguh memaknai bahwa minggu yang kita jalani saat ini merupakan minggu-minggu sengsara Kristus, bagaimana kita memaknai kesengsaraan kristus dalam minggu-minggu ini?

Saudara,,, kita perhatikan pertanyaan dari Para tua-tua bangsa Yahudi dan Imam-imam kepala kepada Yesus: dari manakah Engkau melakukan hal-hal itu? dan siapakah yang memberikan kuasa itu kepada Mu?

Ini pertanyaan yang sangat tidak bijak dari mereka. Kenapa? Sebab sebagai orang-orang yang sudah kenal Yesus dan melihat banyak mukjizat yang dikerjakan oleh Yesus, tentunya mereka sudah sangat memahami bahwa kuasa yang dimiliki oleh Yesus adalah kuasa yang berasal dari Allah Bapa di sorga.

Kita perhatikan tentang bagaimana Yesus menghadapi mereka yang berpikiran bejat kepadaNya?
Ketika mereka mengajukan pertanyaan jebakan kepada yesus, Yesus kembali memberikan sebuah pertanyaan kepada mereka, jikalau dapat dijawab oleh mereka, maka Yesus akan menjawab pertanyaan mereka.

Sebagai anak-anak Tuhan, kita diberikan akal, hikmat dan kepandaian. Kepandaian yang diberikan kepada kita seharusnya digunakan untuk hal yang memberkati kehidupan orang lain. Bukan untuk menyusahkan dan menjebak orang supaya berada di dalam kesulitan hidup. Kita belajar dari cara Yesus menghadapi mereka, bahwa bukan dengan kekerasan fisik, bukan dengan bersilat lidah, melainkan lewat kecerdasan intelektualitas yang dimiliki oleh Yesus.

Saudara-saudara,,, Apakah kita dapat mengikuti jejak Yesus yang demikian? Jawabannya bisa “ya,” bisa juga “tidak,” semuanya tergantung dari seberapa padat ruang-ruang di dalam otak kita ini diisi dengan pengetahuan yang baik. sebab ketika otak kita diisi dengan pikiran-pikiran yang baik, rasa ketersaingan dan iri hati kepada orang lain itu taka akan pernah ada, sehingga kita tidak akan pernah menghakimi oranglain. Tuhan Yesus memberkati kita sekalian, Amin!


Dikhotbahkan Oleh : Pdt. D. Wattimena, S.Th
pada ibadah PraPaskah-IV di Jemaat GMIH Mawlango Buli Kota


Tidak ada komentar:

Posting Komentar