Matius
21:24-38
Saudara-saudara
jemaat yang diberkati oleh Kristus Yesus!!
Minggu
sengsara Kristus ke-IV kita disuguhkan dengan sebuah cerita yang dinarasikan
oleh Penulis Injil Matius 21:24-38. Diperihatkan di dalam narasi kisah cerita
ini, bahwa saat Yesus mengajar di Bait Allah, datang beberapa orang yang
disebut sebagai berikut:
-
Imam-imam kepala
-
Tua-tua bangsa Yahudi
Kedua
tokoh ini yang mesti kita pahami dan kenali siapa mereka?
Imam-imam kepala
adalah orang-orang yang memiliki kewenangan dalam pengadilan agama untuk
meyelesaikan perkara-perkara keagamaan. Sedangkan,
Tua-tua bangsa Yahudi
merupakan orang-orang yang bertindak sebagai hakim di pengadilan sipil, dan
umumnya mereka menangani perkara dunia.
Kedua
kelompok orang dari dua golongan yang berbeda ini diceritakan oleh Penulis
Injil Matius bahwa mereka bertanya tentang dari manakah sumber kuasa yang
dimiliki oleh Yesus saat Dia mengajar di dalam Bait Allah?
Kita
dapat merasakan bahwa ada upaya kedua kelompok ini berkomplotan untuk menyerang
Yesus, supaya di hadapan banyak orang, Yesus terlihat sebagai seorang jahat.
Sangat
di sayangkan di sini, bahwa sikap kedua kelompok ini tidak menunjukkan jati
diri sebagai seorang pemimpin yang bijak. Sebab mereka bukannya menyokong hal
baik yang sedang dilakukan oleh Yesus melainkan menentang secara habis-habisan
pekerjaan-pekerjaan “baik” yang dilakukanNya.
Ketika
kita membaca adegan yang diceritakan oleh Penulis Injil Matius dalam ayat 23.
Pertanyaan-pertanyaan yang diajukan oleh Imam-imam kepala & Tua-tua bangsa
Yahudi, mengandung sebuah unsur penolakan, dan tidak menerima ajaran yang Yesus
berikan untuk mengajar umat yang berada di dalam Bait Allah itu. pertanyaan
yang diajukan oleh mereka mengandung unsur bahwa mereka tidak sudi membiarkan
orang lain menerima ajaran dari Yesus.
Saudara,,,
apa hal yang membuat mereka bersikap demikian kepada Yesus? Jawabannya adalah
tentang ketidaksiapan mereka menerima fakta bahwa ada seseorang yang sangat
fasih mengajar orang banyak tentang hal-hal berguna tentang Kerajaan Allah.
Saudara,,,
Ketersaingan dapat membuat siapa saja bersikap seperti Imam-imam kepala dan
Tua-tua bangsa Yahudi seperti di dalam bacaan ini. Perasaan ketersaingan di
antara sesama manusia membuat orang yang satu tidak mampu mengakui kelebihan
orang lain. Ke-tidaks-anggup-an tersebut menciptakan perasaan iri hati di dalam diri kita dan
melahirkan perasaan kedengkian kepada orang lain. Dan bahaya dari sikap ini
adalah menimbulkan sebuah keadaan konfrontatif kepada orang lain.
Menariknya
bahwa Matius mengisahkan cerita ini tidak terlepas dari urutan cerita-cerita
yang berada di dalam ayat 21 ini. Pertama-tama Matius pasal 21 ini dibuka
dengan kisah Yesus dieluk-elukkan di
Yerusalem, dan sesudah itu dilanjutkan dengan Yesus menyucikan Bait Allah, sesudah itu Yesus mengutuk pohon ara, dan barulah Pertanyaan mengenai kuasa Yesus.
Kalau
kita ikuti cerita perikop sebelumnya, bahwa Yesus sebelumnya telah berada di
dalam bait Allah dan di sana dia marah kepada orang banyak yang berdagang di
tempat itu. bisa bayangkan saja, Yesus baru saja menghebohkan lingkungan di
sekitaran Bait Allah tersebut, kemudian Dia pergi keluar meninggalkan mereka
dan kembali lagi di tempat yang tadinya Dia membongkar-balikkan meja jualan
para pedagang di tempat itu. Yesus datang ke dalam Bait Allah itu dan kemudian
mengajar. Bisa kita bayangkan bahwa di luar Bait Allah itu, ada banyak orang
yang merasa sakit hati denganNya karena perbuatanNya yang membongkar meja-meja
jualan para pedagang di situ?
Akan
tetapi, meski di Bait Allah itu ada orang-orang yang memusuhiNya, Dia tetap
saja pergi ke Bait Allah dan berbuat hal yang patut Dia lakukan, yakni mengajar
umat.
Mungkin
salah satu ajaran yang disampaikan oleh Yesus di dalam Bait Allah tersebut,
sesudah menyucikan Bait Allah adalah tentang “fungsi dari Bait Allah” seperti
yang Yesus ucapan pada Matius Pasal 21:13 “Rumah-Ku
akan disebut rumah doa. Tetapi kamu menjadikannya sarang penyamun.”
Yesus
mengajar dan mengedukasikan umat agar mereka dapat menjaga eksistensi
kesakralan dari sebuah Bait Allah. Mencemarkan Bait Allah sama juga dengan
merendahkan Allah Bapa sendiri. Setiap orang yang mencemarkan Allah tentu akan
mendapat hukuman, seperti Yesus mengutuk pohon ara karena sebagai pohon yang
kodratnya harus berbuah namun tidak berbuah pada musimnya. Setiap orang yang
mencemarkan Allah sudah tentu kelak akan mendapat hukuman dari Allah. Dan
itulah yang menjadi isi pengajaran Yesus di dalam Bait Allah setelah Dia
kembali dari peristiwa “menyucikan Bait Allah.”
Saudara,,,,
Pengajaran Yang Yesus lakukan di Bait Allah merupakan sebuah contoh edukasi
yang baik untuk umat. Yesus tetap mengajar meski dia mendapat ancaman, serangan,
dari orang-orang yang tidak mendukung misinya. Dia tidak berpatah semangat.
Ini
yang mesti kita teladani. Berbuat atau mengedukasikan hal-hal yang baik sebagai
hal yang berguna bagi khalayak umum, meski kita harus akui, terkadang banyak
tantangan yang akan kita temui saat kita berjalan pada hal-hal yang bersifat
kebenaran.
Orang
akan membenci dan memusuhi kita, namun sikap yang harus kita miliki adalah seperti
Yesus, tidak pesimis meski ada yang tidak mendukung pelayananNya, tidak takut
meski ada banyak orang yang memusuhiNya, melainkan haruslah memiliki karakter
dir yang berani untuk mewartakan hal-hal baik yang mengedukasikan orang-orang
supaya mereka tidak terkurung dalam sebuah sistem yang menyesatkan dan membodohkan
mereka.
Saudara,,,
Di ceritakan oleh Penulis Injil Matius bahwa tempat yang digunakan oleh Yesus
untuk “mengajar” itu adalah Bait Allah. Ini itu artinya, bahwa
Bait Allah bukan sekedar sebuah “rumah doa,” tapi Bait Allah juga memiliki
fungsi lain sebagai tempat atau sarana umat mendapat sebuah pengajaran yang
berguna untuk dirinya.
Disbutkan
dengan tegas bahwa di Bait Allah Yesus “mengajar.” Arti kata mengajar adalah
memberikan petuntuk-petunjuk kepada orang supaya bukan saja diketahui tapi juga
dituruti. Yesus mengajar artinya, Yesus memberitahukan hal-hal yang berguna,
supaya umat memiliki pola pikir yang dewasa secara iman. Dan orang-orang yang
berada di Bait Allah itu adalah mereka yang bersedia mendengar pengajaran dari
Yesus. Serta mau bersedia dididik dan dinasehati oelh pengajaran dari Yesus.
Saudara-saudara,,,
Itu artinya keberadaan kita di dalam gereja ini adalah untuk mendengar firman
Tuhan, guna iman kita dididik, diajar dan dibimbing. Ketika kita memutuskan
untuk datang ke gereja baik di pagi hari atau di malam hari, hal tersebut
mengartikan kita adalah orang-orang yang bersedia duduk dan memberi diri kepada
Allah lewat sikap mendengar firman dan juga doa yang dipanjatkan.
Bukan
dengan sikap yang datang ke gereja lalu hitung-menghitung ini berapa jam
berkhotbah, berapa jam berdoa syafaat. Pintu Bait Allah selalu terbuka untuk
umat yang bersedia memberi diri mereka untuk mendengar firman Tuhan dan doa
yang dipanjatkan di dalam gereja. Dan Bait Allah ini disediakan bagi umat yang
demikian, bagi umat yang haus yang rindu mendengar firman Allah, bukan bagi
mereka yang cepat merasa bosan, merasa tidak betah berlama-lama di dalam
gereja. Kita harus bisa membedakan antara gedung gereja dengan gedung-gedung
seminar untuk kepentingan publik. Kita harus bisa membedakan bahwa di sini kita
bertemu untuk beribadah, bukan untuk sosialisasi atau penyuluhan.
Sehingga
ketika kita benar-benar bertemu di gedung ini untuk beribadah, kita dapat
sungguh-sungguh memaknai bahwa minggu yang kita jalani saat ini merupakan
minggu-minggu sengsara Kristus, bagaimana kita memaknai kesengsaraan kristus
dalam minggu-minggu ini?
Saudara,,,
kita perhatikan pertanyaan dari Para tua-tua bangsa Yahudi dan Imam-imam kepala
kepada Yesus: dari manakah Engkau
melakukan hal-hal itu? dan siapakah yang memberikan kuasa itu kepada Mu?
Ini
pertanyaan yang sangat tidak bijak dari mereka. Kenapa? Sebab sebagai
orang-orang yang sudah kenal Yesus dan melihat banyak mukjizat yang dikerjakan
oleh Yesus, tentunya mereka sudah sangat memahami bahwa kuasa yang dimiliki
oleh Yesus adalah kuasa yang berasal dari Allah Bapa di sorga.
Kita
perhatikan tentang bagaimana Yesus menghadapi mereka yang berpikiran bejat
kepadaNya?
Ketika
mereka mengajukan pertanyaan jebakan kepada yesus, Yesus kembali memberikan
sebuah pertanyaan kepada mereka, jikalau dapat dijawab oleh mereka, maka Yesus
akan menjawab pertanyaan mereka.
Sebagai
anak-anak Tuhan, kita diberikan akal, hikmat dan kepandaian. Kepandaian yang
diberikan kepada kita seharusnya digunakan untuk hal yang memberkati kehidupan orang
lain. Bukan untuk menyusahkan dan menjebak orang supaya berada di dalam
kesulitan hidup. Kita belajar dari cara Yesus menghadapi mereka, bahwa bukan
dengan kekerasan fisik, bukan dengan bersilat lidah, melainkan lewat kecerdasan intelektualitas yang dimiliki oleh Yesus.
Saudara-saudara,,,
Apakah kita dapat mengikuti jejak Yesus yang demikian? Jawabannya bisa “ya,” bisa juga “tidak,” semuanya tergantung dari seberapa padat ruang-ruang di
dalam otak kita ini diisi dengan pengetahuan yang baik. sebab ketika otak kita
diisi dengan pikiran-pikiran yang baik, rasa ketersaingan dan iri hati kepada
orang lain itu taka akan pernah ada, sehingga kita tidak akan pernah menghakimi
oranglain. Tuhan Yesus memberkati kita sekalian, Amin!
Dikhotbahkan Oleh : Pdt.
D. Wattimena, S.Th
pada ibadah PraPaskah-IV di Jemaat GMIH Mawlango Buli Kota
Tidak ada komentar:
Posting Komentar