Minggu, 22 Maret 2020

Syafaat Ibadah MInggu Sengsara IV Tahun 2020

Sungguh kami bangga ya Tuhan, punya Allah seperti Engkau yang menjaga dan memelihara nafas hidup kami setiap hari. Di sini kami hendak melafaskan permohonan doa kami serta syafaat kepadaMu.

Bersama dunia yang sedang menggumuli penyebaran wabah covid19, Tuhan kasihanilah kami. Jagalah kami dari pada yang jahat. Kami mengimani bahwa dunia tempat kami berpijak berada di dalam genggaman tanganMu. Pulihkan kembali keadaan dunia di mana kami umatMu berpijak. Di segala benua, mulai dari negeri di mana InjilMu lahir hingga negeri di mana kami selaku orang percaya tersebar dan berdiam. Pada hari dominggu ini, berkenanlah kepada syafaat kami semua yang sedang mendoakan pemulihan dari penyebaran wabah covid19.

Kami bersyafaat bagi semua orang di segala tempat pada negara yang berada di dalam dunia ini. Orang-orang yang telah terjangkiti virus covid19, mereka yang sedang dalam masa karantina, mereka yang sedang dalam masa perobatan, berikanlah imunitas yang baik bagi tubuh mereka, supaya imunitas tubuh mereka dapat melawan virus yang berinkubasi pada tubuh mereka. Berkati makanan dan minuman serta segala obat yang dikonsumsi guna menguatkan tubuh mereka dari sakit.

Syafaat kami bagi para dokter, suster dan perawat baik di Indonesia maupun semua negara dalam dunia ini. Anugerahkan perlidunganMu kepada mereka. Selaku orang-orang yang berada pada garda terdepan yang berhadapan dengan pasien-pasien yang sakit karena wabah ini. Hikmati mereka agar tidak lalai memperhatikan selalu kebersihan diri mereka. Semoga mereka selalu menjaga kesterilan badan mereka dari kuman dan bakteri.

Kami bersyafaat bagi perekonomian di bangsa kami, dan juga pada perekonomian dunia, bahwa dengan bencana pandemik ini, sistem perekonomian bangsa dan dunia ini dapat saja menjadi lumpuh.

Syafaat kami bagi para petani, baik yang ada di bangsa kami Indonesia maupun di belahan dunia ini. Semoga tanaman mereka selalu subur, dan tidak mengalami kerugian karena bencana ini. Ketika mereka bergumul dengan pekerjaan membajak tanah, dan selalu berada di ruang terbuka, jauhkanlah mereka dari kelelahan dan kecapean.

Kami bersyafaat bagi gereja di seluruh dunia. Sekiranya di tengah bencana global ini, gerejaMu dapat menjadi tiang kesaksian bagi kemuliaan nama Tuhan. Biarlah di tengah bencana global ini kami tidak kehilangan pengharapan selaku orang percaya. Dan ajarlah kami untuk menjadi gereja yang berhikmat serta peka terhadap permasalahan sosial yang sedang memporak-porandakan ranah kesehatan dan medis. Ajarlah umatMu agar dapat menjadi duta pemutus penyebaran virus covid19 lewat perilaku hidup bersih dan sadar beretika di saat bersin maupun batuk. Sehingga kami sadar selalu menggunakan tisu atau menutup mulut di saat bersin dan batuk. Dengan begitu meski kami berada dalam suatu persekutuan orang yang banyak, kami tidak menjadi penyumbang penambah daftar orang penderita covid19.

Di balik semua bencana ini, kami bersyukur dan berterima kasih sebab inilah cara Tuhan untuk memulihkan hubungan umatMu yang memiliki keretakan di dalam keluarga antara suami-istri dan orangtua-anak. Kami saling mencemaskan satu terhadap yang lain, dan rasa cemas tersebut membuat kami terpanggil untuk mendoakan mereka. Dengan bencana ini pun kami menyadari arti sebuah keluarga, dan kami lebih menghargai keberadaan berkumpul sebagai persekutuan berkeluarga kami masing-masing.

Kami berdoa bagi masa depan rumah tangga keluarga kami. Diberkatilah sekiranya. Anugerahkan berkatMu yang melimpah kepada keluarga kami setiap pribadi. Saat kami mengabdikan diri kami lewat usaha dan mata pencaharian yang kami sedang geluti, dijauhkanlah kami dari hal yang jahat. Tuhan berkatilah peluh keringat yang tertumpah dari badan kami, dan lewat peluh itu kami menikmati berkat-berkat kehidupan kami.

Kami berdoa bagi masa pertumbuhan dan masa depan anak-anak kami. Tuhanlah yang membentuk mereka dan kami pertaruhkan hidup cemerlang dianugerahkan kepada mereka kelak.

Anak-anak kami yang karena tuntutan masa depan dan pendidikan berada di luar tanah kelahiran mereka di sini. Tuhan sajalah yang menyertai langkah kaki mereka. Tuhan anugerahkan kesehatan kepada mereka, dan terlebih lagi, hikmatilah mereka untuk memiliki pola pikir yang dewasa ketika mereka hidup terpisah dari sanak saudara dan orangtua di sini.

Biarlah perilaku anak-anak kami mencerminkan anak-anak Kristen yang kuat iman dalam menghadapi tantangan dunia dewasa ini.

Doa kami untuk para lansia, sertailah mereka di dalam hari usia senja mereka. Dalam usia purna senja ini, mereka tetap dapat menyenagkan hati Tuhan sekiranya.

Ibu-ibu yang sedang mengandung, sertai mereka dalam masa kehamilan bahkan masa persalinan mereka nanti kelak.

Kami bersyukur di dalam doa ini, bahwa Engkau Tuhan pun menyatakan kasih setiaMu kepada kami sangat nyata, lewat penyertaan hidup yang di dalamnya kami mengalami ketambahan usia kelahiran.......................................... dengan usia baru kami dalam minggu dan bulan berjalan ini, sekiranya kami lebih dewasa dalam iman kepadaMu lagi.

GerejaMu di sini yang sedang menggumuli cita-cita membangun gedung gerejanya, berkatilah upaya yang diusahakan. Kami pertaruhkan panitia pembangunan gedung gereja ini ke dalam bimbingan hikmat Tuhan, sehingga mereka dapat menjawab setiap tantangan dalam gumul pembangunan ini.

Dengan firman yang telah kami baca, ajarlah kami untuk merenungi cinta kasihMu ya Kristus kepada kami. Ajarlah kami untuk berubah dari pemberontak menjadi penurut, sehingga kami berkenan di hatiMu ya Tuhan Yesus.

Kami telah memuji dan mengagungkan kasih setiaMu. Dan kami secara kolektif menyelenggarakan peribadahan ini. Semua orang yang mendukung liturgis ibadah ini, Tuhan berkatilah kehidupan mereka senantiasa.

Inilah syafaat kami ya Tuhan,,, dan kami akan menyempurnakannya dengan mengucapkan doa Bapa kami, yang kami akan sebutkan dalam bentuk sebuah nyanyian demikian :

Memiliki Karakter yang berubah seperti Keledai muda yang ditunggangi Yesus!


Matius 21:1-11

Nas Pembimbing: Markus 10:45
Karena Anak Manusia juga datang bukan untuk dilayani, melainkan untuk melayani dan untuk memberikan nyawaNya menjadi tebusan bagi banyak orang”
Jemaat Tuhan,,,
Adalah menarik bahwa perikop pembacaan kita malam ini berbicara tentang Yesus dieluk-elukkan di Yerusalem, dengan tema yang ditetapkan oleh bidang ajaran dan teologi sinode GMIH Pengorbanan Kristus Menjadi Tebusan Bagi Banyak Orang (Markus 10:45)
Pada kesempatan ini kita akan pelajari secara bersama-sama bagaimana pengorbanan Kristus yang menjadi tebusan bagi banyak orang itu. hal pertama yang diperlihatkan oleh penulis Injil Markus adalah tentang bagaimana perilaku orang banyak dalam memperlakukan Yesus di saat Yesus hendak memasuki Yerusalem.
Seperti judulnya, Yesus disambut secara antusias. Orang banyak menyambut kedatanganNya dengan sukaria.

Saudara Jemaat Tuhan,,,
Dalam prosesi menyambut kedatangan Yesus tersebut, ada hal menarik yang ditulis oleh penulis Matius 21 ini, bahwa ketika Yesus telah dekat Yerusalem, Dia menyuruh dua orang untuk pergi ke sebuah kampung di depan mereka untuk mengambil se-ekor keledai yang sedang tertambat guna dipakaikan oleh Yesus. Penulis Injil Markus kemudian menggambarkan tentang ciri-ciri dari keledai tersebut, bahwa usianya masih sangat muda. Dan di dalam versi penulis Injil Yohanes tercatat di sana bahwa Yesus naik ke atas keledai muda itu. Hal yang unik adalah tentang keledai yang ditunggangi oleh Yesus tersebut. Keledai adalah hewan yang mirip dengan kuda namun berbeda.

Yang pertama, Yesus tidak memilih se-ekor kuda di dalam teks ini karena masing-masing binatang ini keduanya memiliki makna simbolitas yang berbeda satu dengan yang lainnya. Kuda seekor binatang yang menyimbolkan pperangan. Sedangkan keledai adalah inatang yang menyimbolkan perdamaian.
Saudara yang diberkati Tuhan Yesus Kristus,,,

Peristiwa masuknya Yesus ke dalam kota Yerusalem adalah satu peristiwa yang sesungguhnya untuk menyambut kematian Yesus di kayu salib. Hal ini dapat diketahui bahwa dalam peristiwa sebelumnya Yesus masuk ke Yerusalem, di Bethania Dia telah diurapi oleh seorang perempuan yang bernama Maria. Tradisi yang terjadi di kalangan orang Yahudi adalah bahwa kebiasaan mengurapi anusia dilakukan kepada orang yang telah mati. Sehingga peristiwa pengurapan Yesus oleh Maria adalah suatu peristiwa mempersiapkan kematian Yesus.

Dalam kaitannya dengan simbolisasi Yesus menunggangi se-ekor keledai, maka penulis Injil Matius hendak mengatakan kepada saudara dan saya, bahwa kematian Yesus adalah sebuah kematian yang membawa damai. Kematian Yesus adalah kematian yang membawa ketenangan, bukan kegelisahan, bukan kekerasan atau peperangan. Ketegasan makna dari kematian Yesus yang mau disampaikan oleh penulis Injil Matius adalah bahwa kematian Yesus merupakan sebuah kematian yang MENDAMAIKAN. Mendamaikan Allah dengan manusia. Lewat kematian Yesus semua  dosa-dosa manusia yang menimbulkan murka Allah telah didamaikan. Apa yang menjadi dosa saudara dan saya, entah di dalam rumah tangga keluarga masing-masing, maupun berjemaat, ketika kita percaya Yesus di dalam iman, maka kita telah didamaikan oleh Dia dengan pencipta kehidupan kita lewat kematian-Nya di kayu salib.

Yang kedua, saudara jemaat Tuhan,,,
Berbicara tentang Keledai, maka inilah se-ekor hewan yang sangat berbeda emosionalnya dengan kuda. Kuda adalah binatang yang menyimbolkan kekerasan, ketangguhan, kekuatan, dan keperkasaan. Sehingga kalau kita bisa lihat saja, sekalipun kuda itu masih muda, namun hewan itu sanggup mengangkut beban yang ditunggangkan di atas tubuhnya. Hal ini berbeda dengan se-ekor hewan yang bernama Keledai. Keledai adalah hewan yang sulit ditunggangi. Wataknya suka memberontak karena tidak sanggup menopang beban di atas tubuhnya, apalagi jika keledai itu masih muda. Tapi apa yang kita temukan dari perikop pembacaan ini? dikatakan bahwa Yesus menyuruh mengambil Keledai yang masih muda dan Dia naik ke atasanya. Ketika Yesus menunggangi Keledai muda tersebut, tidak ada watak pemberontakan yang diperlihatkan oleh Keledai muda itu. Sebaliknya Penulis Injil Matius hanya memperlihatkan seolah-oleh keledai tersebut tenang. Dan dengan sangat tenang membopong berat beban tubuh Yesus di atas tubuhnya.

Ini artinya bahwa Yesus sementara mengajarkan kepada kita semua bahwa sudah semestinyalah cara hidup kita. Sudah semestinyalah cara bersikap kita. Kalau dulu-dulu, kalau kemarin-kemarin kita masih suka hidup di dalam pemberontakan. Maka hari ini ketika kita memilih untuk hidup di dalam Yesus, maka sudah semestinya ada pembaharuan sikap, pembaharuan perilaku, pembaharuan tutur-kata. Dari yang suka memberontak menjadi penurut. Dari yang suka melawan mama dan papa menjadi anak-anak yang mencintai orangtua. Dari kebiasaan-kebiasaan bahugel menjadi seorang yang setia terhadap janji pernikahan suami dan istri. Dari kebiasaan yang suka menyembah roh tete nenek moyang menjadi sadar akan Tuhan Allah. Dari kebiasaan suka bersungut karena beratnya beban hidup, menjadi orang yang senantiasa mengucap syukur meski di dalam keadaan hidup yang berbeban berat. Dari kebiasaan acuh tak acuh terhadap tanggungjawab yang dipercayakan kepada kita, menjadi pribadi yang setia dalam melayani di mana saja kita dipercayakan.
Ketika kita melakukan semua hal ini, maka kita sedang menjadi Keledai yang penurut di dalam Yesus Kristus, bukan pemberontak, emosional, temprament, dan lain-lain.

Persekutuan yang diberkati Yesus Tuhan,,,
Hal lain yang kita lihat dari pembacaan ini. ketika Yesus masuk ke dalam kota Yerusalem ada sikap orang banyak yang diperlihatkan dalam menyongsong Dia. Pertama, disebutkan bahwa mereka mengambil daun palem  serta menghemparkan pakaian mereka di jalan. Ini adalah sebuah tradisi (lambang kehormatan/menghargai) yang dilakukan oleh orang Yahudi dalam menyambut seseorang, apalagi jika orang itu adalah tamu.

Apa kebiasaan kita dalam menyambut Kristus? Paskah? Arak-arakan? Bermalam suntuk? Menanam salib di sepanjang badan jalan? Tradisi.... tradisi.... dan tradisi.... terlalu sering kita terjebak di dalam tradisi, dalam sebuah rutinitas kebiasaan menyambut Kristus dalam kematian-Nya dengan kegiatan paskah yang menyibukkan kita dengan kegiatan ini dan itu. Secara kasat mata itu baik. Tapi yang dimaksudkan lewat bacaan ini adalah tentang bagaimana sikap kita dalam menyambut dan mempersiapkan kematian Kristus? Yang terpenting adalah tentang sikap! Bagaimanakah sikap kita?  itu yang terpenting. Bagaimana kita memaknai kematian Tuhan Yesus? Bagaimana kita memaknai penderitaanNya, penyiksaanNya, yang mana Yesus telah rela dipaku, ditombak, diludah, dihina, dicaci, dicambuk sampai wajah-Nya mengerikan dan tidak satu orang pun lagi yang sudi melihat wajah-Nya yang tidak lagi berbentuk manusia karena betul-betul rusak tercabik oleh mata cabikan tentara Romawi.

Kalau kita benar-benar memaknai kematian Yesus. Tradisi membuat paskah, kebiasaan membuat acara semalam suntuk adalah hal yang dinomor-duakan sesudah hal sikap dalam memaknai penyiksaan dan kesengsaraan Yesus dalam memikul salib dosa saudara dan saya. Panas-panasan dengan tubuh yang setengah bertenaga, memikul salib dosa kita, dari subuh sampai terik sore hari menahan aniaya, bukan untuk diri-Nya mencari nama dan pujian, tapi semua itu untuk membela dosa, kesalahan, kutuk, penyakit, saudara dan saya di hadapan takhta Bapa.

Saudara sekalian,,,
Pada ayat 9 dikatakan  “Dan orang banyak yang berjalan di depan Yesus dan yang mengikuti-Nya dari belakang berseru, katanya: "Hosana ..... Hosana ..... dan Hosana .....!”
Kata hosana memiliki arti yang dalam yaitu “selamatkanlah kami.”  Orang-orang banyak itu mulai dari depan hingga belakang meneriaki Yesus bahwa selamatkanlah kami, selamatkanlah kami, selamatkanlah kami,,,, namun setelah beberapa hari. Di saat Yesus ditangkap, disiksa oleh antek-antek Romawi, tak sedikit orang yang menghujat Dia dengan kalimat; salibkan Dia, bebaskan Barabas.

Bahkan di sepanjang jalan Yesus menuju bukit Tengkorak banyak suara yang berucap; salibkan Dia,,,, salibkan Dia,,,, dan salibkan Dia,,,,tak henti-henti keluar dari mulut orang banyak. Padahal beberapa hari sebelumnya orang-orang banyak itu baru saja mengatakan HOSANA, selamatkanlah kami... namun kalimat itu sekejap berubah menjadi penyangkalan iman.

Saudara,,,, sebagai orang Kristen pun, kadang kala saat ini kita setia mengaku iman kita. Tapi kadang karena satu dan hal lain, karena pengekangan dari para penguasa Romawi moderenisasi ini, iman kita bisa saja berubah dari setia menjadi se-biar. Menjadi penyimpang. Menyimpang dari iman Kristen kita, menyimpang dari ajaran Kristen kita dan lain sebagainya. Kita bisa menjadi Yudas-Yudas moderen yang hanya kerena 30 keping perak pada akhirnya menghianati iman kepada Yesus dan kebenaran-Nya.

Di sinilah pesan kepada semua kita selaku jemaat Tuhan, termasuk para Pelayan Khusus untuk tetap menjaga identitas sebagai orang banyak yang terus setia meneriaki HOSANA kepada Yesus Tuhan hingga tutup usia kita, maupun hingga usai pengabdian panggilan sebagai Pelayan Khusus yng melayani pekerjaan Yesus Tuhan kita.

Menjadi jemaat yang berkarakter setia, penurut seperti Keledai yang ditunggangi Yesus. Karena dengan memiliki iman yang demikian kita akan menjadi jemaat yang membawa damai untuk lingkungan di mana saja kita berada, bersekolah, berkantor, berkeluarga, berjemaat, bahkan bermasyarakat. Amin

Minggu sengsara “Pertanyaan Mengenai Kuasa Yesus”


Matius 21:24-38

Saudara-saudara jemaat yang diberkati oleh Kristus Yesus!!
Minggu sengsara Kristus ke-IV kita disuguhkan dengan sebuah cerita yang dinarasikan oleh Penulis Injil Matius 21:24-38. Diperihatkan di dalam narasi kisah cerita ini, bahwa saat Yesus mengajar di Bait Allah, datang beberapa orang yang disebut sebagai berikut:
-         Imam-imam kepala
-         Tua-tua bangsa Yahudi
Kedua tokoh ini yang mesti kita pahami dan kenali siapa mereka?
Imam-imam kepala adalah orang-orang yang memiliki kewenangan dalam pengadilan agama untuk meyelesaikan perkara-perkara keagamaan. Sedangkan,
Tua-tua bangsa Yahudi merupakan orang-orang yang bertindak sebagai hakim di pengadilan sipil, dan umumnya mereka menangani perkara dunia.
Kedua kelompok orang dari dua golongan yang berbeda ini diceritakan oleh Penulis Injil Matius bahwa mereka bertanya tentang dari manakah sumber kuasa yang dimiliki oleh Yesus saat Dia mengajar di dalam Bait Allah?
Kita dapat merasakan bahwa ada upaya kedua kelompok ini berkomplotan untuk menyerang Yesus, supaya di hadapan banyak orang, Yesus terlihat sebagai seorang jahat.

Sangat di sayangkan di sini, bahwa sikap kedua kelompok ini tidak menunjukkan jati diri sebagai seorang pemimpin yang bijak. Sebab mereka bukannya menyokong hal baik yang sedang dilakukan oleh Yesus melainkan menentang secara habis-habisan pekerjaan-pekerjaan “baik” yang dilakukanNya.

Ketika kita membaca adegan yang diceritakan oleh Penulis Injil Matius dalam ayat 23. Pertanyaan-pertanyaan yang diajukan oleh Imam-imam kepala & Tua-tua bangsa Yahudi, mengandung sebuah unsur penolakan, dan tidak menerima ajaran yang Yesus berikan untuk mengajar umat yang berada di dalam Bait Allah itu. pertanyaan yang diajukan oleh mereka mengandung unsur bahwa mereka tidak sudi membiarkan orang lain menerima ajaran dari Yesus.

Saudara,,, apa hal yang membuat mereka bersikap demikian kepada Yesus? Jawabannya adalah tentang ketidaksiapan mereka menerima fakta bahwa ada seseorang yang sangat fasih mengajar orang banyak tentang hal-hal berguna tentang Kerajaan Allah.
Saudara,,, Ketersaingan dapat membuat siapa saja bersikap seperti Imam-imam kepala dan Tua-tua bangsa Yahudi seperti di dalam bacaan ini. Perasaan ketersaingan di antara sesama manusia membuat orang yang satu tidak mampu mengakui kelebihan orang lain. Ke-tidaks-anggup-an tersebut menciptakan perasaan iri hati di dalam diri kita dan melahirkan perasaan kedengkian kepada orang lain. Dan bahaya dari sikap ini adalah menimbulkan sebuah keadaan konfrontatif kepada orang lain.

Menariknya bahwa Matius mengisahkan cerita ini tidak terlepas dari urutan cerita-cerita yang berada di dalam ayat 21 ini. Pertama-tama Matius pasal 21 ini dibuka dengan kisah Yesus dieluk-elukkan di Yerusalem, dan sesudah itu dilanjutkan dengan Yesus menyucikan Bait Allah, sesudah itu Yesus mengutuk pohon ara, dan barulah Pertanyaan mengenai kuasa Yesus.

Kalau kita ikuti cerita perikop sebelumnya, bahwa Yesus sebelumnya telah berada di dalam bait Allah dan di sana dia marah kepada orang banyak yang berdagang di tempat itu. bisa bayangkan saja, Yesus baru saja menghebohkan lingkungan di sekitaran Bait Allah tersebut, kemudian Dia pergi keluar meninggalkan mereka dan kembali lagi di tempat yang tadinya Dia membongkar-balikkan meja jualan para pedagang di tempat itu. Yesus datang ke dalam Bait Allah itu dan kemudian mengajar. Bisa kita bayangkan bahwa di luar Bait Allah itu, ada banyak orang yang merasa sakit hati denganNya karena perbuatanNya yang membongkar meja-meja jualan para pedagang di situ?

Akan tetapi, meski di Bait Allah itu ada orang-orang yang memusuhiNya, Dia tetap saja pergi ke Bait Allah dan berbuat hal yang patut Dia lakukan, yakni mengajar umat.
Mungkin salah satu ajaran yang disampaikan oleh Yesus di dalam Bait Allah tersebut, sesudah menyucikan Bait Allah adalah tentang “fungsi dari Bait Allah” seperti yang Yesus ucapan pada Matius Pasal 21:13 “Rumah-Ku akan disebut rumah doa. Tetapi kamu menjadikannya sarang penyamun.
Yesus mengajar dan mengedukasikan umat agar mereka dapat menjaga eksistensi kesakralan dari sebuah Bait Allah. Mencemarkan Bait Allah sama juga dengan merendahkan Allah Bapa sendiri. Setiap orang yang mencemarkan Allah tentu akan mendapat hukuman, seperti Yesus mengutuk pohon ara karena sebagai pohon yang kodratnya harus berbuah namun tidak berbuah pada musimnya. Setiap orang yang mencemarkan Allah sudah tentu kelak akan mendapat hukuman dari Allah. Dan itulah yang menjadi isi pengajaran Yesus di dalam Bait Allah setelah Dia kembali dari peristiwa “menyucikan Bait Allah.”

Saudara,,,, Pengajaran Yang Yesus lakukan di Bait Allah merupakan sebuah contoh edukasi yang baik untuk umat. Yesus tetap mengajar meski dia mendapat ancaman, serangan, dari orang-orang yang tidak mendukung misinya. Dia tidak berpatah semangat.

Ini yang mesti kita teladani. Berbuat atau mengedukasikan hal-hal yang baik sebagai hal yang berguna bagi khalayak umum, meski kita harus akui, terkadang banyak tantangan yang akan kita temui saat kita berjalan pada hal-hal yang bersifat kebenaran.
Orang akan membenci dan memusuhi kita, namun sikap yang harus kita miliki adalah seperti Yesus, tidak pesimis meski ada yang tidak mendukung pelayananNya, tidak takut meski ada banyak orang yang memusuhiNya, melainkan haruslah memiliki karakter dir yang berani untuk mewartakan hal-hal baik yang mengedukasikan orang-orang supaya mereka tidak terkurung dalam sebuah sistem yang menyesatkan dan membodohkan mereka.
Saudara,,, Di ceritakan oleh Penulis Injil Matius bahwa tempat yang digunakan oleh Yesus untuk “mengajar” itu adalah Bait Allah. Ini itu artinya, bahwa Bait Allah bukan sekedar sebuah “rumah doa,” tapi Bait Allah juga memiliki fungsi lain sebagai tempat atau sarana umat mendapat sebuah pengajaran yang berguna untuk dirinya.
Disbutkan dengan tegas bahwa di Bait Allah Yesus “mengajar.” Arti kata mengajar adalah memberikan petuntuk-petunjuk kepada orang supaya bukan saja diketahui tapi juga dituruti. Yesus mengajar artinya, Yesus memberitahukan hal-hal yang berguna, supaya umat memiliki pola pikir yang dewasa secara iman. Dan orang-orang yang berada di Bait Allah itu adalah mereka yang bersedia mendengar pengajaran dari Yesus. Serta mau bersedia dididik dan dinasehati oelh pengajaran dari Yesus.

Saudara-saudara,,, Itu artinya keberadaan kita di dalam gereja ini adalah untuk mendengar firman Tuhan, guna iman kita dididik, diajar dan dibimbing. Ketika kita memutuskan untuk datang ke gereja baik di pagi hari atau di malam hari, hal tersebut mengartikan kita adalah orang-orang yang bersedia duduk dan memberi diri kepada Allah lewat sikap mendengar firman dan juga doa yang dipanjatkan.

Bukan dengan sikap yang datang ke gereja lalu hitung-menghitung ini berapa jam berkhotbah, berapa jam berdoa syafaat. Pintu Bait Allah selalu terbuka untuk umat yang bersedia memberi diri mereka untuk mendengar firman Tuhan dan doa yang dipanjatkan di dalam gereja. Dan Bait Allah ini disediakan bagi umat yang demikian, bagi umat yang haus yang rindu mendengar firman Allah, bukan bagi mereka yang cepat merasa bosan, merasa tidak betah berlama-lama di dalam gereja. Kita harus bisa membedakan antara gedung gereja dengan gedung-gedung seminar untuk kepentingan publik. Kita harus bisa membedakan bahwa di sini kita bertemu untuk beribadah, bukan untuk sosialisasi atau penyuluhan.
Sehingga ketika kita benar-benar bertemu di gedung ini untuk beribadah, kita dapat sungguh-sungguh memaknai bahwa minggu yang kita jalani saat ini merupakan minggu-minggu sengsara Kristus, bagaimana kita memaknai kesengsaraan kristus dalam minggu-minggu ini?

Saudara,,, kita perhatikan pertanyaan dari Para tua-tua bangsa Yahudi dan Imam-imam kepala kepada Yesus: dari manakah Engkau melakukan hal-hal itu? dan siapakah yang memberikan kuasa itu kepada Mu?

Ini pertanyaan yang sangat tidak bijak dari mereka. Kenapa? Sebab sebagai orang-orang yang sudah kenal Yesus dan melihat banyak mukjizat yang dikerjakan oleh Yesus, tentunya mereka sudah sangat memahami bahwa kuasa yang dimiliki oleh Yesus adalah kuasa yang berasal dari Allah Bapa di sorga.

Kita perhatikan tentang bagaimana Yesus menghadapi mereka yang berpikiran bejat kepadaNya?
Ketika mereka mengajukan pertanyaan jebakan kepada yesus, Yesus kembali memberikan sebuah pertanyaan kepada mereka, jikalau dapat dijawab oleh mereka, maka Yesus akan menjawab pertanyaan mereka.

Sebagai anak-anak Tuhan, kita diberikan akal, hikmat dan kepandaian. Kepandaian yang diberikan kepada kita seharusnya digunakan untuk hal yang memberkati kehidupan orang lain. Bukan untuk menyusahkan dan menjebak orang supaya berada di dalam kesulitan hidup. Kita belajar dari cara Yesus menghadapi mereka, bahwa bukan dengan kekerasan fisik, bukan dengan bersilat lidah, melainkan lewat kecerdasan intelektualitas yang dimiliki oleh Yesus.

Saudara-saudara,,, Apakah kita dapat mengikuti jejak Yesus yang demikian? Jawabannya bisa “ya,” bisa juga “tidak,” semuanya tergantung dari seberapa padat ruang-ruang di dalam otak kita ini diisi dengan pengetahuan yang baik. sebab ketika otak kita diisi dengan pikiran-pikiran yang baik, rasa ketersaingan dan iri hati kepada orang lain itu taka akan pernah ada, sehingga kita tidak akan pernah menghakimi oranglain. Tuhan Yesus memberkati kita sekalian, Amin!


Dikhotbahkan Oleh : Pdt. D. Wattimena, S.Th
pada ibadah PraPaskah-IV di Jemaat GMIH Mawlango Buli Kota