Jumat, 01 November 2019

Masalah sebagai alat ukur orang beriman!


Mazmur 119:137-152

Hidup menurut Taurat Tuhan, saya kira itu adalah keinginan semua orang. Bukan hanya saya, tapi saudarapun tentu memiliki kerinduan besar untuk dapat hidup menurut Taurat Tuhan hari lepas hari. Faktanya, untuk dapat hidup menurut Taurat Tuhan bukanlah hal yang gampang. Sebab semakin saudara setia pada Taurat Tuhan, ujian kehidupan pun semakin besar melanda hidup iman saudara.

Lewat bacaan pagi ini, pemazmur mengungkapkan tentang pengalamannya menjadi pelaku Taurat Tuhan. Dalam pengalaman tersebut, pemazmur tak luput dari tantangan-tantangan hidupnya sebagai orang beriman. Pemazmur mengaku bahwa jalannya tak mulus menjadi seorang pelaku Taurat Tuhan. Sebab dalam lakonannya sebagai orang beriman hidupnya ditimpa kesesakan dan kesusahan. Hal itu bisa kita lihat dalam ayat 143 yang menyatat dengan jelas : “Aku ditimpa kesesakan dan kesusahan,

Ini harus menjadi perenungan iman semua orang orang percaya. Bahwa menjadi orang yang takut kepada Tuhan, bukan berarti menjamin kesusahan tidak ada di dalam hidup kita. Alkitab tidak pernah mengajar bahwa orang yang hidup takut Tuhan akan hidup baik-baik saja. Justru sebaliknya, orang-orang benar dalam sejarah Alkitab kehidupannya mengalami berbagai tantangan hidup yang berat.

Ada yang diperhadapkan pergumulan sakit-penyakit seperti Hizkia. Ada yang diperhadapkan dengan masalah keturunan seperti Abraham. Ada yang diperhadapkan dengan masalah dikejar-kejar musuh seperti Elia. Bahkan ada yang diperhadapkan dengan pendertiaan kematian dan penganiayaan seperti Yesus dan juga para rasul.

Saudara-saudara,,, orang beriman janganlah melihat masalah sebagai sebuah beban hidup. Tapi seorang beriman haruslah melihat masalah sebagai rekan hidup yang baik. alasannya, tanpa masalah/tantangan dan pergumulan hidup yang menyesakkan serta menyusahkan, iman orang benar tidak akan pernah teruji.

Kalau saudara memiliki sebuah kehidupan yang penuh tantangan dan persoalan yang membebankan, syukurilah itu. Sebab dengan hal tersebut iman saudara dapat diukur. Kadar iman setiap orang hanya dapat diukur lewat masalah-masalah di dalam kehidupannya.

 Kita perhatikan pada ayat 143, “Aku ditimpa kesesakan dan kesusahan, tetapi perintah-perintahMu menjadi kesukaanku”
ketika pemazmur mengatakan Aku ditimpa kesesakan dan kesusahan, kalimat itu dilanjutkan dengan sebuah pernyataan yang mencengang bahwa meski kesesakan dan kesusahan menimpa kehidupan pemazmur, perintah-perintah Tuhan tetap menjadi kesukaannya. Inilah yang membedakan orang benar di hadapan Tuhan dengan orang yang lain. Kalau saat-saat ini saudara memiliki masalah-masalah dalam hidup saudara, dan saudara tidak meninggalkan iman saudara, salah satu orang benar itu adalah saudara.

Saudara-saudara,,, bagian ayat yang menjadi bacaan kita saat ini adalah sebuah pengagungan sang pemazmur kepada Allah, atas karya-karya yang telah Allah nyatakan di dalam kehidupannya. Pemazmur mengagungkan Allah sebab Allah berlaku adil di dalam pergumulan kehidupannya. Meski diakui dalam kehidupan pemazmur banyak persoalan yang dia hadapi dan alami, tapi Allah tidak pernah meninggalkannya. Hal ini tersirat di dalam ayat 140 “JanjiMu sangat teruji, dan hambaMu mencintainya.”

Kalau kita harus merenung ucapan pemazmur dalam ayat ini, betapa dalam ungkapannya. Garis bawahi kalimat janjiMu sangat teruji, dapat berarti menyatakan kesanggupan Allah untuk berbuat atau menolong.
Secara retorika teks, ayat-ayat di dalam pasal 119 ini menyatakan kebencanaan yang dialami oleh pemazmur dalam hidupnya. Namun dalam kebencanaan yang dialami, Allah hadir sebagai Tuhan yang sanggup menolong dia dari segala pergumulan dan masalah hidupnya.
Sebagai orang percaya, kita perlu menaruh iman yang sama seperti pemazmur dalam bacaan ini. Ketika kita bergumul dengan hidup kita masing-masing, sesungguhnya ada Allah yang teruji janji-janjiNya.

Allah tidak pernah mengingkari janjiNya, manusialah yang seringkali meragukan janji-janji Allah. Apalagi ketika kita tidak melihat tanda-tanda kehadiran Allah di dalam pergumulan kita, semangat kita menjadi patah dan keyakinan kita pada kuasa Allah menjadi pudar.

Kalimat janjiMu sangat teruji pada ayat 140, dalam terjemahan aslinya bukanlah demikian melainkan “perkataanMu sangatlah bersih, dan hambaMu menyukainya.”

Itu menjadi sebuah pertegasan bahwa apa yang Allah perkatakan bukanlah janji dusta, sehingga semua perkataannya adalah sebuah janji yang teruji. Ketika Allah menjanjikan pertolongan kepada Elia saat dia tinggal bersama seorang janda di Sarfat, dalam keadaan sang janda hanya memiliki segenggam tepung dalam tempayan dan sedikit minyak di dalam tempayan, mereka masih tetap dapat makan dan tidak mengalami kekurangan.

Janji Allah yang teruji tidak hanya kepada pemazmur dan atau Nabi Elia, tapi juga bagi saudara dan saya. Asal sebagai orang percaya, kita mau hidup seimbang di dalam keadilan dan kebenaran kepada Tuhan.

Inilah yang diperlihatkan pemazmur lewat bacaan pada ayat 145 dan 146. Pemazmur memohon kepada Allah pertolonganNya, dan pertolongan Allah menjadi sebuah ungkapan syukur pemazmur lewat sikapnya yang hendak berpegang pada ketetapan-ketetapan Allah dan peringatan-peringatanNya.

145Aku berseru dengan segenap hati; jawablah aku, ya TUHAN! Ketetapan-ketetapan-Mu hendak kupegang.
146Aku berseru kepada-Mu; selamatkanlah aku! Aku hendak berpegang pada peringatan-peringatan-Mu.

Ini yang harus menjadi kekhasan orang-orang yang disebut benar kepada Allah. Ketika hidup kita ditolong oleh Tuhan, sepantasnya cara hidup kita menunjukkan sikap yang tahu bersyukur ketika telah ditolong oleh Allah.

Allah menolong kita dalam banyak hal;
  • Allah menolong kita dalam keselamatan merajut usia kehidupan,
  • Allah menolong kita dalam kebaikan usaha dan pekerjaan,
  • maka rasa syukur itu bukan dibalas dengan cara membawa persembahan syukur kepada Allah lewat amplop-amplop syukuran semata, sebab jikalau demikian, maka kebaikan Allah dapat bersifat pemberian gratifikasi.
  • Orang benar harus memahami bahwa kebaikan-kebaikan yang Allah anugerahkan ke dalam hidup kita tidaklah dapat dibalas lewat amplop-amplop sykuran kita. tapi yang benar adalah kita dapat tetap hidup dengan memegang ketetapan-ketetapan yang Allah berikan di dalam kehidupan kita masing-masing.

Taurat Tuhan haruslah menjadi bagian dari nafas hidup kita. itulah syukur yang benar kepada Allah, ini lebih bernilai dari sekedar pemberian korban syukur lewat amplop syukur kita.

Tuhan tidak menginginkan banyak hal dari hidup saudara dan saya. Allah kita adalah Tuhan yang kaya, Dia sumber berkat kehidupan saudara dan saya, sehingga Dia tidak membutuhkan dikayakan dari amplop-amplop yang kita korbankan sebagai persembahan syukur saudara dan saya. Karena kalau hanya sikap kita yang bersyukur buat kebaikan Tuhan lewat pemberian amplop syukur semata tanpa ada perilaku mencintai Taurat Tuhan, persembahan kita itu akan menjadi sama dengan persembahan korban Israel yang ditolak Allah.

Yesaya 1:11-13
11"Untuk apa itu korbanmu yang banyak-banyak?" firman TUHAN; "Aku sudah jemu akan korban-korban bakaran berupa domba jantan dan akan lemak dari anak lembu gemukan; darah lembu jantan dan domba-domba dan kambing jantan tidak Kusukai.
12Apabila kamu datang untuk menghadap di hadirat-Ku, siapakah yang menuntut itu dari padamu, bahwa kamu menginjak-injak pelataran Bait Suci-Ku?
13Jangan lagi membawa persembahanmu yang tidak sungguh, sebab baunya adalah kejijikan bagi-Ku.

Maksud dari perkataan Firman ini adalah bahwa yang Allah butuhkan perilaku umatNya yang mencintai Taurat Tuhan ketimbang melakukan pemberian korban-korban amplop syukur kita yang hanya menjadi sebuah rutinitas di kala kita bersyukur. Baik atas ketambahan usia, baik atas usaha dan pekerjaan, baik atas kesehatan dan lain-lainnya.

Tuhan mau saudara menjadi umat yang mencintai TauratNya.
Kalau saudara harus memberi persepuluhan atau syukur-syukur lainnya, itu sebuah kewajiban, dalam hukum imamat pemberian korban syukur itu disebut dengan istilah persembahan Minkha, Zevakh dan Selamin. Semoga kita bisa menjadi pelaku FirmanNya. Amin!

Oleh : Pdt. D. Wattimena, S.Th

Ibadah Jemaat GMIH Mawlango-Buli Kota
3 November 2019


2 komentar:

  1. Luar biasa.. khotbanya sangan membantu kami sebagai Majelis Jemaat yg tidak punya talenta dalam berkhotbah... jangan berhenti berkarya Pdt... TYM.

    BalasHapus
    Balasan
    1. God Bless Pak Majelis Aleksman Saapo. Selamat melayani untuk Tuhan. Baru sempat update blog lagi, Ini ada ulasan khotbah minggu dengan bacaan Kejadian 15:1-6, semoga memberkati!! https://ulasankhotbah.blogspot.com/2022/08/kejadian-151-6.html

      Hapus