Mazmur
119:137-152
Hidup menurut Taurat Tuhan, saya kira itu adalah keinginan semua orang. Bukan
hanya saya, tapi saudarapun tentu memiliki kerinduan besar untuk dapat hidup
menurut Taurat Tuhan hari lepas hari. Faktanya, untuk dapat hidup menurut
Taurat Tuhan bukanlah hal yang gampang. Sebab semakin saudara setia pada Taurat
Tuhan, ujian kehidupan pun semakin besar melanda hidup iman saudara.
Lewat bacaan pagi ini, pemazmur mengungkapkan tentang pengalamannya
menjadi pelaku Taurat Tuhan. Dalam pengalaman tersebut, pemazmur tak luput dari
tantangan-tantangan hidupnya sebagai orang beriman. Pemazmur mengaku bahwa
jalannya tak mulus menjadi seorang pelaku Taurat Tuhan. Sebab dalam lakonannya
sebagai orang beriman hidupnya ditimpa kesesakan dan kesusahan. Hal itu bisa
kita lihat dalam ayat 143 yang menyatat dengan jelas : “Aku ditimpa kesesakan dan kesusahan,”
Ini harus menjadi perenungan iman semua orang orang percaya. Bahwa
menjadi orang yang takut kepada Tuhan, bukan berarti menjamin kesusahan tidak
ada di dalam hidup kita. Alkitab tidak pernah mengajar bahwa orang yang hidup
takut Tuhan akan hidup baik-baik saja. Justru sebaliknya, orang-orang benar
dalam sejarah Alkitab kehidupannya mengalami berbagai tantangan hidup yang
berat.
Ada yang diperhadapkan pergumulan sakit-penyakit seperti Hizkia. Ada yang diperhadapkan dengan
masalah keturunan seperti Abraham.
Ada yang diperhadapkan dengan masalah dikejar-kejar musuh seperti Elia. Bahkan ada yang diperhadapkan
dengan pendertiaan kematian dan penganiayaan seperti Yesus dan juga para rasul.
Saudara-saudara,,, orang
beriman janganlah melihat masalah sebagai sebuah beban hidup. Tapi seorang
beriman haruslah melihat masalah sebagai rekan hidup yang baik. alasannya,
tanpa masalah/tantangan dan pergumulan hidup yang menyesakkan serta
menyusahkan, iman orang benar tidak akan pernah teruji.
Kalau saudara memiliki sebuah kehidupan yang penuh tantangan dan
persoalan yang membebankan, syukurilah itu. Sebab dengan hal tersebut iman
saudara dapat diukur. Kadar iman setiap orang hanya dapat diukur lewat
masalah-masalah di dalam kehidupannya.
Kita perhatikan pada ayat 143, “Aku ditimpa kesesakan dan kesusahan,
tetapi perintah-perintahMu menjadi kesukaanku”
ketika pemazmur mengatakan Aku
ditimpa kesesakan dan kesusahan, kalimat itu dilanjutkan dengan sebuah
pernyataan yang mencengang bahwa meski kesesakan dan kesusahan menimpa
kehidupan pemazmur, perintah-perintah Tuhan tetap menjadi kesukaannya. Inilah
yang membedakan orang benar di hadapan Tuhan dengan orang yang lain. Kalau
saat-saat ini saudara memiliki masalah-masalah dalam hidup saudara, dan saudara
tidak meninggalkan iman saudara, salah satu orang benar itu adalah saudara.
Saudara-saudara,,, bagian ayat
yang menjadi bacaan kita saat ini adalah sebuah pengagungan sang pemazmur
kepada Allah, atas karya-karya yang telah Allah nyatakan di dalam kehidupannya.
Pemazmur mengagungkan Allah sebab Allah berlaku adil di dalam pergumulan
kehidupannya. Meski diakui dalam kehidupan pemazmur banyak persoalan yang dia
hadapi dan alami, tapi Allah tidak pernah meninggalkannya. Hal ini tersirat di
dalam ayat 140 “JanjiMu sangat teruji,
dan hambaMu mencintainya.”
Kalau kita harus merenung ucapan pemazmur dalam ayat ini, betapa dalam
ungkapannya. Garis bawahi kalimat janjiMu sangat teruji, dapat berarti
menyatakan kesanggupan Allah untuk berbuat atau menolong.
Secara retorika teks, ayat-ayat di dalam pasal 119 ini menyatakan
kebencanaan yang dialami oleh pemazmur dalam hidupnya. Namun dalam kebencanaan
yang dialami, Allah hadir sebagai Tuhan yang sanggup menolong dia dari segala
pergumulan dan masalah hidupnya.
Sebagai orang percaya, kita perlu menaruh iman yang sama seperti pemazmur
dalam bacaan ini. Ketika kita bergumul dengan hidup kita masing-masing,
sesungguhnya ada Allah yang teruji janji-janjiNya.
Allah tidak pernah mengingkari janjiNya, manusialah yang seringkali
meragukan janji-janji Allah. Apalagi ketika kita tidak melihat tanda-tanda
kehadiran Allah di dalam pergumulan kita, semangat kita menjadi patah dan
keyakinan kita pada kuasa Allah menjadi pudar.
Kalimat janjiMu sangat teruji pada
ayat 140, dalam terjemahan aslinya bukanlah demikian melainkan “perkataanMu
sangatlah bersih, dan hambaMu menyukainya.”
Itu menjadi sebuah pertegasan bahwa apa yang Allah perkatakan bukanlah
janji dusta, sehingga semua perkataannya adalah sebuah janji yang teruji.
Ketika Allah menjanjikan pertolongan kepada Elia saat dia tinggal bersama
seorang janda di Sarfat, dalam keadaan sang janda hanya memiliki segenggam
tepung dalam tempayan dan sedikit minyak di dalam tempayan, mereka masih tetap
dapat makan dan tidak mengalami kekurangan.
Janji Allah yang teruji tidak hanya kepada pemazmur dan atau Nabi Elia, tapi
juga bagi saudara dan saya. Asal sebagai orang percaya, kita mau hidup seimbang
di dalam keadilan dan kebenaran kepada Tuhan.
Inilah yang diperlihatkan pemazmur lewat bacaan pada ayat 145 dan 146.
Pemazmur memohon kepada Allah pertolonganNya, dan pertolongan Allah menjadi
sebuah ungkapan syukur pemazmur lewat sikapnya yang hendak berpegang pada
ketetapan-ketetapan Allah dan peringatan-peringatanNya.
145Aku berseru dengan segenap hati; jawablah aku, ya TUHAN!
Ketetapan-ketetapan-Mu hendak kupegang.
146Aku berseru kepada-Mu; selamatkanlah aku! Aku hendak berpegang pada
peringatan-peringatan-Mu.
Ini yang harus menjadi kekhasan orang-orang yang disebut benar kepada
Allah. Ketika hidup kita ditolong oleh Tuhan, sepantasnya cara hidup kita
menunjukkan sikap yang tahu bersyukur ketika telah ditolong oleh Allah.
Allah menolong kita dalam banyak hal;
- Allah menolong kita dalam keselamatan merajut usia kehidupan,
- Allah menolong kita dalam kebaikan usaha dan pekerjaan,
- maka rasa syukur itu bukan dibalas dengan cara membawa persembahan syukur kepada Allah lewat amplop-amplop syukuran semata, sebab jikalau demikian, maka kebaikan Allah dapat bersifat pemberian gratifikasi.
- Orang benar harus memahami bahwa kebaikan-kebaikan yang Allah anugerahkan ke dalam hidup kita tidaklah dapat dibalas lewat amplop-amplop sykuran kita. tapi yang benar adalah kita dapat tetap hidup dengan memegang ketetapan-ketetapan yang Allah berikan di dalam kehidupan kita masing-masing.
Taurat Tuhan haruslah menjadi bagian dari nafas hidup kita. itulah
syukur yang benar kepada Allah, ini lebih bernilai dari sekedar pemberian
korban syukur lewat amplop syukur kita.
|
Tuhan tidak menginginkan banyak hal dari hidup saudara dan saya. Allah
kita adalah Tuhan yang kaya, Dia sumber berkat kehidupan saudara dan saya,
sehingga Dia tidak membutuhkan dikayakan dari amplop-amplop yang kita korbankan
sebagai persembahan syukur saudara dan saya. Karena kalau hanya sikap kita yang
bersyukur buat kebaikan Tuhan lewat pemberian amplop syukur semata tanpa ada
perilaku mencintai Taurat Tuhan, persembahan kita itu akan menjadi sama dengan
persembahan korban Israel yang ditolak Allah.
Yesaya 1:11-13
11"Untuk apa itu korbanmu yang banyak-banyak?" firman TUHAN; "Aku
sudah jemu akan korban-korban bakaran berupa domba jantan dan akan lemak dari
anak lembu gemukan; darah lembu jantan dan domba-domba dan kambing jantan tidak
Kusukai.
12Apabila kamu datang untuk menghadap di hadirat-Ku, siapakah yang menuntut itu dari
padamu, bahwa kamu menginjak-injak pelataran Bait Suci-Ku?
13Jangan lagi membawa persembahanmu yang tidak sungguh, sebab baunya adalah
kejijikan bagi-Ku.
Maksud dari perkataan Firman ini adalah bahwa yang Allah butuhkan
perilaku umatNya yang mencintai Taurat Tuhan ketimbang melakukan pemberian
korban-korban amplop syukur kita yang hanya menjadi sebuah rutinitas di kala
kita bersyukur. Baik atas ketambahan usia, baik atas usaha dan pekerjaan, baik
atas kesehatan dan lain-lainnya.
Tuhan mau saudara menjadi umat yang
mencintai TauratNya.
Kalau saudara harus memberi persepuluhan atau syukur-syukur lainnya, itu
sebuah kewajiban, dalam hukum imamat pemberian korban syukur itu disebut dengan
istilah persembahan Minkha, Zevakh dan
Selamin. Semoga kita bisa menjadi pelaku FirmanNya. Amin!
Oleh : Pdt. D. Wattimena, S.Th
Ibadah Jemaat GMIH Mawlango-Buli Kota
3 November 2019
Luar biasa.. khotbanya sangan membantu kami sebagai Majelis Jemaat yg tidak punya talenta dalam berkhotbah... jangan berhenti berkarya Pdt... TYM.
BalasHapusGod Bless Pak Majelis Aleksman Saapo. Selamat melayani untuk Tuhan. Baru sempat update blog lagi, Ini ada ulasan khotbah minggu dengan bacaan Kejadian 15:1-6, semoga memberkati!! https://ulasankhotbah.blogspot.com/2022/08/kejadian-151-6.html
Hapus