Mazmur
146:1-10
Apersepsi
:
Lirik lagu
“Kau
Bapaku yang baik,,,
Mengerti
bahasa tetesan air mata,
Tak
Kau biarkan kuberjalan sendirian,,
S’bab
Kau Bapa ku yang baik...!”
(inti
dari lagu ini mengungkapkan bahwa meski tantangan dan beban hidup berat Bapa
adalah Allah yang baik dan selalu menolong di saat susah)
”Saudara-saudara
yang diberkati Kristus Yesus!
Adakah
di antara saudara-saudara yang hadir dalam ibadah ini kehidupannya baik-baik
saja? Pastinya kita semua memiliki masalah dalam hidup kita masing-masing.
Hanya saja masalah kita terkemas dalam ragam yang berbeda bentuknya, namun
memiliki kekuatan untuk memengaruhi psikologis kita. sehingga menjadi salah
satu beban berat hidup kita.
Saya sendiri memiliki
pergumulan hidup terkait dengan kesehatan yang membuat saya sesekali menjadi
tidak bersemangat menjalani hidup. Setelah kista yang pernah saya alami dan
telah diangkat lewat operasi, ternyata pergumulan tentang kesehatan saya tidaklah
berhenti di situ. Masih ada pergumulan kesehatan yang lain seperti kolestrol
jahat
yang sesekali juga menghambat saya ketika harus melakukan tugas pelayanan.
Bukan hanya itu, ada saraf yang sesekali membuat sakit di
kepala, hingga pergumulan terkait dengan kesehatan
mata saya. Dokter memfonis bahwa
saya mengidap katarak Juvenil , sebuah katarak lembek yang
terdapat pada orang muda dan mulai terbentuk pada usia 3 bulan 9 tahun, dan
dampak buruknya bisa terjadi kebutaan.
Saudara-saudara,,, pasti saudara juga
memiliki pergumulan hidup yang terkemas dalam ragam yang berbeda bentuknya.
mungkin masalah hidup saudara terkemas dalam bentuk masalah pernikahan, masalah
rumah tangga suami istri, masalah hidup karena dijerat hukum, dan lain
sebagainya. Apapun bentuknya, semua itu adalah beban yang memberatkan kita
untuk mengayuh kaki guna menapaki hari yang telah Tuhan anugerahkan kepada
saudara dan saya.
Saudara-saudara,,, Tentu ketika kita
berada di dalam kesusahan, kita membutuhkan pertolongan dari orang lain, karena
kita menyadari bahwa tidak sanggup menolong diri kita sendiri. Tapi ada banyak
anak-anak Tuhan yang menjadi kecewa dalam hidupnya, ketika orang yang dimintai
pertolongannya tidak menolong secara baik. jika saja kita meminta tolong pada
orang yang tepat, tentu saja kita tidak akan mengalami kekecewaan kepada
mereka.
Mazmur 146:1-10 adalah
sebuah nyanyian yang memberitahukan tentang orang yang tepat dimintai
pertolongan ketika sedang berada di dalam kesusahan.
Kesalahan kita sebagai
orang percaya adalah selalu meminta pertolongan kepada manusia, bukan kepada
Tuhan di kala kita mengalami susah.
Ayat 3 menyebutkan : “Janganlah percaya kepada para bangsawan,
kepada anak manusia yang tidak dapat memberikan keselamatan. Apabila nyawanya
melayang, pada hari itu juga lenyaplah maksud-maksudnya.”
Pemazmur memberikan
sebuah peringatan kepada orang-orang yang berbeban berat bahwa memintai
pertolongan kepada orang lain adalah lebih baik, jikalau orang lain itu adalah
Tuhan Allah. Bukan para bangsawan atau orang-orang yang punya jabatan,
kekuasaan, dan nama baik serta status sosial di masyarakat, tapi kepada Allah.
Aplikasi:
Seberapa
sering kita meminta pertolongan kepada orang-orang yang mempunyai kekuasaan
karena pekerjaan dan jabatan yang dimilikinya? Tanpa kita sadari, kita lebih
mengandalkan jabatan mereka dari pada mengandalkan Tuhan. Meski manusia
memiliki kekuasaan lewat jabatan, pekerjaan, dan status sosial yang
dimilikinya, hal yang perlu kita sadari adalah bahwa Allah-lah sutradara
skenario kehidupan saudara dan saya. Jalan cerita kehidupan kita hari lepas
hari ada di tangan Allah. Karena Dialah yang menulis jalan hidup saudara dan
saya. Itu artinya meski kita mengandalkan manusia yang punya kuasa sekalipun,
kalau tangan Allah berhenti menulis cerita kehidupan kita, maka pertolongan
dari orang-orang yang punya jabatan, kekuasaan dalam hidup ini tidak ada
artinya.
Dalam ayat 4 dicatat
oleh Pemazmur bahwa “Apabila nyawanya
melayang, ia akan kembali ke tanah.” Hal tersebut memberitahukan bahwa
manusia adalah mahkluk yang terbatas, sedangkan Allah pribadi yang tidak
terbatas. Manusia akan mati, tapi Allah adalah kekal selamanya. Hari-hari
manusia akan lenyap pada suatu waktu bersama dengan pangkat dan jabatannya,
namun hari-hari Allah abadi dan tak akan berkesudahan.
Setiap orang sudah
pasti memiliki beban hidup masing-masing. Tapi terhadap beban hidup kita
masing-masing Pemazmur mengajak kita untuk mencari Allah sebagai penolong
satu-satunya dalam hidup kita. Kalau saat-saat ini kita sedang bergumul dengan
kesehatan kita, carilah Allah lewat doa dan bekerja, Allah akan hadir dan
menolong dalam wujud dokter yang dikhususkan untuk menolong saudara dari beban
hidupmu. Kasus perempuan berzinah yang terancam dengan hukuman mati karena
melakukan dosa asusila saja dapat diselamatkan Yesus, sehingga perempuan itu
dapat hidup dan menjadi saksi kebangkita Yesus, itu berarti sesungguhnya tidak
ada masalah yang tak dapat diselesaikan Allah ketika yang menolong kita itu
adalah Allah sendiri.
Pengalaman ini sudah
dirasakan oleh Elia ketika dia dikejar Isebel untuk dibunuh, tapi karena Allah
yang menolong dia, Elia tetap hidup. Kita harus bersyukur karena kita punya
Allah yang baik dan sanggup menolong kita.
Kita
lihat pada ayat 7-9
“Yang
menegagkkan keadilan untuk orang-orang yang diperas, yang memberi roti kepada
orang-orang lapar, Tuhan membebaskan orang-orang yang terkurung”
Ayat ini memperlihatkan
tentang kepedulian TUHAN kepada orang-orang yang bernasib malang. Kemalangan
mereka karena sistem hukum yang timpang. Mereka adalah orang-orang malang
karena perlakuan segelintir orang yang memiliki kekuasaan lewat pekerjaan di
ranah pemerintahan. Mereka bernasib malang karena menjadi korban ketidakadilan
dari orang-orang yang diberikan kepercayaan di ranah hukum dan perpolitikan.
Realitas kehidupan
inilah yang membuat pemazmur mennyanyikan mazmur ini, bahwa ketika manusia
tidak dapat lagi menolong mereka, masih ada Tuhan yang akan berlaku adil bagi
hidup mereka. Konteks umat dalam pasal ini adalah umat yang tidak terlayani
segala hidupnya ketika meminta keadilan pada ranah – ranah yang membidangi
hukum dan keadilan. Umat ini kebanyakan hanya orang-orang miskin, para janda,
anak yatim, orang tidak kaya. Mereka mengalami kesusahan karena sistem yang
membedakan kaya-miskin di zaman itu. sehingga orang-orang kaya lebih
diprioritaskan pelayanan perkara mereka dibandingkan orang miskin tadi.
Kita harus hidup benar
dan adil. Terkhusus bagi kita yang dipercayakan Allah sebagai seorang abdi
negara dalam pelayanan masyarakat. Baik di puskesmas, baik di catatan sipil,
baik di kantor camat, atau instansi-instansi pemerintahan lainnya yang
sehari-hari berhadapan dengan pelayanan masyarakat. Pelayanan kita kepada orang
banyak menentukan siapa kita? orang-orang yang benar di hadapan Tuhan akan
melayani banyak orang tanpa sikap membedakan usia, jenis kelamin, suku, ras,
agama, dan status sosial, kaya dan miskin.
Ini bukan berarti
diperuntukkan kepada para pekerja yang berkaitan dengan pelayanan masyarakat.
Namun juga kepada kita semua yang adalah umat percayaNya. Berlaku baik dan
santun serta sopan kepada orang lain tanpa membedakan latar belakangnya adalah
hal yang tidak dimiliki oleh para pejaat kekuasaan di dalam pasal pembacaan
ini.
Sehingga sebagai umat
Allah, pemazmur hendak memberikan nasihat tersirat bagi kita sekalian bahwa
orang percaya umat Allah sudah sepantasnya memiliki perilaku yang menghargai
sesama, termasuk di lingkungan kesahrian di gereja, kantor, dan masyarakat.
Hal yang penting lain
dari nyanyian mazmur ini adalah sebagaimana tercatat di dalam 2 : “Aku hendak memuliakan Tuhan selama aku
hidup, dan bermazmur bagi Allahku selagi aku ada.”
Mazmur ini merupakan
sebuah pengakuan pribadi bahwa Allah adalah penolong satu-satunya tiada yang
lain.
Lewat mazmur ini, jiwa
dari pemazmur diperlihatkan bahwa batinnya tidak mengalami tekanan sekalipun
dia hidup di dalam banyak persoalan hidupnya, melainkan dia memiliki sukacita
di hati dan itu terjadi karena di dalam hidup yang penuh masalah dia
mengandalkan Tuhan.
Menarik tentang
ucapan-ucapan pemazmur yang tidak memuat keluh kesah namun kebahagiaan dalam
hidupnya, maka kita dapat memetik amanat hidup dari pemazmur bagi kita
sekalian, yakni bahwa Hidup bukan untuk dikeluhkan. tapi hidup harus diisi
dengan ungkapan syukur dan sukacita. Ketika hidup dikeluhkan, kehidupan akan
serasa berat. Amin!
(Sisipan
di dalam doa syafaat:)
Selagi aku ada adalah ucapan
kalimat yang dalam. Yang mesti dimaknai. Apa yang sudah kita lakukan dengan
hidup ini? Selagi aku ada menandakan sebuah keberadaan hidup yang bernafas.
Selama pemazmur ada dengan nafas hidupnya, dia memuji Allah. Ini sebuah didikan
hidup yang benar. Hidup harsu diisi dengan sikap yang mmemuliakan Allah. Hidup
harus diisi dengan sikap-sikap yang baik? perilaku yang benar! Bukan dengan
kejahatan, bukan dengan tipu muslihat, bukan dengan persaingan hidup, bukan
dengan ambisi karir, bukan dengan kecurangan, saling keangkuhan, atau sikap
bermusuhan, menjatuhkan derajat orang lain.
dikhotbahkan Oleh
:
Pdt.
D.Wattimena, S.Th
10
November 2019, Jemaat GMIH Mawlango-Buli Kota
Tidak ada komentar:
Posting Komentar