Selasa, 12 November 2019

Hanya Allah satu-satunya penolong


Mazmur 146:1-10
 
Apersepsi :
Lirik lagu
“Kau Bapaku yang baik,,,
Mengerti bahasa tetesan air mata,
Tak Kau biarkan kuberjalan sendirian,,
S’bab Kau Bapa ku yang baik...!”

(inti dari lagu ini mengungkapkan bahwa meski tantangan dan beban hidup berat Bapa adalah Allah yang baik dan selalu menolong di saat susah)


”Saudara-saudara yang diberkati Kristus Yesus!
Adakah di antara saudara-saudara yang hadir dalam ibadah ini kehidupannya baik-baik saja? Pastinya kita semua memiliki masalah dalam hidup kita masing-masing. Hanya saja masalah kita terkemas dalam ragam yang berbeda bentuknya, namun memiliki kekuatan untuk memengaruhi psikologis kita. sehingga menjadi salah satu  beban berat hidup kita.
Saya sendiri memiliki pergumulan hidup terkait dengan kesehatan yang membuat saya sesekali menjadi tidak bersemangat menjalani hidup. Setelah kista yang pernah saya alami dan telah diangkat lewat operasi, ternyata pergumulan tentang kesehatan saya tidaklah berhenti di situ. Masih ada pergumulan kesehatan yang lain seperti kolestrol jahat yang sesekali juga menghambat saya ketika harus melakukan tugas pelayanan. Bukan hanya itu, ada saraf yang sesekali membuat sakit di kepala, hingga pergumulan terkait dengan kesehatan mata saya. Dokter memfonis bahwa saya mengidap katarak Juvenil , sebuah katarak lembek yang terdapat pada orang muda dan mulai terbentuk pada usia 3 bulan 9 tahun, dan dampak buruknya bisa terjadi kebutaan.
Saudara-saudara,,, pasti saudara juga memiliki pergumulan hidup yang terkemas dalam ragam yang berbeda bentuknya. mungkin masalah hidup saudara terkemas dalam bentuk masalah pernikahan, masalah rumah tangga suami istri, masalah hidup karena dijerat hukum, dan lain sebagainya. Apapun bentuknya, semua itu adalah beban yang memberatkan kita untuk mengayuh kaki guna menapaki hari yang telah Tuhan anugerahkan kepada saudara dan saya.
Saudara-saudara,,, Tentu ketika kita berada di dalam kesusahan, kita membutuhkan pertolongan dari orang lain, karena kita menyadari bahwa tidak sanggup menolong diri kita sendiri. Tapi ada banyak anak-anak Tuhan yang menjadi kecewa dalam hidupnya, ketika orang yang dimintai pertolongannya tidak menolong secara baik. jika saja kita meminta tolong pada orang yang tepat, tentu saja kita tidak akan mengalami kekecewaan kepada mereka.
Mazmur 146:1-10 adalah sebuah nyanyian yang memberitahukan tentang orang yang tepat dimintai pertolongan ketika sedang berada di dalam kesusahan.
Kesalahan kita sebagai orang percaya adalah selalu meminta pertolongan kepada manusia, bukan kepada Tuhan di kala kita mengalami susah.
Ayat 3 menyebutkan : “Janganlah percaya kepada para bangsawan, kepada anak manusia yang tidak dapat memberikan keselamatan. Apabila nyawanya melayang, pada hari itu juga lenyaplah maksud-maksudnya.
Pemazmur memberikan sebuah peringatan kepada orang-orang yang berbeban berat bahwa memintai pertolongan kepada orang lain adalah lebih baik, jikalau orang lain itu adalah Tuhan Allah. Bukan para bangsawan atau orang-orang yang punya jabatan, kekuasaan, dan nama baik serta status sosial di masyarakat, tapi kepada Allah.
Aplikasi:
Seberapa sering kita meminta pertolongan kepada orang-orang yang mempunyai kekuasaan karena pekerjaan dan jabatan yang dimilikinya? Tanpa kita sadari, kita lebih mengandalkan jabatan mereka dari pada mengandalkan Tuhan. Meski manusia memiliki kekuasaan lewat jabatan, pekerjaan, dan status sosial yang dimilikinya, hal yang perlu kita sadari adalah bahwa Allah-lah sutradara skenario kehidupan saudara dan saya. Jalan cerita kehidupan kita hari lepas hari ada di tangan Allah. Karena Dialah yang menulis jalan hidup saudara dan saya. Itu artinya meski kita mengandalkan manusia yang punya kuasa sekalipun, kalau tangan Allah berhenti menulis cerita kehidupan kita, maka pertolongan dari orang-orang yang punya jabatan, kekuasaan dalam hidup ini tidak ada artinya.
Dalam ayat 4 dicatat oleh Pemazmur bahwa “Apabila nyawanya melayang, ia akan kembali ke tanah.” Hal tersebut memberitahukan bahwa manusia adalah mahkluk yang terbatas, sedangkan Allah pribadi yang tidak terbatas. Manusia akan mati, tapi Allah adalah kekal selamanya. Hari-hari manusia akan lenyap pada suatu waktu bersama dengan pangkat dan jabatannya, namun hari-hari Allah abadi dan tak akan berkesudahan.
Setiap orang sudah pasti memiliki beban hidup masing-masing. Tapi terhadap beban hidup kita masing-masing Pemazmur mengajak kita untuk mencari Allah sebagai penolong satu-satunya dalam hidup kita. Kalau saat-saat ini kita sedang bergumul dengan kesehatan kita, carilah Allah lewat doa dan bekerja, Allah akan hadir dan menolong dalam wujud dokter yang dikhususkan untuk menolong saudara dari beban hidupmu. Kasus perempuan berzinah yang terancam dengan hukuman mati karena melakukan dosa asusila saja dapat diselamatkan Yesus, sehingga perempuan itu dapat hidup dan menjadi saksi kebangkita Yesus, itu berarti sesungguhnya tidak ada masalah yang tak dapat diselesaikan Allah ketika yang menolong kita itu adalah Allah sendiri.
Pengalaman ini sudah dirasakan oleh Elia ketika dia dikejar Isebel untuk dibunuh, tapi karena Allah yang menolong dia, Elia tetap hidup. Kita harus bersyukur karena kita punya Allah yang baik dan sanggup menolong kita.
Kita lihat pada ayat 7-9
“Yang menegagkkan keadilan untuk orang-orang yang diperas, yang memberi roti kepada orang-orang lapar, Tuhan membebaskan orang-orang yang terkurung”
Ayat ini memperlihatkan tentang kepedulian TUHAN kepada orang-orang yang bernasib malang. Kemalangan mereka karena sistem hukum yang timpang. Mereka adalah orang-orang malang karena perlakuan segelintir orang yang memiliki kekuasaan lewat pekerjaan di ranah pemerintahan. Mereka bernasib malang karena menjadi korban ketidakadilan dari orang-orang yang diberikan kepercayaan di ranah hukum dan perpolitikan.
Realitas kehidupan inilah yang membuat pemazmur mennyanyikan mazmur ini, bahwa ketika manusia tidak dapat lagi menolong mereka, masih ada Tuhan yang akan berlaku adil bagi hidup mereka. Konteks umat dalam pasal ini adalah umat yang tidak terlayani segala hidupnya ketika meminta keadilan pada ranah – ranah yang membidangi hukum dan keadilan. Umat ini kebanyakan hanya orang-orang miskin, para janda, anak yatim, orang tidak kaya. Mereka mengalami kesusahan karena sistem yang membedakan kaya-miskin di zaman itu. sehingga orang-orang kaya lebih diprioritaskan pelayanan perkara mereka dibandingkan orang miskin tadi.
Kita harus hidup benar dan adil. Terkhusus bagi kita yang dipercayakan Allah sebagai seorang abdi negara dalam pelayanan masyarakat. Baik di puskesmas, baik di catatan sipil, baik di kantor camat, atau instansi-instansi pemerintahan lainnya yang sehari-hari berhadapan dengan pelayanan masyarakat. Pelayanan kita kepada orang banyak menentukan siapa kita? orang-orang yang benar di hadapan Tuhan akan melayani banyak orang tanpa sikap membedakan usia, jenis kelamin, suku, ras, agama, dan status sosial, kaya dan miskin.
Ini bukan berarti diperuntukkan kepada para pekerja yang berkaitan dengan pelayanan masyarakat. Namun juga kepada kita semua yang adalah umat percayaNya. Berlaku baik dan santun serta sopan kepada orang lain tanpa membedakan latar belakangnya adalah hal yang tidak dimiliki oleh para pejaat kekuasaan di dalam pasal pembacaan ini.
Sehingga sebagai umat Allah, pemazmur hendak memberikan nasihat tersirat bagi kita sekalian bahwa orang percaya umat Allah sudah sepantasnya memiliki perilaku yang menghargai sesama, termasuk di lingkungan kesahrian di gereja, kantor, dan masyarakat.
Hal yang penting lain dari nyanyian mazmur ini adalah sebagaimana tercatat di dalam 2 : “Aku hendak memuliakan Tuhan selama aku hidup, dan bermazmur bagi Allahku selagi aku ada.”
Mazmur ini merupakan sebuah pengakuan pribadi bahwa Allah adalah penolong satu-satunya tiada yang lain.
Lewat mazmur ini, jiwa dari pemazmur diperlihatkan bahwa batinnya tidak mengalami tekanan sekalipun dia hidup di dalam banyak persoalan hidupnya, melainkan dia memiliki sukacita di hati dan itu terjadi karena di dalam hidup yang penuh masalah dia mengandalkan Tuhan.
Menarik tentang ucapan-ucapan pemazmur yang tidak memuat keluh kesah namun kebahagiaan dalam hidupnya, maka kita dapat memetik amanat hidup dari pemazmur bagi kita sekalian, yakni bahwa Hidup bukan untuk dikeluhkan. tapi hidup harus diisi dengan ungkapan syukur dan sukacita. Ketika hidup dikeluhkan, kehidupan akan serasa berat. Amin!

(Sisipan di dalam doa syafaat:)
Selagi aku ada adalah ucapan kalimat yang dalam. Yang mesti dimaknai. Apa yang sudah kita lakukan dengan hidup ini? Selagi aku ada menandakan sebuah keberadaan hidup yang bernafas. Selama pemazmur ada dengan nafas hidupnya, dia memuji Allah. Ini sebuah didikan hidup yang benar. Hidup harsu diisi dengan sikap yang mmemuliakan Allah. Hidup harus diisi dengan sikap-sikap yang baik? perilaku yang benar! Bukan dengan kejahatan, bukan dengan tipu muslihat, bukan dengan persaingan hidup, bukan dengan ambisi karir, bukan dengan kecurangan, saling keangkuhan, atau sikap bermusuhan, menjatuhkan derajat orang lain.


dikhotbahkan Oleh :
Pdt. D.Wattimena, S.Th
10 November 2019, Jemaat GMIH Mawlango-Buli Kota



Tidak ada komentar:

Posting Komentar