Sabtu, 11 April 2020

Kebangkitan Yesus Menurut Penulis Injil Matius 28:1-10

Dikhotbahkan Oleh Pdt. D.Wattimena, S.Th
(Pdt. Pelayan di Jemaat GMIH Mawlango Buli Kota, Halmahera Timur-Maluku Utara)
 
Saudara yang diberkati Yesus Kristus,
Pada ibadah di saat ini, kita akan melihat tentang peristiwa kebangkitan Yesus dari kacamata penulis Matius. Penulis Matius memperlihatkan bahwa dalam peristiwa kebangkitan Yesus Kristus, ada tokoh-tokoh yang terlibat dan berperan di dalamnya. Tokoh-tokoh tersebut terbagi atas dua bahagian; yakni para perempuan, malaikat, dan Yesus sebagai tokoh utama, dan selanjutnya adalah para penjaga kubur sebagai pemeran pembantu dan yang terakhir ada tokoh bayangan yaitu para murid Yesus.

Dalam kebangkitan Yesus Kristus, perempuan-perempuan sebagai tokoh utama diperlihatkan penulis Matius sebagai tokoh yang sangat aktif, dan agresif sebagai subjek yang menengok kubur Yesus.
Matius mengisahkan bahwa saat peremuan-perempuan tersebut menengok kubur Yesus terjadi suatu peristiwa alam yang membuat para penjaga kubur dan para perempuan yang menengok kubur Yesus itu menjadi gentar dan ketakutan.
Ayat 5 berkata; “akan tetapi malaikat itu berkata kepada perempuan-perempuan itu; janganlah kamu takut; sebab aku tahu......

Coba kita teliti bunyi kalimat dalam ayat ini secara seksama. Yang mengalami ketakutan pada saat itu bukan hanya perempuan-perempuan namun ayat 4 berkata juga penjaga-penjaga itu.....”
Namun malaikat hanya berkata kepada para perempuan  yang menengok kubur Yesus itu, sebaliknya kepada para penjaga kubur Yesus tidak dikatakan kepada mereka. Ini bukan karena perempuan-perempuan itu sebagai sahabat-sahabat Yesus dan para penjaga kubur itu sebagai musuh Yesus, yakni para prajurit tentara Romawi. Namun, berkatanya malaikat Tuhan kepada para perempuan itu dapat dijelaskan lewat anak kalimat selanjutnya dari bunyi ayat 5 tersebut; “aku tahu kamu mencari Yesus yang disalibkan itu”

Saudaraku, kepada mereka yang mencari Yesus, Malaikat Tuhan melepaskan perkataan “jangan takut.” Siapa pun kita; entah kita laki-laki, entah kita perempuan, entah kita orang dewasa, anak kecil, apakah kita orang miskin, apakah kita orang kaya, apakah kita cantik, jelek, cacat, normal. Asalkan kita mau mencari Yesus dalam hidup kita, maka malaikat Tuhan itu juga berkata kepada kita “jangan pernah takut” 

Apa yang kita takutkan dalam kehidupan bergereja di jemaat kita. Takut, cemas tentang tanggungjawab pembangunan Gedung Gereja di mana setiap Lingkungan Pelayanan sebisa mungkin dapat menopang pendanaan Rp. 10.000.000,- pada setiap Lingkungan Pelayanan dalam setahun?
Atau dalam konteks Rumah Tangga kita masing-masing, ada ketakutan tentang membiayai pendidikan anak-anak kita yang mendesak kita untuk melunasi biaya pendidikan. Kalau hidup kita benar-benar mencari Tuhan, kata malaikat Tuhan pagi ini bahwa “jangan takut”

Dunia di saat-saat ini pun sedang mengalami ketekutan, kecemasan yang luar biasa karena wabah pandemi virus covid19 yang melanda hampir seluruh negara di belahan dunia. kita di Indonesia pada akhir-akhir ini justu mengalami peningkatan pada penyebaran virus tersebut sehingga mencapai angka 3000 lebih yang udah terpapar. bagaimana kita menyikapi bencana kesehatan global ini? kata Malaikat Tuhan pada hari ini di saat Kristus bangkit adalah "jangan takut!" ketakutan hanya akan membuat imunitas kita menjadi turun, dan hal itu akan berdampak pada antibodi kita untuk menangkal virus dan kuman yang menyerang tubuh kita. Yesus pun pernah mengalami ketakutan seperti kita di jaman sekarang ini namun dalam konteks yang berbeda. Yesus mengalami ketakutan dan kecemasan karena hari kematianNya yang semakin dekat sampai keringatNya bagaikan tetesan darah manusia yang menetes dari tubuhNya. tapi ketika Yesus masuk di dalam saat teduh, menyerahkan semua gumulNya kepada Sang Bapa di sorga, ketakutan itu berubah menjadi keberanian menghadapi pergumulanNya. 
sebagai anak-anak Bapa, kita harus siap untuk berperang melawan kenyataan gumulan hidup kita setiap orang. perasaan takut adalah hal yang manusiawi, tapi bukan berarti kita harus dikalahkan oleh perasaan takut yang membuat iman kita menjadi hilang dan tak lagi berpengharapan. Pergumulan hidup kita haruslah dihadapi bukan dengan perasaan takut dan cemas, melainkan dengan bersandar kepada Allah di sorga. sebab Allah adalah Tuhan yang menjadikan dunia ini berserta segala skenario kehidupan yang harus diperankan oleh kita setiap orang sebagai aktor dan artis di dalam panggung dunia ciptaan Allah ini. setiap kejadian yang kita hadapi adalah bagian dari skenario yang dikarang oleh tangan Bapa di sorga, di mana Dia adalah sutradara agung jalan hidup saudara dan saya.

Ayat 6 memberikan alasan  kenapa jangan takut; sebab “Ia telah bangkit.” Kata “bangkit” berarti Yesus hidup dari kematian. Kalau kita mencari Yesus, masalah-masalah dalam hidup kita tidak akan mampu membuat kita mati. Penulis Matius hendak mengatakan kepada kita sekalian bahwa kita harus mencari Yesus, sebab di dalam Yesus ada kehidupan. (amin...??)

Saudaraku, pada ayat 7 pembacaan kita, ada satu perintah yang disampaikan  kepada perempuan-perempuan itu bahwa mereka harus pergi dan mengatakan kebangkitan Yesus kepada para murid-Nya. Mereka harus menyampaikan kebenaran tentang diri Yesus.
Seperti perempuan-perempuan yang diberikan perintah itu, selaku orang-orang yang mengilkuti Yesus Kristus pun, kita harus menyampaikan apa yang  benar tentang Yesus Kristus. Menyampaikan yang benar itu merupakan bentuk kesaksian. Selaku anak-anak Tuhan bersaksi tentang Kristus Yesus adalah hal yang wajib. Setiap anak-anak Tuhan diberikan talenta untuk dapat bersaksi tentang Yesus Kristus. Bersaksi tentang Yesus Kristus tidak hanya sebatas berkhotbah. Tapi juga dapat ditunjukkan dalam bentuk doa dan puji-pijian. Ada solois, VG, baik dari pemuda, kaum ibu, kaum bapa dan sebagainya.

Masih di dalam ayat 7 dikatakan Ia mendahului kamu ke Galilea; kata ini diulangi pada ayat 10 teks bacaan kita. Satu pertanyaan terbesit saat mengarang khotbah ini. Apa yang Yesus lakukan di Galilea, kenapa para murid diperintahkan untuk harus ke sana? Saya lalu mencaritahu tentang Galilea. Ternyata Galilea merupakan tempat Yesus Kristus bertumbuh dan besar. Semasa hidupnya Yesus melakukan pelayananNya kepada Bapa di Sorga di sana. Matius mau memesankan kepada kita bahwa pelayanan kepada Allah mestinya dimulai dari dalam tempat di mana kita bertumbuh dan besar. Kita harus bersaksi pertama-tama dimulai dari dalam keluarga kita, lalu kepada lingkungan di mana kita tinggal, lalu kita bisa memvirusi desa, kemudian kota, selanjutnya dunia di mana kita berdiam.

Saudaraku,,, ayat 8 berkata mereka segera pergi dari kubur itu dengan takut, dan dengan sukacita berlari cepat-cepat untuk memberitahukan kabar Yesus kepada murid-murid.
Kubur merupakan tempat peristirahatan orang-orang yang telah “mati”. Pada kubur tidak ada janji tentang kehidupan. Mereka segera pergi dari dunia kematian kepada dunia kehidupan.
Saat perempuan-perempuan itu pergi dari kubur kepada murid-murid Yesus, di tengah jalan tiba-tiba Yesus berjumpa dengan mereka. Dalam terjemahan Alkitab BIS berbunyi Tiba-tiba Yesus datang menemui wanita-wanita itu, dan berkata, Yesus yang mendatangi mereka.Yesus datang menemui mereka saat mereka hendak memberitahukan kebenaran tentang dirinya kepada murid-murid. Kata “murid-murid” merujuk kepada pengertian sebagai sesama manusia, teman se-pelayan-an, orang di sekitar mereka, atau orang lain. Saat kita mau memberitahukan kebenaran tentang Yesus kepada sesama kita, di sana kita akan  menemukan  Yesus.
Dia berkata “salam bagimu,” (Shallom) suatu ucapan yang mau memastikan ketenangan kepada orang yang ditemuiNya. Salam yang mengartikan damai dan penuh ketenangan, jauh dari kecemasan dan ketakutan akan kehidupan ini. Amin

Refleksi Pembasuhan Kaki Murid Yesus (KamisPutih)

Yohanes 13:1-20
 
Bukan hanya murid-murid Yesus yang tidak paham maksud perbuatan dan kalimat-kalimat yang Yesus ucapkan pada malam di saat mereka melakukan jamuan malam secara bersama. Saya pun tidak memahami arti ucapan Yesus dalam Yohanes 13:1-20, sehingga saya berulang-ulang membaca dan berusaha memahaminya.

Kenapa Yesus membasuh kaki para muridNya sedangkan Yesus adalah seorang Guru dan t\Tuan yang dihormati. Tradisi membasuh kaki umumnya dilakukan oleh seorang pelayan rendah kepada tuan atau majikannya. Dan merupakan hal yang tidak biasa jika ada seorang tuan atau guru yang membasuh kaki murid atau pengikutnya.

Saudara,,, malam pada saat itu adalah malam di mana firman harus digenapi. Perbuatan membasuh kaki Yesus adalah cara agar firman benar-benar dapat diterima sebagai sebuah kebenaran. Bahwa Yesus sungguh-sungguh seorang Mesias. Untuk membuktikan tentang bagaimana Anak Manusia akan mati untuk menebus dosa manusia, hal itu ditandai dengan perbuatan-perbuatan tak bermoral yang akan terjadi sesudah Yesus terlebih dahulu memberitahukannya kepada para muridNya.

Tindakan membasuh kaki para murid yang dilakukan oleh Yesus merupakan teladan yang kemudian harus dilanjutkan oleh mereka sebagai wujud kerendahan diri dalam melayani orang banyak. Tindakan tersebut sekaligus merupakan syarat mutlak seseorang untuk disebut sebagai seorang pemimpin yang melayani. Tapi, meski hal tersebut merupakan simbol sikap melayani yang benar sebagai seorang pemimpin, bukan berarti kewibawaan seorang pemimpin dilecehkan lewat sikap para bawahan yang tak menghormati batas-batas dirinya dalam menghargai tuan atau majikannya.

Inilah yang dilakukan oleh Yudas. Seorang murid Yesus yang seharusnya menghormati Yesus sebagai gurunya, namun tidak mengindahkan Yesus lewat sikapnya yang mencelupkan roti pada gelas Yesus.

Ayat 16 : “Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya seorang hamba tidaklah lebih tinggi dari pada tuannya, ataupun seorang utusan dari pada dia yang mengutusnya.”

Sikap Yudas yang mencelupkan rotinya pada gelas Yesus adalah tanda tentang waktu penderitaan Yesus sudah akan segera dimulai. Inilah cara Allah memberitahukan waktu penderitaan yang akan dialami oleh Yesus. Dan perbuatan Yudas adalah bagian dari skenario karya keselamatan untuk semua orang berdosa. Tanpa penghiatanan Yudas kepada Yesus. Karya Allah untuk menyelamatkan saudara dan saya tidak akan pernah terjadi. Tanpa peran Yudas Iskariot sebagai penghianat Yesus, tidak akan pernah ada pengorbanan Juruselamat di atas Kayu Salib. Yudas adalah bagian dari tokoh yang penting untuk mengeksekusi rencana Allah Bapa di sorga terjadi di bumi.

Inilah sebabnya Yesus berkata... Sesungguhnya barangsiapa menerima orang yang Kuutus, ia menerima Aku, dan barangsiapa menerima Aku, ia menerima Dia yang mengutus Aku."

Dalam koteks kisah jamuan makan malam saat itu, siapakah yang Yesus maksudkan sebagai yang diutus.. mungkinkah Yudas? Jikalau Yudas adalah bagian dari tokoh yang diutus Allah memainkan peran penghianatan kepada GuruNya, maka seburuk apapun perbuatan yang dia lakukan di malam itu, dia tidak layak untuk dibenci. Yudas tidaklah harus dinilai rendah karena telah menghianati Yesus. Sebab tanpa penghianatan Yudas firman Allah tidak akan digenapi.

Malam ini kita ada pada malam perenungan diri. Betapa Yesus harus mati lewat sebuah penghianatan muridNya. Namun semua itu harus terjadi supaya kita dapat memperoleh bagian dalam karya penebusan Kristus di Kayu Salib. Apakah ada di dalam kehidupan kita, orang-orang dekat yang kita kasihi, kita percayai, kemudian menyakiti hati kita lewat sikap dan perbuatan mereka? Jikalau ada, mereka adalah Yudas yang patut dikasihi. Mereka adalah Yudas yang sesungguhnya tidak menyadari apa yang mereka perbuatan kepada saudara. Yesus telah mengajarkan sebuah nilai kepada kita, bahwa seburuk apapun Yudas, dia tetaplah murid yang patut dikasihi dan diberikan tempat sebagai pengikut Yesus. Mari kita renungkan kasih setia Yesus. Sehingga kita pun dapat mengasihi semua orang yang pernah melukai dan menyinggung hati dan perasaan kita. dengan begitu, kita telah menguji hati kita, dan kita akan dibenarkan Allah ketika pada esok hari, kita akan duduk dalam undangan jamuan makanNya, dan menerima tubuh dan darah Kristus lewat Roti dan Air Anggur. Selamat merenung kebaikan Tuhan Yesus lewat penderitaanNya. Amin!


Doa Pembukaan Ibadah Kamis Putih :
Kami menyembah Engkau ya Bapa, kami menghadap hadirat Tuhan. Pada malam hari ini kami rindu untuk bisa bersama-sama mengikuti ibadah Kamis Putih ini ya Bapa. Ibadah di mana kami boleh mengenang saat-saat terakhir di mana Tuhan bergumul atas kehidupan kami, saat-saat di mana kami merasakan kegalauan dan kegetiran malam pada malam hari, untuk sebuah pengorbanan kehidupan untuk menyelamatkan kami umat manusia berdosa yang Engkau cintai.
Terima kasih ya Bapa, buat kasihMu yang begitu  luhur dalam kehidupan kami. Kalau pada malam ini kami boleh hadir di hadapan Tuhan, kami rindu Tuhan menganugerahkan Roh Kudus pada hati kami, serta hikmat Tuhan memimpin kami di dalam pelaksanaan ibadat ini, sehingga kami boleh merasakan arti dan sengsara Tuhan buat kami. Terima kasih Bapa, di dalam nama Tuhan Yesus kami mau menyerahkan ibadah ini dari awal hingga akhirnya, haleluyah. Amin!

Doa Syukur Ibadah Kamis Putih :
HikmatMu ya Allah memberikan pengertian bagi kami. Bahwa dengan perbuatan mau membasuh kaki para murid, maka Engkau mengajarkan kepada kami melalui Kristus, sebuah sikap yang merendahkan diri untuk berkorban serta mau melayani semua orang tanpa memandang bulu, dari mana, dan siapa orang yang kami layani.
Kami belajar hal baru, untuk dapat mengambil peran bukan hanya secara individu, melainkan terlibat dalam komunitas orang banyak untuk melayani dan melakukan hal baik selama kami masih diberikan kesempatan untuk hidup di dalam dunia ini.
Untuk itu, ya Bapa, ajarlah kami setiap orang, agar dapat menyanggupkan diri kami untuk melayani orang lain di sekitar kami. Terlebih lagi, kami dapat mengambil bagian untuk merendahkan diri kami dalam persekutuan hidup berkeluarga kami pertama-tama ya Bapa.
Ajarlah kami untuk dapat saling memandang sesama dalam keluarga kami dengan perbuatan yang penuh kasih dan sayang. Sehingga kami dapat menciptakan atsmosfer kasih di dalam rumah tangga keluarga kami; terhadap istri kepada suami, dan sebaliknya, begitu pula terhadap orangtua kepada anak-anak di rumah dan sebaliknya. Ketika kami dapat saling mengasihi di antara sesama kami, maka kami dapat sungguh-sungguh menyatakan iman kami sebagai umat yang mengasihi Tuhan melalui sesama kami.
Malam ini kami merenung semua kebaikan dan pengorbananMu ya Bapa. Kalau kami mau jujur, seringkali waktu-waktu kami dengan Tuhan, tergantikan oleh rutinitas kami. Kami dituntut untuk melakukan yang terbaik tetapi, kami terlalu sibuk hingga melupakan kewajiban kami sebagai umatMu.
Kami jujur bahwa dalam kehidupan kami, seringkali kami melupakan Tuhan. Kami lupa terhadap pesan-pesan dan nasihat serta tindakan-tindakanMu yang penuh makna di malam saat Kristus Tuhan kami akan diserahkan ke dalam tangan penguasa dunia.
Di malam Engkau akan diserahkan, Engkau berdoa agar murid-muridmu menjadi satu dan tidak tercerai berai. Maka ajarlah kami untuk dapat berdoa bagi kesatuan persekutuan berumat di sini. Dalam persekutuan berjemaat Mawlango. Secara khusus ketika kami ada dalam pergumulan bencana covid19. Tuhan ajarlah kami agar d tengah-tengah bencana ini kami tetap sehati, dan kami tetap bersatu dalam harapan, gumulan yang sama, sehingga kami tidak tercerai berai iman yang diporak-porandakan oleh gumul bencana ini.
Kami pun teringat di malam saat Engkau akan diserahkan, Engkau memerintahkan kepada murid-murid agar harus saling mengasihi, maka kami berdoa supaya kami dapat saling mengampuni. Orang-orang yang menolak kami, orang yang membenci kami. Orang-orang yang tidak senang dengan segala kabijakan yang kami buat, baik di kantor, rumah, sekolah, pemerintahan dan juga bergereja.
Pada malam itu pun Engkau mengingatkan kepada para murid bahwa ketika dunia membenci mereka, dunia telah lebih dahulu membenci Engkau. Maka kami berdoa bagi semua orang yang karena InjilMu harus menderita dan teraniaya karen imannya.
Kami pun bersyafaat bagi Bangsa dan negara kami. Di tengah bahaya covid19. Engkau kawal bangsa kami. Engkau lindungi semua orang yang sedang berjuang demi rasa kemanusiaan untuk menyelamatkan banyak jiwa yang telah terpapar virus covid19. Kuatkan mereka dalam gumul kesehatan mereka. Mampukan mereka menggapai harapan kesembuhan mereka. Terlebih lagi mereka yang bertindak sebagai para perawat dan tenaga kesehatan. Tolonglah mereka agar tidak mengalami kelelahan terhadap tugas mulia yang mereka harus lakukan. Keluarga mereka Tuhan lindungi dari yang jahat.
Sebagai palayan yang telah melakukan program pelayanan bergereja kami. Kami doakan supaya diberikan terus semangat. Agar ditengah bencana kesehatan sekarang ini. Kami dapat menyiarkan nama Tuhan sebagai penyelamat kami.
Semua gereja yang merayakan ibadah pada malam ini, serta umat yang beribadah di rumah pun, sekiranya hadiratMu hadir dan melingkupi serta mengurapi kehidupan mereka setiap keluarga.
Persiapan kami besok untuk ada di dalam Jumat Agung dan perjamuan kudus di rumah dan juga gereja, kami pun bermohon supaya Tuhan turut bekerja di dalam segala rancangan pelayanan kami pada esok dan seterusnya. Di dalam nama Tuhan Yesus inilah doa dan sembahyang kami yang kami panjatkan kepadaMu ya Bapa di sorga. Di mana kami akan menyempurnahkan doa ini dengan mengucapkan doa Bapa Kami demikian.........




































Prapaskah VI Matius 26:36-46 (Minggu Palma)


Saudara-saudara,,, tempat yang paling teduh dan menentramkan hati orang adalah taman. Jika orang merasa penat taman bisa menjadi tempat yang direkomendasikan sebagai tempat menenangkan pikiran. Kandungan oksigen yang dihasilkan dari pepohonan di tamanlah yang membuat perasaan orang menjadi teduh dan tenang.

Dalam situasi yang rumit penuh kegelisahan dan kecemasan sebagai seorang manusia. Yesus tidak terlepas dari batin yang tertekan karena peran yang harus dimainkanNya sebagai seorang Anak Manusia. Yesus menyadari bahwa peran yang harus dimainkanNya sebagai seoraang Juruselamat bukan peran yang mudah. Dalam peran tersebut, Dia harus menjalani masa-masa kesukaran lewat penyiksaan dan penganiayaan yang puncaknya adalah mengalami kematian di atas kayu salib.

BatinNya tertekan sebagai manusia biasa dan suatu tempat yang dipilih Yesus untuk menenangkan batin yang sedang bergejolak dengan perasaan ketakutanNya adalah sebah Taman. Taman ini disebut dengan nama Taman Getsemani.

Secara naratif, Penulis Injil Matius mengisahkan kedatangan Yesus ke taman itu dengan tujuanNya berdoa. Yesus tahu bahwa hari kesukaranNya telah sangat dekat. Dan Yesus mencari cara menguatkan batin yang penuh ketakutan tersebut lewat sebuah doa. Tapi terhadap doa yang hendak dilakukan oleh Yesus, Dia membutuhkan topangan dari orang-orang yang dekat denganNya.
Dalam kisah ini, Yesus mengajak 3 muridNya agar mereka dapat menopang beban gumulNya. Tapi mereka tertidur.

Saudara,,, bayangkan saja, betapa Yesus ajarkan kepada kita lewat bacaan ini, bahwa berdoa adalah tindakan yang tepat ketika manusia sedang dirundung dengan perasaan yang penuh beban berat. Doa adalah sumber kekuatan batin manusia. Dengan berdoa berarti kita sedang memperkarakan beban gumulan hidup kita kepada Allah. Yesus berdoa karena Dia merasa tidak sanggup mengalami kesengsaraan yang akan dimainkanNya sebagai seorang Juruselamat. Dan lewat tindakan berdoa yang dilakukanNya, Dia mendapat kekuatan untuk menghadapi fakta kehidupan yang harus dihadapiNya.

Saat kita bertemu dengan kesukaran di dalam hidup ini, Yesus telah mengajarkan kepada kita bahwa kita harus berlari kepada Allah. Dan Allah dapat kita temui hanya lewat doa-doa yang kita panjatkan kepadaNya.

Penulis Injil Matius mencatat tentang keikut sertaan murid Yesus yang menemaniNya berdoa di dalam taman itu. kita telah membaca firman ini bahwa ada teguran yang disampaikan Yesus kepada 3 orang muridNya itu. Yesus menegur mereka karena ketidakmampuan mereka untuk berjaga-jaga ketika Yesus sedang berdoa. Berjaga-jaga yang dimaksudkan oleh Yesus adalah berdoa bersama dengan Yesus.  Di sini Yesus mengajarkan tentang pentingnya persekutuan doa secara bersama. Sebuah pergumulan haruslah dihadapi lewat sikap yang mau membawanya di dalam doa. Tapi akan lebih baik jika ada orang-orang seiman yang turut hadir secara bersama menopang pergumulan doa kita lewat lafasan-lafasan doa yang diucapkan oleh mulut mereka sendiri. Doa orang-orang benar akan mendatangkan sebuah kuasa doa jika didoakan secara sungguh-sungguh dan serius.
Menjadi orang benar saja belum cukup jikalau kita tidak tekun di dalam berdoa. Inilah yang menjadi rahasia banyak pergumulan orang-orang yang percaya kepada Kristus memiliki kuasa doa yang gagal. Sehingga pergumulan yang dipanjatkan mereka tidak berdampak pada kuasa doa.

Saudaraku,,,, kita dapt belajar dari kisah ini bahwa doa adalah sumber kekuatan bagi setiap orang yang sedang lesuh iman dan batinnya.

Kita disajikan dengan keseriusan doa yang dilakukan oleh Yesus di taman itu. disebutkan oleh penulis Injil Matius bahwa sebanyak 3 kali Yesus berdoa kepada Allah terkait pergumulan hidup yang harus dialamiNya. Menariknya adalah bahwa dalam isi doa Yesus di teman Getsemani, Dia meminta dari Allah sekiranya penderitaanNya itu dilalukan daripadaNya. Ini juga adalah ucapan doa-doa kita sebagai umat Tuhan yang sering memohon demikian ketika diri kita sedang dihambat oleh masalah dalam hidup kita. Namun, meski Yesus memohon demikian kepada Allah, Dia masih bermohon agar janganlah hal itu terjadi karena kehendakNya melainkan oleh karena kehendak Tuhan sendiri jika penderitaan ini harus dilalukan daripadaNya.

Ucapan doa yang disebutkan oleh Yesus ini adalah sebuah didikan bagi pertumbuhan kedewasaan iman kita. orang Kristen haruslah menjadi orang Kristen yang dewasa dalam menyikapi segala kejadian di dalam kehidupanNya. Ketika Allah tidak berkenan menyepakati permohonan isi doa-doa kita, kita seharusnya dapat menerima kehendak bebas Allah tersebut. kedewasaan iman kita diukur dari seberapa besar kita dapat menerima kehendak Allah atas jawaban doa-doaNya kepada kita, bukan memaksakan kehendak Allah terhadap segala doa yang kita panjatkan. Ketika doa yang kita panjatkan tidak seharapan dengan permohonan kita, di situlah karakter kita dibentuk. Allah menunda doa-doa kita karena Allah lebih tahu apa yang harus dilakukanNya terhadap kehidupan kita. Allah memakai segala kegagalan-kegagalan yang kita alami untuk membangun tingkat kedewasaan iman dan pola pikir kita. sehingga kita dapat menjadi pribadi yang kuat dan teguh serta berpengharapan sebagaimana yang Yesus alami di dalam taman Getsemani saat Dia berdoa.

Inilah yang mesti dimengerti oleh orang percaya. Sehingga keadaan apapun yang kita sedang alami tidak memengaruhi kualitas iman kita untuk berdoa dan berharap kepadaNya. Semoga di Minggu Sengsara ke-VI yang mana dunia sedang menggumulkan bencana kesehatan global ini, kita dapat memiliki kedewasaan iman untuk memahami kejadian-kejadian yang kita alami dalam persekutuan orang percaya baik di dunia, Indonesia dan juga jemaat di sini. Amin! 

dikhotbahkan oleh Pdt. D. Wattimena, S.Th di Jemaat GMIH Mawlango Buli Kota, 05 April 2020