Hakim-Hakim 7:1-18
Syarat memenangkan sebuah
pertempuran, sudah tentu dengan memiliki jumlah tentara yang banyak. Tanpa
pasukan yang banyak kekalahan pasti menanti di depan.
Tapi teks bacaan kita pagi ini
justru menceritakan hal yang berbanding terbalik, sebab pasukan yang banyak justru
mendapat kekalahan dari pasukan yang sedikit jumlahnya. Tentu Ini adalah sebuah
kemustahilan. Sebab, bagaimana mungkin pasukan yang hanya berjumlah 300 orang
dapat membinasakan jumlah pasukan yang tak terhitung banyaknya?
Kalau kita mengikuti alur cerita
teks bacaan ini, 300 orang yang dipakai Tuhan untuk membinasakan orang Midian
adalah orang-orang yang telah mengalami proses seleksi dari Tuhan. Tadinya
Gideon membawa 30.000 orang, tapi Tuhan memintanya untuk mengurangi dan
tersisah 10.000 orang. Bagi Tuhan pun jumlah tersebut masihlah sangat banyak,
dan diminta mengurangi lagi hingga hanya tersisah 300 orang.
Sdr, 300 orang ini adalah mereka yang telah melewati
proses seleksi dari Tuhan lewat cara yang dibuat oleh Tuhan sendiri, yakni
meminum seperti seekor anjing yang menghirup air.
Lewat tahapan-tahapan seleksi ini,
Tuhan tidak membutuhkan banyak orang untuk pergi berperang melawan orang
Midian. Sebab untuk memenangkan sebuah pertempuran, bukan jumlah yang
diutamakan tetapi kualitas yang dibutuhkan. Percuma dengan jumlah pasukan yang
banyak tapi tidak berfaedah di medan perang. Seorang prajurit yang hebat di
medan perang, dia tangguh bukan hanya secara fisik tapi juga secara mental dan
emosional. Dia harus orang yang sabar, untuk menanti strategi-strategi dan
waktu yang tepat untuk menyerang. Dia bukan orang yang gegabah dan mudah
ceroboh.
Kalau kita baca pada pasal 8:4-6
mereka adalah orang – orang yang terlatih mentalnya, termasuk saat dimaki, dihina
dan dihujat orang. Kualitas hiduplah yang dibutuhkan Tuhan dari umatNya. Bukan
hanya sekedar fisiknya, bukan hanya sekedar perawakannya, bukan hanya sekedar
jabatan dan pekerjaanNya, tapi juga mutu dan kualitas hidup sebagai umat
kepunyaanNya. Tuhan membutuhkan orang-orang yang bermental kuat untuk dipakai
sebagai alat dalam mengerjakan pekerjaan-pekerjaanNya. Sebab seseorang yang
dipakai Tuhan, jikalau pribadiNya tidak memiliki mental yang kuat dia akan
dikalahkan dalam “PEPERANGAN” batinnya karena hujatan orang, karena makian,
karena hinaan, dan perkataan-perkataan yang menggerutkan semangatnya.
Yang dipakai Tuhan itu bukan hanya
Majelis Jemaat dan Pendeta, tapi juga panitia-panitia yang tersusun di dalam
gereja dan jemaat ini. Dicerita orang, dihina orang, dimaki orang, digosipin,
dijadikan bahan pembicaraan orang adalah hal yang lumrah. Kalau kita dipilih
menjadi Majelis Jemaat, Pendeta, dan Panitia pembangunan dalam persekutuan
gereja dan jemaat ini, itu berarti kita telah diseleksi oleh Tuhan. Janganlah
sampai kita menjadi kalah dalam medan perang kita hanya karena
perkataan-perkataan satu dua orang. Sebab sesungguhnya kita dipilih untuk
menjadi pemenang. Maka tanggungjawab kita WUJUDKANLAH KEMENANGAN ITU
SEBAGAIMANA TUGAS PANGGILAN KITA MASING-MASING.
Saudara, kita lihat pada nats pembimbing, di dalam ayat 5 dan
6 Tuhan membuat penyeleksian kepada tentara Israel yang akan pergi berperang.
BAHWA HARUSLAH MEREKA MEMINUM DENGAN CARA SEPERTI ANJING YANG MENGHIRUP AIR
DENGAN LIDAHNYA.
Kita perhatikan, ada nama seekor
hewan yang tersebut di dalam ayat itu. Anjing! Keluaran 22:30 memandang Anjing
sebagai hewan yang najis bagi kalangan orang Yahudi. 1 Samuel 17:43
memperlihatkan bahwa nama Anjing sering digunakan orang Yahudi sebagai kata
makian kepada orang lain. Secara sederhana, Anjing mengartikan kehinaan.
Merupakan kehinaan bagi orang Yahudi jika harus disuruh meminum seperti seekor
Anjing. Meminum dengan cara itu bagi orang Yahudi sama artinya tidak
bermartabat, tidak ada harga diri. Maka itulah, dari 10.000 orang yang tersisa
untuk diseleksi hanya 300 orang saja yang mau melakukan itu, sisanya ada 9.700
orang lainnya yang tidak mau meminum dengan cara tersebut karena gengsi.
Tuhan tidak membutuhkan nama baik,
jabatan atau status kita untuk dipakai sebagai alatNya. Yang Tuhan butuhkan
adalah KERENDAHAN HATI MANUSIA. Allah menyeleksi dengan cara itu supaya jangan
ada orang yang sombong, angkuh, egois. Tuhan membenci orang-orang seperti itu.
Kesombongan membuat orang menjadi
murtad. Kesombongan membuat orang Kristen menjadi lupa bahwa Tuhanlah yang
membuat dia menjadi berhasil.
Shallom!
Mari saudara, kita perhatikan pada
ayat 2 : “berfirmanlah Tuhan kepada
Gideon; terlalu banyak rakyat yang bersama-sama dengan engkau itu dari pada
yang Kukehendaki untuk menyerahkan orang Midian ke dalam tangan mereka,
jangan-jangan orang Israel memegahkan diri terhadap aku, sambil berkata ;
tanganku sendirilah yang menyelamatkan aku”
Secara sederhana, ayat ini hendak
menyampaikan bahwa kemenangan orang Israel atas Midian bukanlah karya tangan
manusia, melainkan karena campur tangan kuasa Tuhan Allah. Allah mengurangi
jumlah mereka dari 30.000 menjadi 10.000 dan dari 10.000 menjadi 300 orang
saja, karena dengan jumlah yang hanya sedikit itu, orang Israel menyadari bahwa
mereka kalah jumlah untuk menghadapi banyaknya orang Midian yang ada di depan
mereka. Dan tentu dengan menyadari jumlah yang sedikit itu, membuat mereka
tidak akan memegahkan diri terhadap Allah, melainkan menggantungkan diri pada
pertolongan Tuhan. Allah ingin bahwa di dalam peperangan itu, orang Israel
harus mengandalkan Allah sebagai penolong mereka.
Saat saudara mengandalkan Tuhan
sebagai segala-galanya dalam kehidupan saudara, Dia akan menjadi penolong
saudara. Dia akan memenangkan pergumulan saudara. Kalau kita mengalami
kekalahan dalam pergumulan hidup kita, itu karena kita tidak menjadikan Allah
sebagai penolong kita. Amin!
Dikhotbahkan pada Ibadah Minggu Raya pagi
Tanggal 4 Agustus 2019
Jemaat GMIH Mawlango - Buli Kota