Selasa, 06 Agustus 2019

Bukan Jumlah, Tapi Mutu Yang Berkualitas!



Hakim-Hakim 7:1-18
Syarat memenangkan sebuah pertempuran, sudah tentu dengan memiliki jumlah tentara yang banyak. Tanpa pasukan yang banyak kekalahan pasti menanti di depan. 

Tapi teks bacaan kita pagi ini justru menceritakan hal yang berbanding terbalik, sebab pasukan yang banyak justru mendapat kekalahan dari pasukan yang sedikit jumlahnya. Tentu Ini adalah sebuah kemustahilan. Sebab, bagaimana mungkin pasukan yang hanya berjumlah 300 orang dapat membinasakan jumlah pasukan yang tak terhitung banyaknya?

Kalau kita mengikuti alur cerita teks bacaan ini, 300 orang yang dipakai Tuhan untuk membinasakan orang Midian adalah orang-orang yang telah mengalami proses seleksi dari Tuhan. Tadinya Gideon membawa 30.000 orang, tapi Tuhan memintanya untuk mengurangi dan tersisah 10.000 orang. Bagi Tuhan pun jumlah tersebut masihlah sangat banyak, dan diminta mengurangi lagi hingga hanya tersisah 300 orang.

Sdr, 300 orang ini adalah mereka yang telah melewati proses seleksi dari Tuhan lewat cara yang dibuat oleh Tuhan sendiri, yakni meminum seperti seekor anjing yang menghirup air.

Lewat tahapan-tahapan seleksi ini, Tuhan tidak membutuhkan banyak orang untuk pergi berperang melawan orang Midian. Sebab untuk memenangkan sebuah pertempuran, bukan jumlah yang diutamakan tetapi kualitas yang dibutuhkan. Percuma dengan jumlah pasukan yang banyak tapi tidak berfaedah di medan perang. Seorang prajurit yang hebat di medan perang, dia tangguh bukan hanya secara fisik tapi juga secara mental dan emosional. Dia harus orang yang sabar, untuk menanti strategi-strategi dan waktu yang tepat untuk menyerang. Dia bukan orang yang gegabah dan mudah ceroboh.

Kalau kita baca pada pasal 8:4-6 mereka adalah orang – orang yang terlatih mentalnya, termasuk saat dimaki, dihina dan dihujat orang. Kualitas hiduplah yang dibutuhkan Tuhan dari umatNya. Bukan hanya sekedar fisiknya, bukan hanya sekedar perawakannya, bukan hanya sekedar jabatan dan pekerjaanNya, tapi juga mutu dan kualitas hidup sebagai umat kepunyaanNya. Tuhan membutuhkan orang-orang yang bermental kuat untuk dipakai sebagai alat dalam mengerjakan pekerjaan-pekerjaanNya. Sebab seseorang yang dipakai Tuhan, jikalau pribadiNya tidak memiliki mental yang kuat dia akan dikalahkan dalam “PEPERANGAN” batinnya karena hujatan orang, karena makian, karena hinaan, dan perkataan-perkataan yang menggerutkan semangatnya. 

Yang dipakai Tuhan itu bukan hanya Majelis Jemaat dan Pendeta, tapi juga panitia-panitia yang tersusun di dalam gereja dan jemaat ini. Dicerita orang, dihina orang, dimaki orang, digosipin, dijadikan bahan pembicaraan orang adalah hal yang lumrah. Kalau kita dipilih menjadi Majelis Jemaat, Pendeta, dan Panitia pembangunan dalam persekutuan gereja dan jemaat ini, itu berarti kita telah diseleksi oleh Tuhan. Janganlah sampai kita menjadi kalah dalam medan perang kita hanya karena perkataan-perkataan satu dua orang. Sebab sesungguhnya kita dipilih untuk menjadi pemenang. Maka tanggungjawab kita WUJUDKANLAH KEMENANGAN ITU SEBAGAIMANA TUGAS PANGGILAN KITA MASING-MASING.

Saudara, kita lihat pada nats pembimbing, di dalam ayat 5 dan 6 Tuhan membuat penyeleksian kepada tentara Israel yang akan pergi berperang. BAHWA HARUSLAH MEREKA MEMINUM DENGAN CARA SEPERTI ANJING YANG MENGHIRUP AIR DENGAN LIDAHNYA.

Kita perhatikan, ada nama seekor hewan yang tersebut di dalam ayat itu. Anjing! Keluaran 22:30 memandang Anjing sebagai hewan yang najis bagi kalangan orang Yahudi. 1 Samuel 17:43 memperlihatkan bahwa nama Anjing sering digunakan orang Yahudi sebagai kata makian kepada orang lain. Secara sederhana, Anjing mengartikan kehinaan. Merupakan kehinaan bagi orang Yahudi jika harus disuruh meminum seperti seekor Anjing. Meminum dengan cara itu bagi orang Yahudi sama artinya tidak bermartabat, tidak ada harga diri. Maka itulah, dari 10.000 orang yang tersisa untuk diseleksi hanya 300 orang saja yang mau melakukan itu, sisanya ada 9.700 orang lainnya yang tidak mau meminum dengan cara tersebut karena gengsi.

Tuhan tidak membutuhkan nama baik, jabatan atau status kita untuk dipakai sebagai alatNya. Yang Tuhan butuhkan adalah KERENDAHAN HATI MANUSIA. Allah menyeleksi dengan cara itu supaya jangan ada orang yang sombong, angkuh, egois. Tuhan membenci orang-orang seperti itu.
Kesombongan membuat orang menjadi murtad. Kesombongan membuat orang Kristen menjadi lupa bahwa Tuhanlah yang membuat dia menjadi berhasil. 

Shallom!
Mari saudara, kita perhatikan pada ayat 2 : “berfirmanlah Tuhan kepada Gideon; terlalu banyak rakyat yang bersama-sama dengan engkau itu dari pada yang Kukehendaki untuk menyerahkan orang Midian ke dalam tangan mereka, jangan-jangan orang Israel memegahkan diri terhadap aku, sambil berkata ; tanganku sendirilah yang menyelamatkan aku

Secara sederhana, ayat ini hendak menyampaikan bahwa kemenangan orang Israel atas Midian bukanlah karya tangan manusia, melainkan karena campur tangan kuasa Tuhan Allah. Allah mengurangi jumlah mereka dari 30.000 menjadi 10.000 dan dari 10.000 menjadi 300 orang saja, karena dengan jumlah yang hanya sedikit itu, orang Israel menyadari bahwa mereka kalah jumlah untuk menghadapi banyaknya orang Midian yang ada di depan mereka. Dan tentu dengan menyadari jumlah yang sedikit itu, membuat mereka tidak akan memegahkan diri terhadap Allah, melainkan menggantungkan diri pada pertolongan Tuhan. Allah ingin bahwa di dalam peperangan itu, orang Israel harus mengandalkan Allah sebagai penolong mereka.

Saat saudara mengandalkan Tuhan sebagai segala-galanya dalam kehidupan saudara, Dia akan menjadi penolong saudara. Dia akan memenangkan pergumulan saudara. Kalau kita mengalami kekalahan dalam pergumulan hidup kita, itu karena kita tidak menjadikan Allah sebagai penolong kita. Amin

Dikhotbahkan pada Ibadah Minggu Raya pagi
Tanggal 4 Agustus 2019 
Jemaat GMIH Mawlango - Buli Kota